Malam minggu. Astaga! Lissa nggak tau mau bilang apa, pokoknya minggu ini minggu tergalau bagi Lissa. Tapi disela-sela kegalauan itu, ide muncul dan membuat Lissa langsung ngetik ampe tangan rasanya mau copot! *maap agak lebay #plak
Sebenarnya yang LIssa ketik udah lebih dari ini tapi ragu dan mau direvisi lagi.
Makasih buat yang udah ngasih comment dan votenya. Hanya kalian yang membuat Lissa semangat ngelanjutin cerita abal ini.
Dan part selanjutnya akan ada rahasia yang terungkap dan mungkin membuat kalian sedih kecuali Lissa tentunya. Karena Lissa akan tertawa jahat di part selanjutnya #evilsmirk
Jangan panggil saya author atau thor atau yang lain. Cukup panggil saya Lissa. Okey? #peluk cium dari Lissa :* {}
~Vasha pov~
Sabtu!!!
Hari ini hari Sabtu!!!
Dengan semangat 45 aku masuk kekamar mandi dan masuk ke bathtub yang telah terisi air hangat. Dengan tubuh polos aku bersandar dan menyambar sabun cair tak jauh dariku.
Busa-busa putih beraroma vanila mulai memenuhi seluruh permukaan bathtub. Sesekali aku mengusap badanku dengan sabun dan langsung merendam tanpa membilasnya.
Setelah sekitar setengah jam berendam, aku pun bangkit menuju shower dan membilas tubuhku dari busa-busa yang menempel.
Lalu aku mematikan shower dan tanganku menggapai tempat biasanya aku menggantungkan baju handukku. Hanya dengan baju handuk aku keluar dan mencari body lotion kesayanganku.
Dimana body lotion yang kubeli tempo hari?
Kembali aku cari ke meja rias tapi tak kunjung kutemukan. Hanya ada satu tempat jika ada benda milikku hilang. Pasti kak Vania.
Tanpa mengetuk aku langsung masuk ke kamar kak Vania dan menemukan ia masih bergelung dalam selimutnya. Jika saja Viko tak mengajakku jalan hari ini, kupastikan kegiatanku akan sama seperti kak Vania.
Aku langsung ke meja riasnya dan menemukan body lotion-ku terpajang disana dengan parfum kesayanganku disampingnya. Kak Vania masih suka sekali mengambil barangku tanpa izin.
Masih dengan baju handuk aku kembali ke kamarku dan mulai mengoleskan body lotion tersebut secara merata.
Lalu aku membuka lemariku dan mengamati baju-baju yang tergantung. Apa yang harus kukenakan?
“Vasha! Vania! Cepat turun, sarapan!”
Suara mama menggelegar terdengar dari bawah. Sudah pernah kubilang kan kalau kamarku kedap suara? Tapi suara mama masih bisa terdengar walau samar. Bisa kalian bayangkan seberapa besar volume yang mama keluarkan?
Aku langsung menyambar kaos biru polos dan hotpants lalu memakainya cepat. Nanti saja pilih-pilih bajunya. Mama paling tidak bisa menunggu lama.
“Ih masa anak gadis bangunnya pas matahari diatas kepala, gadis macam apa itu?”
Aku dan kak Vania hanya diam. Kami sudah biasa mendengar ocehan mama setiap sarapan. Entah ini masih bisa dibilang sarapan atau nggak mengingat jarum pendek jam menunjuk angka sebelas.
“Aku tadi malem begadang ma, tugas lagi banyak banget,”aku hanya diam mendengar pembelaan kak Vania. Rasanya ingin tertawa mendengarnya beralasan yang jelas-jelas sudah aku ketahui hanya kebohongan belaka.
Dan sepertinya mama tau itu. “Tugas banyak hem? Apa ada orang yang ngerjain tugas sambil ngobrol ditelpon? Ngobrolnya juga bukan tentang pelajaran lagi.”