Kenyataan

823 52 22
                                    

Gadis pirang, cantik, bermata cukup besar dengan bulu matanya yang lentik, ia tinggi, serta badannya lumayan slim. Gadis itu...

Gadis itu sepertinya ditempeli dengan setan.

Alania sampai mengucek matanya beberapa kali karena tak percaya.

Disamping merasa tak percaya pada apa yang dilihatnya, hati Alania lumayan perih melihat Archad berjalan bersama gadis itu. Ia tidak tau apakah ia berhak untuk merasa cemburu seperti ini?

Menepis semua pikiran negatifnya, Alania mencoba berpikir hal positif bahwa gadis itu adalah siswi baru yang sedang diajak berjalan-jalan melihat sekolah. Tapi kenapa harus dengan Archad? Kenapa bukan anggota OSIS? Alania menghela napas napas panjang memikirkannya.

Ngomong-ngomong dimana Kahzi? Sejak berangkat sekolah tadi Alania tidak melihatnya. Tidak biasanya hal ini terjadi di pagi hari. Biasanya Kahzi baru akan menghilang ketika kelas Alania dalam proses belajar-mengajar.

"Ala," panggil Vera yang baru saja masuk kelas, ia langsung duduk di bangku sebelah Alania. "Rizky kemarin cerita sama gue, katanya Archad nyontek itu cuma boongan, lho. Katanya waktu lo keluar kelas, si Archad langsung nyuruh ngelapor kalo dia juga nyontek."

Alania tetap tak melepas pandangannya dari Archad dan anak baru itu. Ia menganggap omongan Vera hanya angin lalu. Sesekali ia bergumam hanya untuk menanggapi cerita Vera.

Vera akhirnya mengikuti arah pandang Alania. Dia tersenyum kecil melihat Archad berjalan bersama seorang gadis cantik. "Ohhh...tu cewek, cantik emang."

Alania menoleh pada Vera, "Lo kenal dia?"

"Enggak sih, orang dia juga baru dateng hari ini. Tadi waktu gue jalan ke kelas, anak-anak pada ngomongin dia. Kalo gak salah namanya Jessica," Vera tampak mengingat-ingat cerita para siswa-siswi di koridor tadi.

Alania meneguk ludahnya sebelum membuka mulut lagi, "Gue mau jujur tentang sesuatu nih. Semoga setelah ini lo bakalan tetep mau temenan sama gue."

Vera mengernyitkan dahinya bingung dengan perubahan sikap Alania yang tiba-tiba menjadi serius. "Ya udah sih, cerita aja. Kita kan udah temenan lama, bukan baru sehari dua hari."

Dengan suara pelan Alania pun mulai memberitahu bahwa ia indigo. Ia bercerita sama seperti ceritanya pada Archad di Cafe. Bagaimana awal mula ia menjadi indigo hingga sekarang mengapa dia agak tertutup. Dan ia pun memberitahu bahwa gadis bernama Jessica itu dirasuki oleh sesosok arwah.

Vera tertegun dengan cerita Alania, betapa kurang beruntungnya nasib sahabatnya yang satu ini. Kini Vera ikut memasang tampang serius, "Gu-gue juga mau bilang ka-kalo sebenernya...yang bilang lu abnormal dan nyuruh Archad ngawasin elu itu...itu gue."

"Ja-jadi lu yang bilang gue abnormal?"

Vera mengangguk takut-takut.

Alania terdiam. Ia tak menyangka. Teman yang selama ini ia anggap paling dekat, ternyata adalah orang yang diam-diam berusaha menjatuhkannya paling hebat.

*

Bel masuk pun berbunyi, menggiring siswa-siswi untuk masuk ke kelasnya masing-masing. Archad kembali ke kelas bersama gadis bernama Jessica tadi. Rizky yang duduk di sebelah Archad langsung menyingkir, membiarkan Jessica mengambil tempatnya.

Pak Tono, guru Seni Budaya, masuk ke kelas dan melihat gadis manis yang sudah duduk di sebelah Archad. Segera saja dia menyuruh gadis itu memperkenalkan dirinya.

"Halo, nama gue Jessica Revinna Putri, cukup panggil gue Jessica. Gue masih baru pindah ke sini, jangan galak galak ya hehe. Sekian. Makasih." Senyuman manis Jessica membuat beberapa murid lelaki bergumam tak jelas.

Selama pelajaran berlangsung, Alania tak bisa fokus, karena terus memandangi Archad dan Jessica yang sesekali berbisik kemudian tertawa bersama. Alania mulai merasa terganggu.

*

Alania terdiam di kamarnya mengingat apa saja yang dilakukan Archad dan Jessica di sekolah tadi. Mereka makan bersama, bercanda bersama, berbisik bersama, pulang sekolah bersama. Bahkan Alania yang ada di dekat mereka waktu itu seperti tak kasat mata.

"Kahzi mana sih? Kok belum pulang?" Tanya ayah Alania di pojokan kamar.

"Mungkin lagi kecantol hantu cantik," jawab ibunya asal.

Obrolan itu mengingatkan Alania bahwa Kahzi sudah tak ada sejak pagi tadi, dan hingga malam ia tak kunjung pulang. Kemana si bocah tengil itu?

Baru saja dibicarakan, suara milik Kahzi sudah terdengar.

"Hantu ganteng pulaaaang...," Kahzi menembus dinding kamar Alania dan menyapa keluarganya.

"Eh kampret, dari mana aje lo? Jam segini baru pulang," Alania menunjuk jam dinding digital yang sudah menampilkan angka 23:28.

"Lu kata gue bocah yang harus pulang sebelum Maghrib? Gue udah gede, gue hantu. Gue bebas, Finiiii...," panggilan Kahzi di akhir kalimat langsung mengingatkan Alania pada Archad.

"Gak usah manggil gitu lagi deh sekarang," protes Alania. "Dari mana sih lu? Seharian kagak nongol."

Kahzi terbang mendekati kedua orangtuanya, "Abis ngeliat cinta pertama gue. Ahh...Dia sekarang makin cantik deh."

"Gak mungkin banget orang kayak lu punya cinta pertama, lagian juga emangnya dia suka ya sama elo," sindir Alania dengan maksud bercanda.

Kahzi menundukan kepalanya, "Gue serius...Gue punya cinta pertama. Namanya...."

--------------------------------------------------------

Uyeah...author kambek yuhuyy... akhirnya selese juga ini chapter pake sistem kebut semalam *berasa mau ulangan*. Chapter ini gimana? Alurnya kecepetan kah? Chapternya kepanjangan ya? Garing ya? Maapkan yak~~~

Author mau ngasih special chapter buat Kahzi karena melihat banyaknya respon tentang kelakuan Kahzi(?). Jadi author mau bikin next chapter khusus buat yang demen sama Kahzi, yang gak demen ntar kita gak temen deh! *maksa*

Semoga next chapter gak garing ya kayak chapter ini. Sekian...Makasih...Jangan lupa tinggalkan voments ♡

A L A N I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang