Hulla...
ada yang merindukanku tidak? nggak ya, yasudah.
Berhubung aku udah kembali dan tangan gatel pengen update maka taraaa!!! Nate datang.
Setelah aku liat vote yang tidak sesuai keinginanku maka aku memutuskan untuk meng-update satu part saja dan yang lainnya aku simpan buat malam minggu selanjutnya. *bukan malam minggu ini tapi malam minggu berikutnya*
Dan juga aku berencana mau cepet-cepet selesaiin nih cerita karena sepertinya makin lama makin mirip sinetron >,<
Semoga part ini nggak membosankan.
enjoy reading ya all... :D {}
~Nate pov~
"AW!! SAKITT!!!"
Teriakan itu membuatku langsung berlari keluar menuju asal suara. Dan ternyata berasal dari pintu utama.
"NAI! APA YANG LO LAKUIN?" teriakanku menghentikan aksi Naina yang menjambak rambut Nadzla. Dan Nadzla terlihat kesakitan.
"Eh hmm Nate sayang, aku cuma mau ngasih dia pelajaran doang kok,"belanya lalu berjalan kearahku.
"Pelajaran apa maksudmu? Bahasa Inggris hah?!"suaraku menggelegar memenuhi seluruh penjuru ruangan.
Nadzla yang sudah terlihat membaik sembari merapikan rambutnya menatap Naina kesal,"kalo aja Miss bukan guru saya, udah saya cabut tuh semua rambut Miss beserta kepalanya."
Lalu Nadzla berlalu dan menghilang ditikungan, sepertinya ia menuju ruang keluarga. Dan aku menoleh ke Naina yang bertingkah seolah-olah tak ada yang terjadi.
"Ngapain kamu kesini?"tanyaku seraya duduk di sofa tak jauh dari kami dengan Naina mengikutiku dari belakang.
Bukannya menjawab ia malah melingkarkan tangannya dilenganku lalu bersandar di bahuku.
Dulu, aku begitu senang jika ia bermanja ria seperti ini. Tapi kini, entah kenapa aku merasa begitu risih.
Aku menghentakkan tanganku hingga lengannya terlepas dariku,"jawab aku Nai!"
Wajahnya berubah sendu lalu ia mengalihkan tatapannya dan bersuara tapi terdengar lirih,"kamu kan sudah berjanji padaku akan berkencan selama seharian penuh denganku."
Oh Tuhan. Bagaimana bisa aku melupakan itu? Apa mungkin karena aku masih terlalu lelah akibat reuni tadi malam?
"Ah maafkan aku, aku lupa dengan janji itu. tapi bukankah seharusnya aku yang menjemputmu?"
Naina menatapku kesal lalu cemberut,"aku sudah menunggumu lebih dari tiga jam Nate! Tapi kau tak datang jadi aku bertanya pada J dimana alamatmu dan berinisiatif untuk mendatangimu."
J, nama aslinya Josh. Dia sahabatku saat sma dan hanya sahabatku yang tau rumahku. Itupun dengan syarat jika mereka ingin main mereka harus bilang agar aku bisa menyembunyikan Nadzla terlebih dahulu.
Tak ada yang tau dimana alamatku. Mereka hanya tau aku adalah keturunan keluarga Michaelson, keluarga terpandang. Mereka tentu saja tau bahwa aku memiliki saudari, akan tetapi aku melarang mereka bertemu dengan Nadzla karena aku tak mau adikku disakiti mereka.
Sahabatku yang hampir keseluruhan laki-laki memang terus memintaku untuk mengenalkan mereka pada Nadzla. Tapi aku menolak karena aku tak mau jika suatu hari nanti aku disuruh memilih, antara sahabat dengan peri kecil. Tentu saja itu pilihan yang SANGAT sulit.
Kembali ke realita. Aku teringat keributan kecil saat Naina sampai tadi dan langsung menanyakannya pada Naina yang kembali bergelayut disampingku,"kamu sama Nadzla ada masalah apa?"