Suasana kelas langsung ramai dengan sorak-sorak bahagia murid X-1 yang katanya hari ini akan ada jam kosong karena guru pengajar Fisika yang mengikuti workshop di luar kota.
Kubu cewek langsung merapatkan bangku-meja dan mulai mengambil posisi di bagian tengah: bercerita tentang boy-girl band Korea yang sedang debut, anak anjing milik salah satu siswi yang katanya kemarin mengalami menstruasi hingga membahas Lucinta Luna yang sedang naik daun. Semuanya dibahas dan terselesaikan di sini. Dipimpin oleh Anggi—wakil ketua kelas—yang seakan-akan meniru gaya Feni Rose saat sedang membaca artikel berita diacara Rumpi No Secret.
Kubu cowok tanpa terkecuali menguasai bagian belakang, paling pojok dan terpencil. Kumpulan para gamers dan beberapa siswa yang hobi banget mukul-mukul meja, persis orang yang sedang marawisan. Bedanya, mereka menggunakan bolpoint dan penggaris sebagai alat pemukulnya. Katanya sih, kreatifitas tanpa batas. Bahkan beberapa di antaranya bermain kartu geplek di atas teras kosong samping meja guru. Selalu seperti ini saat sedang jamkos.
Hal ini terkadang membuat Nadia Ulfa atau gadis yang biasa dipanggil Nadi ini geleng-geleng kepala. Awalnya, sih, kaget. Namun lama-kelamaan dirinya mulai bisa beradaptasi. Tak genap sebulan bersekolah di sini, ia sudah merasa tidak betah dengan suasana kelas yang baru ditempatinya ini—karena menurutnya mirip suasana di pasar pada saat ibu-ibu rempong berhasil melakukan negosiasi. Heboh. Tapi ini juga bisa menjadi hiburan bagi Nadi saat suasana hatinya sedang tidak baik. Contohnya seperti sekarang ini, saat ia menjadi bahan guyonan Radhit—teman sekelasnya yang paling menjengkelkan—ia merasa terhibur dengan suara sumbang Ahmad yang bernyanyi tak tahu nada dan beberapa kali salah lirik.
“Radhit! Gue gibeng lo!” ancam Anggi penuh amarah karena sedari tadi teman sekelasnya itu terus berteriak histeris saat senjata game online yang dimainkannya salah sasaran.
Kemudian disusul teriakan lain dari teman-temannya:“Oh mama...mamaa..mammaaaa,”
“Double kill,”
“Anjir,”
“AFK, shitttt!"
Bisa ditebak jika mereka sedang memainkan game online yang sedang booming akhir-akhir ini, mobile legend.
Seiring berubahnya jaman, semakin berubah pula niatan pelajar pergi ke sekolah. Jika pada jaman dahulu tujuan pelajar ke sekolah adalah untuk menimba ilmu, lain halnya dengan tujuan pelajar masa kini yang ke sekolah hanya untuk mabar mobile legend dengan teman sekelasnya. Dunia serasa jungkir balik. Kemajuan teknologi membuat semua aktivitas pelajar harus serba gadget.
Namun, Nadi tak mau ambil pusing tentang asumsi tersebut. Menurutnya, game online juga bisa digunakan untuk mengisi waktu kosong, seperti sekarang contohnya. Tergantung yang mengaplikasikan, lah.
“Ini ada tugas dari Pak Jamal, kerjakan soal-soal latihan di buku paket halaman 137 sampai 141 katanya,” pesan guru piket yang tiba-tiba muncul di balik pintu masuk ruang kelas.
Kehadiran guru piket memaksa siswa yang berada di teras depan buru-buru mengumpulkan kartu gepleknya dan dengan jurus seribu bayangan berikutnya langsung memasukkannya ke dalam kotak plastik. Semuanya langsung diam, mirip seperti orang yang sedang membuat video mannequine challenge.
Detik berikutnya, guru yang sedang piket itu melenggang pergi menuju ruang kelas sebelah yang mungkin juga sedang tidak ada guru. Pesan singkat dari guru piket tersebut menimbulkan gerutuan dari para siswa pojokan sana.
“Kalo emang ga mau masuk, ga usah ninggalin jejak juga kali,” omel yang lainnya.
Nadi hanya tertawa ringan sambil geleng-geleng kepala melihatnya. Namun, adanya tugas Fisika tak bisa menjeda aktivitas mereka untuk berhenti memainkan game online yang sudah menjadi ’teman sebaya’nya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guess Who?
Genç KurguNadia Ulfa. Siswi yang baru masuk tiga minggu di SMA Pelita. Masih menyandang gelar murid baru tapi sudah mengenal banyak teman di sekolah barunya. Bertemu dengan Radhit; murid yang selalu jadi biang setiap keributan di sekolahnya. Awalnya menghinda...