Dekat

44 3 0
                                    

Alania berpapasan dengan Archad yang sedang berjalan-jalan bersama Rizky —teman sebangkunya dan juga anak Pak Wiryo— di koridor sekolah. Entah mengapa gadis itu masih merasa malu untuk menyapanya lebih dulu.

"Hai, Ala...," sapa Archad terlebih dahulu dan membuat Alania terkejut.

Gadis itu menegakkan badannya dan membalas sapaan Archad, "Ha-hai juga..."

"Hai juga aa'," Kahzi muncul dan ikut-ikutan menyapa.

Rizky saja sampai terkejut melihat Archad menyapa Alania. Beberapa waktu lalu kan mereka baru saja menggemparkan sekolah karena aksi seret-menyeret di kantin.

Setelah berpisah, Rizky baru berani menanyakan hal tersebut pada Archad. "Chad, sejak kapan lu jadi deket sama dia?"

"Hah? Gatau dah, emang kenapa?"

"Bukannya berapa hari yang lalu lu berantem ya sama dia?"

"Hmm... Kayanya itu karena salah paham aja deh. Gue aja ga paham kenapa bisa semarah itu." Archad mengedikkan bahunya.

*

Alania melihat kelasnya yang kosong, walaupun tidak benar-benar kosong karena ada makhluk lain yang menghuni juga. Ia mendekati meja Archad, meletakkan cokelat dan susu kotak di lacinya.

Setelah melakukan hal tersebut Alania segera pergi karena takut ada yang memergokinya.

Jam pelajaran akan segera dimulai, semua murid kembali ke kelas. Bahkan ada beberapa yang sudah duduk manis di bangku.

Archad merogoh lacinya, berniat mengambil buku pelajaran. Tapi ia malah menemukan sebungkus cokelat dan susu kotak disana. Ia memandang ke arah bangku Alania, tapi gadis itu malah sedang menutup matanya dan membuat ekspresi ketakutan.

"Ala... Ala... Lo bisa liat gue kan? Ala... Lo gak mau bantu gue? Ala... Jadi lo mau pura-pura gak liat gue terus?" kata arwah gadis yang sudah tak berbentuk itu pada Alania. Matanya merah, hidung dan mulutnya sudah rusak, bahkan badannya yang juga sudah rusak itu mengeluarkan bau tak sedap.

Alania ingin menangis dan menjerit. Ia merinding dan sangat ketakutan. Sebenarnya apa yang diinginkan oleh arwah tersebut? Apakah ia masih tidak mau mengerti jika Alania menolak untuk membantunya?

Dimana Kahzi saat dibutuhkan begini? Tangan Alania sudah gemetar. Pikirannya kacau. Terkadang ada masa dimana arwah itu mengganggu dan bahkan sampai menakutinya. Itulah sebabnya ia menghindari kontak mata dengan para arwah.

Tapi tadi ia tak sengaja bertatap mata dengan arwah yang iseng mengusili Vera. Yang ia dapatkan sekarang malah ini.

Ia tidak bisa fokus sama sekali, padahal pelajaran sudah dimulai. Bahkan ia tidak membuka matanya. Wajahnya pun sudah terlihat pucat.

Archad menghampiri Alania.

"Pak, Ala sakit," sambil mengangkat tangan, Archad meminta izin untuk mengantar gadis itu ke UKS.

Bahkan hingga di dalam UKS, Alania masih tak berani membuka matanya. Archad pun mensejajarkan pandangannya dengan Alania.

"Gak papa, sekarang udah gak ada apa-apa," Archad berusaha meyakinkan Alania untuk kembali membuka matanya.

Alania perlahan membuka kelopak matanya. Ia melihat Archad di hadapannya. Dicarinya ke sekeliling, arwah yang mengganggunya tadi. Tapi tak ada.

"Gue takut...," tangis Alania pecah. "Gue bener-bener takut, gue gak mau liat hal beginian lagi, Chad. GUE MAU BUTA LA-"

Archad membekap mulut Alania menggunakan tangannya. "Ssssttt... Lu ga boleh ngomong gitu. Lu harusnya bersyukur sekarang penglihatan lo dibalikin, jangan malah pesimis dan gak bersyukur. Jangan gitu lagi oke? Inget kan lo harus nurut sama gue."

A L A N I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang