revelado

505 44 7
                                    

■Tau apa yang lebih sakit dari sebuah perpisahan? Saat hubungan berakhir, bahkan sebelum mereka memulainya.■

Frida sedang menuju ke rumah Steven tentunya dengan mobil yang dipinjamkan Steven. Sesuai janjinya, ia harus menjemput Steven untuk berangkat bersama.

Frida menekan klakson untuk memberitahu kehadirannya di halaman rumah Steven. Tak lama Steven keluar dari dalam rumahnya dan berjalan menghampiri mobilnya.

Frida sempat tercengang melihat style Steven hari ini. Ia memasukkan bajunya ke dalam celana, mengancingkan kancing atasnya dan memakai dasi.

Sangat berbeda dengan Steven yang biasanya, seragam yang dikeluarkan dengan celana SMA yang dimodifikasi menjadi celana pensil dan 2 kancing teratas dibiarkan terbuka membiarkan kaos hitamnya terlihat.

Lalu Steven masuk dan duduk di sebelah Frida.

"Let's go! " ujar Steven semangat.

"Satu yang belum berubah," ujar Frida.

"Apa?"

"Ritual numpahin minyak wangi sebotol ke baju lu. Pusing gw ngehirupnya," ujar Frida lalu Steven terkekeh.

"Ngapain ngeliatin gitu? Ayo berangkat!" tegur Steven. Lalu Frida menyalakan mesin dan menjalankan mobil menuju sekolah.

"Lu ga perlu jadi orang lain Van."

"Gak, gw cuma mau jadi lebih baik."

"Tapi lu jadi aneh," ujar Frida lalu tak kuasa menahan tawanya.

"Tuh kan gw serba salah," rajuk Steven

"Maksud gw, lu berubah dalam pola hidup jadi lebih sehat. Masalah style, itu pilihan lu. Lagian sekolah kan punya lu? Kalo lu ga style berandal, kayak ada yang kurang gimana gitu," ujar Frida sambil cengengesan.

"Oh gitu maksudnya. Ngobrol dong mba, terus gimana nih gw? Lanjut ga nih?"

"Ya terserah."

"Oke kita buat Tunas Bangsa heboh!" ujar Steven semangat. Lalu hening, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Setelah sampai tak jauh dari gerbang sekolah, Frida menghentikan mobil yang ia kendarai.

"Parkir dimana?" Tanya Frida.

"Masuk aja sih, sekolah punya gw," jawab Steven dengan gayanya yang khas.

"Serius?" Steven hanya berdehem. Lalu Frida kembali melajukan mobilnya. Masuk dengan mobil itu melalui gerbang yang memang masih terbuka lebar.

Murid lain mulai memberikan jalan untuk mobil Steven, mereka sudah hapal jika itu mobil Steven.
Setelah memarkirkan mobil, Frida dan Steven turun, langsung menjadi pusat perhatian. Rasanya Frida ingin ditelan bumi saat itu juga, ia menjadi minder sendiri.

Berbeda dengan Steven yang memasang wajah angkuh dan sombong seperti biasa, namun murid lain semakin kagum setelah menyadari hari ini Steven berpakaian rapih membuat kadar kerennya bertambah.

Steven dan Frida berjalan beriringan menuju kelas, dan tatapan mata dari murid lain belum teralihkan. Frida hanya menunduk risih menjadi pusat perhatian. Sedangkan Steven masih dengan kebiasaannya, mendongakkan kepalanya, menunjukkan rahang tegasnya.

Namun Steven menghentikan langkahnya, Frida reflek menghentikan langkahnya juga.

"Mata pelajaran pertama apa?" Tanya Steven.

"Matematika."

"Gw mau cabut jam pertama, males," ujar Steven, Frida menatap tajam Steven.

"Gurunya sok ganteng, masih honorer aja udah gitu, ga suka gw," jelas Steven, Frida terkekeh.

Te AmoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang