Archad mendengus kesal sambil sesekali memerhatikan layar ponselnya.
Ini anak kenapa gak bikin satu aja akun sosmed sih? Kan kalo gitu lebih gampang ngehubunginnya, keluh Archad dalam hati.
Ia memerhatikan sms-nya yang mengajak Alania untuk ketemuan di Kadenza Cafe seperti biasa. Coba aja dia pake sosmed, kan bisa ketahuan udah di read apa belom, Archad masih sibuk mengeluh.
Ivi memerhatikan kakaknya yang sudah rapih seperti mau pergi, tapi daritadi hanya duduk dan sesekali memerhatikan layar ponselnya. Ia pun memutuskan untuk menghampiri kakaknya, "Kenapa dah lu? Dikacangin cewek, ya?"
Archad tetap diam sambil sesekali mendengus kasar.
"Kasian amat, ye. GGS dah buat lu. Ganteng-Ganteng Seringdikacangin," asal Ivi.
"Gak lucu tau gak?"
"Lah yang bilang gue lagi ngelucu siapa?"
"Tau ah. Pergi deh sana lu, jangan ganggu orang lagi berkembang," usir Archad. Ivi menjitak keras kepala kakaknya sebelum berlalu pergi masuk ke kamarnya.
Setelah sekian lama menunggu, ponsel Archad pun berbunyi menandakan ia mendapat sebuah pesan. Rasanya langsung ada semangat baru yang tumbuh di jiwanya setelah tau siapa pengirim pesan itu. Dari Alania. Tentu saja.
Finiya: LO BISA SETENANG ITU NGAJAKIN GUE KE CAFE, LO GAK INGET DAPAT SURAT PANGGILAN?!
"ANNJUUURRR...GUE LUPA DAPET SURAT PANGGILAN," pekik Archad histeris.
"Brisik, woyy. Diem bisa kagak?" Teriak Ivi dari kamarnya.
Jadi, setelah ia dilaporkan menyontek (yang direncanakan olehnya bersama Rizki secara spontan) kini ia dan Alania mendapat surat panggilan dari sekolah untuk orang tua mereka.
"Mamah mana?" Archad sekarang sudah berdiri di depan kamar Ivi yang pintunya tidak tertutup.
"Ya mana gue tau, lu kira gue anaknya?" Jawab Ivi dengan nada naik 1 oktaf.
"Lah kalo lu bukan anaknya trus lu siapanya?"
"Hasil pertemuan antara sel sperma dan sel telur."
"Anjir, gausah dibahas lah, gak ada waktu. Seriusan Mamah mana?" Tanya Archad sekali lagi.
"Biasalah rumpi di mall sama ibu-ibu sosialita. Heran gue, malem-malem masih aja pada demen shopping," Ivi membuka toples dan memakan cemilannya sambil membaca majalah cewek.
Di waktu yang sama,pada tempat berbeda..
"Udahlah kasih aja itu surat ke nyokap lo," Kahzi melayang di disamping Alania yang duduk di meja belajar sembari memerhatikan surat panggilannya.
"Gak enak aja gue gitu, jarang ngajak ngobrol mereka, sekalinya ngajak ngobrol malah soal beginian. Sumpah ya si Bu Geya itu gak penting banget deh," Alania meremas pelan ujung kertas surat itu.
"Beuh coba aja yang lu dapet itu surat cinta, eh tapi gak mungkin ya, tampang aja pas-pasan." Alania melirik tajam Kahzi setelah singgungannya barusan.
Dari pojokan kamar, ibu Alania menghampiri dua anaknya. "Apa perlu ibu yang datang ke sekolah kamu?"
Kahzi langsung merespon, "Eh iya, bagus tuh.. Biar si Geya itu kapok ngasih surat panggilan. Kan bagus tuh ya bikin penampakan ke guru killer."
Alania mendesis kesal. Kemudian ia memilih turun dari kamarnya yang ada di lantai 2 menuju ruang tamu. Menemui orang tua asuhnya.
Di dalam kamar, 3 makhluk yang merupakan keluarga asli Alania sedang menunggu-nunggu kedatangannya. Rasanya sudah hampir sejam Alania tidak kembali ke kamar. Dan itu membuat mereka berpikir yang tidak-tidak. Mengira bahwa Alania dimarahi karena mencontek, dan sebagainya.
Pintu kamar akhirnya terbuka dan Alania masuk. "Fini...Fini...Adikku sayang Finiii...Gimana tanggapan mereka??" Kahzi sudah menghampiri Alania yang masih di depan pintu dengan pandangan datar.
Ayahnya ikut menghampiri mereka, "Sejak kapan ada yang manggil Alania jadi Fini?"
"Sejak. Ada. Yang. Naksir. Alaniaaaa," pekik Kahzi dengan memberi setiap tekanan pada kata-katanya.
"Mimpi kali kalo dia beneran naksir sama gue," Alania merebahkan dirinya di kasur dan mendengus.
"Jadi gimana tanggapan mereka? Salah satu dari mereka ada yang mau datang kan?" Ibu Alania memecah keheningan.
Anggukan Alania merubah suasana yang tadinya cemas jadi berubah sedikit lebih baik, "Waktu mereka baca surat itu. Muka mereka semua tegang--"
"Nahan boker kali?!" Celetuk Kahzi memotong cerita Alania.
Memilih tak memedulikan celetukan itu, Alania melanjutkan, "Awalnya aku kira mereka gak mau. Ternyata abis itu mereka langsung senyum lagi dan bilang bakalan dateng. Tapi ya gitu tadi aku kena siraman qolbu dulu."
"Gak pernah nonton acara religi sih lu, makanya dikasih siraman qolbu," timpal Kahzi.
Alania hanya menatap sebentar kakak lelakinya yang lebih cerewet dari perempuan manapun. Kemudian ia langsung menutup matanya. Memilih tidur.
*****
Archad yang sedang berbaring di tempat tidurnya sedang mengingat semua omelan ibunya setelah diberi surat panggilan tersebut, sepulang shopping.
Jadi begini rasanya diomelin sama emak sendiri? Enak juga ya. Ketimbang di bangga-banggain terus, malah bikin eneg, pikir Archad.
Di saat anak-anak lain berharap mendapatkan pujian tulus dari orang tuanya, Archad malah sudah bosan mendengar itu. Ia ingin sekali saja orangtuanya mengkritiknya karena suatu hal, dan itu baru saja terjadi tadi.
Suatu hal itu adalah hal yang ia lakukan untuk Alania. Ahh, kenapa belakangan dia jadi sering memikirkan gadis abnormal itu.
*
Alania menunggu ibu angkatnya dengan cemas di luar ruang BK.
Tapi yang keluar pertama kali adalah Ibu Archad. Wanita itu membuka kacamata hitamnya, memandangi Alania. Alania sendiri tidak paham apa maksud pandangannya, dia saja tidak pernah bertemu dengan Ibu Archad sebelumnya.
"Aura kamu jelek," kata Ibu Archad.
Alania kebingungan, apa yang sedang diajak bicara itu dirinya atau bukan. "Sa-saya, tante?"
Ibu Archad yang awet muda itu menganggukkan kepalanya, ia mengambil sesuatu dari dalam tasnya kemudian memberikannya pada Alania.
Gadis itu memandangi amplop yang diberikan Ibu Archad dengan bingung, apa isinya? untuk apa ia diberikan amplop ini?
Sambil memakai kacamatanya kembali, Ibu Archad berlalu pergi.
Alania bahkan tak sempat mengucapkan apapun lagi.
*
Di kamarnya, entah mengapa sunyi sekali, tak ada ibu, ayah dan Kahzi. Alania mengeluarkan amplop pemberian Ibu Archad tadi.
Di dalamnya terdapat selembar kertas yang bertuliskan sesuatu yang tidak Alania pahami, mungkin itu sejenis mantra. Dan bisa jadi itu adalah mantra pengusir setan karena keluarganya saja menghilang.
---------------------------------
Yeheyyy akhirnya selesai juga part ini wkwkwk.. dengan semangat penuh karena dukungan dari para vomenters(?) Akhirnya author nyeleseiin ini dalam semalem..
Beuh kebasss...wakakak gak deng.
Keep reading yaaa...masukin ke library trus jangan lupa voments jugaaaaa^^~♡
KAMU SEDANG MEMBACA
A L A N I A
Romancepernah mendengar seseorang bisa menjadi indigo karena pendonoran mata? itulah yang terjadi padaku, aku sungguh bukan orang yang suka menonton film horor, tapi kenyataan memaksaku untuk menyaksikan kejadian horor setiap hari. tidak. setiap waktu. ...