" Well....aku ter--- ". Suara ketukan pintu yang kasar membuatku terlonjak kaget. Tak lama setelahnya seseorang berteriak memanggilku.
" LEAH!!! ". Dan aku tahu pemilik suara ini. Sialnya, ada Harry disini berada di kamarku dengan keadaan telanjang yang baru saja selesai bercinta. Keparat.
" Harry itu Cam, bagaimana ini? ". Harry terlihat tidak khawatir sama sekali, wajahnya datar dan ia memunguti pakaiannya yang berserakan.
" Si bodoh itu benar-benar pengganggu. Aku akan bersembunyi. Kau tenang saja. Dan satu lagi semuanya akan baik-baik saja jika kau merapikan dirimu dan ranjangmu "
Aku mengangguk paham dan Harry segera menghilang dari kamarku. Buru-buru aku merapikan ranjangku dan membersihkan perutku dari cairan Harry. Setelah itu aku memakai pakaianku lagi lalu membukakan pintu untuk Cam. Jika aku tidak butuh penjelasan darinya, aku tidak akan sudi melihat wajahnya malam ini. Lagipula rencanaku sudah gagal.
" Apa kau marah padaku? Dan kau melampiaskannya dengan menggerogoti sumber listrik dirumahmu? Atau kau menjadikan kabel-kabelnya spaghetti? "
Tidak lucu, bodoh!
" Masuklah! ". Tuturku tak peduli dan membiarkannya masuk. Cam membanting dirinya ke sofa. Aku berjalan untuk menyalakan lampu.
Aku lalu mengambil posisi duduk yang sedikit jauh darinya.
" Kau marah padaku? "
" Sedikit "
" Maafkan aku, aku tak bermaksud mengusirmu hanya saja aku sudah terlalu panik pada kondisi Irina ". Jelasnya. Ku rasa sebentar lagi rasa penasaranku akan terbayar.
" Siapa itu Irina? "
Dia diam, hanya menatapku kosong dalam beberapa menit. Aku sengaja tidak terlalu mendesaknya untuk menjawab. Dia harus jujur. Cam lalu menunduk, menarik nafasnya sebelum menatapku lagi.
" Bukan siapa-siapa "
Seriously?
" Pembohong! Jika dia bukan siapa-siapa mengapa kau menghawatirkan nya? Ayolah, Cam! Aku cukup pintar untuk mencurigai ini ". Suaraku naik satu oktaf. Cam benar-benar Brengsek, dia sungguh luar biasa untuk menghancurkan perasaanku. Aku semakin curiga padanya.
" Oh jadi kau menuduhku yang tidak-tidak? ". Dia bertanya dengan suara yang tak kalah tingginya, kenapa jadi dia yang marah?
" Cameron, just answer me! ". Ku tahan emosiku sendiri. Aku tidak ingin kami berakhir dengan saling berteriak satu sama lain.
" Leah.... ". Dia mendesah pasrah, aku tahu dia sedang berusaha mencari alasan. " Dia temanku, oke? Wajar aku khawatir padanya "
" Baguslah, sekarang pulanglah, aku ingin tidur, aku sudah puas menunggumu datang "
Aku berdiri dan mengisyaratkan agar ia segera menyeret bokongnya keluar dari rumahku. Tapi Cam adalah pria paling tidak tahu diri dan tidak punya malu. Dia datang dan menciumku, seperti tidak terjadi apa-apa.
" Bibirmu terasa aneh, apa kau memakai boneka seks untuk menggantikan ku tadi? Kau tahu, bercumbu dengan boneka? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose [Harry Styles X Cameron Dallas]
Romance18+ Haruskah aku memilih? antara mereka yang salah satunya Brengsek dan tanpa malu melecehkan ku, sedangkan yang satu lagi penuh dengan misteri tapi tidak kalah akan kebrengsekannya.