P r o l o g

9.4K 296 10
                                    

Halimah, ia adalah anak penengah dari 3 bersaudara. Ia memiliki kakak yang bernama Hanifia Medina Izzunnisa, berumur 21 tahun dan sang adik bernama Hanafi Muhammad Izzudin.

Ayahnya yang kerap dipanggil Abi, bernama Muhammad Rahman Al-Habsyi. Sedangkan umminya bernama Humairah Althafunnisa.

Kedua orang tua Halimah seringkali lebih menyayangi Hanifia dan Hanafi, tidak pada Halimah. Orang tuanya itu sangatlah pilih kasih. Padahal kalau dibandingkan, Halimah lebih unggul dalam segala hal dibanding Hanifia dan Hanafi.

Itu yang membuatnya menjadi pendiam, tapi dia sangat berprestasi di sekolah dan di tempat mengaji. Di sekolah dari SD sampai sekarang SMP ia tak pernah tak mendapat ranking, selalu mendapat ranking.

Semakin besar, semakin cerdas. Hal itulah yang membuat teman-temannya iri dan menjauhinya, baik teman sekolah maupun teman mengaji. Bukan hanya mereka, bahkan saudara kandungnya sendiri pun begitu.

0O0O0O0O0

Bermain bersama, mengaji bersama, menghabiskan waktu bersama. Sampai suatu ketika, Hamizan--abi dari Farhan--memerintahkan agar ia keluar dari tempat pengajian tersebut. Saat masih Sekolah Menengah Pertama, ia masih di sini. Hanya saja memang tak pernah bertemu dengan Halimah lagi.

Sebenarnya Farhan merasa agak sedih karena akan berpisah dengan Halimah. Tapi mau bagaimana lagi? Mungkin ini sudah takdir. Sampai akhirnya, ia mengunjungi sekolah SMP yang kini tengah ditempati oleh teman masa kecilnya itu.

"Assalamu'alaikum," Farhan mengucapkan salam, ketika baru saja sampai di depan suatu kelas.

Terdengar jawaban salam yang serempak diudarakan oleh banyak orang. Lalu tak lama setelahnya, keluarlah seorang siswi yang memang berstatus sebagai ketua kelas di kelas itu.

"Ada perlu apa, Kak?" tanyanya.

"Eh? Gini.. di kelas ini ada yang namanya Halimah, 'kan?" Farhan bertanya balik, dengan ragu.

Gadis yang bernama Vizra itu tampak sedikit terkejut dan kebingungan. "Ada, ada. Mau dipanggilin?"

"Iya, tolong ya,"

"Oke, bentar Kak,"

"Makasih ya,"

"Sama-sama." Vizra pun kembali memasuki kelas, dan memanggil nama Halimah.

Halimah yang saat itu sedang berkumpul bersama para sahabatnya di tempat duduk Arfan--sedang mengobrol ringan sambil bersenda gurau--beranjak dari tempatnya.

"Kenapa, Viz?"

"Itu ada yang nyariin kamu, cowok. Tapi bukan murid di sini kayaknya,"

Kedua netra dengan iris hitam kecokelatan milik Halimah agak membulat, terkejut. "Hah?"

"Samperin aja dulu, mungkin ada sesuatu yang penting." Vizra menduduki bangkunya.

"Oh, iya deh. Makasih, ya."

"Iya, sama-sama."

Halimah mengayun kedua kakinya guna mendekat ke arah pintu kelas. Ia sedikit menyipit, tatkala indera penglihatannya menangkap sosok berpakaian santai namun mengenakan peci hitam di kepalanya.

"Siapa ya?"

Menyadari adanya derap langkah yang terarah padanya, Farhan berbalik. Dan ia amat menyesalinya. Karena kini, jantungnya sedang berdegub kencang hanya karena bersitatap dengan seseorang yang terakhir kali ditemuinya pada empat tahun yang lalu.

Halimah menatapnya bingung. Apalagi kala Farhan tidak juga melepas pandangan darinya. "Eum.. Kak?"

Farhan tersentak. "Eh, astaghfirullah."

[SDRS1] HALWA | V1 | SELESAI✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang