"Namanya...Guira Revinna Dewi. Gue suka sama dia sejak belum jadi hantu. Dia kutu buku, cantik, pinter, pokoknya beda jauh sama elo," Kahzi melirik malas pada Alania.
Yang dilirik malah balas memberi lirikan tajam. "Terus sekarang dia udah gede gitu?"
"Iyalah, gak bantet kek elu. Dia semampai, udah jadi anak kuliahan pula. Aura-nya itu lhooo melebihi Aura Kasih," Kahzi menjelaskan dengan gestur yang berlebihan.
"Semampai mah semetar tak sampai. Sejak kapan lo jadi suka liatin si Aura Kasih," cibir Alania.
"Diem deh lu, mau gue bekep pake ketek?"
Alania memberikan ekspresi derp-nya karena Kahzi sudah berbentuk hantu, mana bisa membekepnya menggunakan ketek.
"Lanjutin dong cerita lo tentang si Gurita Gurita itu," pinta Alania.
"Guira, ogebss. Lama-lama gue bikin lo mati kejatuhan cicak ntar," ancam Kahzi yang tidak di pedulikan adiknya. "Jadi gini nih...,"
Dulu saat Kahzi masih hidup, dia sedang mengantri membeli makanan di meja kasir kantin sekolah. Badannya agak kurang sehat waktu itu sehingga membuatnya lemas lalu jatuh pingsan, kontan saja banyak siswa lain yang langsung mengerubunginya. Dia kemudian di bawa ke UKS.
Entah apa yang terjadi dengan badannya waktu itu, tapi yang jelas ia bersyukur karena kejadian itu dia bertemu seorang gadis manis yang juga sedang beristirahat di UKS.
Dirinya terbangun dan mendapati gadis yang sedang berbaring di kasur sebelahnya. "Udah bangun? Cepet banget," gadis itu melirik ke arah Kahzi dan tersenyum kecil. Kahzi hanya memandanginya heran.
Lama mereka saling bertatapan dengan posisi saling berbaring, gadis itu duduk di kasurnya, "Nama gue Guira. Lo siapa?" Ia menyodorkan tangan kanannya. Kahzi ikut duduk di sisi ranjangnya sendiri.
"Kahzi. Lo ke UKS karena sakit juga?" Mereka kini sudah berjabat tangan.
Guira menggeleng, "Gak. Gue ke sini karena mau dagang kacang bawang."
Kahzi memutar bolanya lalu tertawa.
"Sejak itu gak tau kenapa gue jadi penasaran sama dia, gue nyuri-nyuri pandang mulu kalo ada dia. Sampe akhirnya gue berani nulis surat cinta buat dia. Lo tau kan kalo jaman gue dulu tuh masih jaman-jamannya surat-suratan gitu? Belum jaman hp, sms, telfon. Yang ada juga cuma telfon rumah, tau kan kalo gue make telfon rumah buat hal gak penting bisa-bisa..." Arwah Kahzi mendekati kuping Alania sambil melirik arwah ibunya. "Bisa-bisa si macan wanita ngamuk."
"Gila...Kuno banget lu make surat-suratan gitu. Jadul tau gak?" Ledek Alania.
Kahzi hanya memberi pandangan malas. Alania yang penasaran kembali mengajukan pertanyaan, "Terus dia baca surat lo gak?"
Arwah Kahzi menggaruk tengkuknya.
Kahzi yang waktu itu sudah siap menyerahkan surat cintanya, datang ke kantin dan berdiri di belakang Guira yang sedang makan bersama teman-temannya. Dia sudah hendak menyentuh bahu Guira jika saja teman gadis itu tidak membuatnya patah hati.
"Guiiii...Coba liat itu Kak Bagas jalan ke sini sambil bawa bunga." Guira yang melihat itu pipinya langsung merona malu. Kahzi pun mengurungkan niatnya, dia melangkah mundur dan menyembunyikan surat cinta itu ke saku celananya.
Bagas, senior mereka yang notabene-nya cowok populer dan ganteng, tentu saja bukan tandingan Kahzi yang hanya cowok biasa. Ia memang terkadang melihat Guira dan Bagas berduaan, tapi ia tak berpikir jika ada sesuatu yang lebih diantara mereka.
Bagas mendekati Guira dan duduk di hadapannya. "Ekhem...Gui, would you be my first girlfriend?"
Kahzi hanya melongo karena sama sekali tak mengerti apa yang diucap Bagas barusan. Di telinganya itu hanya terdengar sebagai bahasa alien.
KAMU SEDANG MEMBACA
A L A N I A
Romancepernah mendengar seseorang bisa menjadi indigo karena pendonoran mata? itulah yang terjadi padaku, aku sungguh bukan orang yang suka menonton film horor, tapi kenyataan memaksaku untuk menyaksikan kejadian horor setiap hari. tidak. setiap waktu. ...