Berharap dapat kecupan ketiga

3.7K 118 5
                                    

Malam minggu hampir habis. Maafkan daku yang baru nongol karena seharian ini jalan-jalan dengan bibi mudaku yang tercinta.

Badan rasanya sakit semua, tapi aku masih menyempatkan diri untuk menuntaskan janjiku pada kalian minggu lalu.

Tak lupa makasih banyak pada kalian yang telah mendoakan daku hingga aku kini sudah resmi menjadi calon mahasiswa stis. Sampai sekarang aku masih tak menyangka bisa diterima disana.

Tapi lagi-lagi aku sendiri disana karena temanku satu-satunya yang berjuang denganku sampai tahap akhir tidak lolos ditahap penentuan ini.

Oke, daripada curcolnya tambah banyak dan malah membicarakan kehidupanku, sebaiknya kita mulai membaca part ini.

Happy reading!! XD

Aku mengusap peluh di dahiku. Kami sudah latihan selama dua jam tanpa jeda. Dan kulihat Ferdi masih dengan senyumnya menatapku, "bagaimana?"

Bola mataku berputar ketika sadar apa yang ia maksud. Dan aku pun memilih bersikap tak mengerti, "bagaimana apanya?"

Dan senyum khasnya muncul . Sepertinya ia tau bahwa aku berbohong karena kurasakan tubuhku berdiri sendiri lalu melangkah menuju Ferdi yang duduk lesehan di lantai. Ferdi pun menyeringai senang.

Dengan suara pelan aku menatapnya menantang, "apa maumu sebenarnya Ferdi?! Berhentilah mempermainkan tubuhku!"

Dengan wajah tak berdosa ia berkata, "abisnya cuma ke kamu aku bisa mempraktekkan pelajaranku. Jika yang lain mereka pasti akan menghabisiku. Apa kau tega melihatku tersiksa?"

Aku mendengus, "jika kau bukan sepupuku, sudah sejak dulu aku menghabisimu."

"Sayangnya, keberuntungan berpihak padaku Vasha sayang."

Aku memutar bola mataku, "hmm terserah kaulah."

Saat akan berdiri untuk kembali latihan, Ferdi menahanku, "kamu berhutang satu permintaan Vasha sayang."

Aku kembali terduduk lalu memandanginya jengah, "cepat katakan, apa maumu?"

Ada binar kelicikan dimatanya lalu ia berdiri dan meninggalkanku. Apa maksudnya ini?

Aku ikut berdiri lalu mengejarnya, "Ferdi!!"

Ferdi menoleh lalu menyeringai, "akan ada saatnya nanti kamu menebus itu Vasha. Sebaiknya kamu latihan lagi gih, Nik dan yang lain udah nungguin dari tadi tuh."

Awas saja kalau kamu meminta macam-macam Ferdi.

Dengan langkah kesal aku berjalan meninggalkannya menuju Nik yang tangannya sudah didepan dada memandangku kesal, "aku tau kalau tarianmu sudah bagus, tapi kamu tak bisa melalaikan latihan kita," dia menghela napas, "Lomba kita sudah dekat Sha. Dan kamu bukan hanya lomba salsa, masih ada tarian yang lain yang harus kamu kuasai."

Aku hanya menunduk dan mengangguk mendengar ucapan Nik. Nik benar, bukan hanya salsa yang harus kulatih tiap harinya. Masih ada tari yang lain.

Setelah mengatakan itu, Nik beranjak ke depan dan menghidupkan musik.

Aku pun mengambil posisi dan mulai menggerakkan tubuhku sesuai irama dan tak lupa formasi yang telah kami buat sebelumnya.

~Nate pov~

Suara alarm menyentakkan mimpi indahku dan membuatku mau tak mau membuka mata. Setelah menguap pelan seraya menutup mulutku, aku mengusap mata dan memaksa badanku untuk bangun.

Dengan lunglai aku berjalan ke kamar mandi dan mataku pun sepenuhnya terbuka saat merasakan air dingin mengguyur dari shower diatasku. Setidaknya air ini cukup membantu menghilangkan kantukku.

VashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang