Brengsek!
Siapa itu Irina?
Memikirkannya membuatku frustasi. Sepenting itukah dia baginya? Bahkan ia dengan tanpa perasaan lagi mengusirku.
Menyandarkan tubuhku di daun pintu utama rumahku, aku dengan asal-asalan melemparkan ankle boots ku yang telah kulepas dengan kasar sebagai pelampiasan ku.
Aku akan menghilangkan diri, maksudku aku akan mematikan semua lampu, mengunci pintu rapat-rapat, juga jendela, dan yang terpenting aku akan menonaktifkan ponselku. Ya, aku harus melakukannya. Sebagai bukti bahwa dia sadar dan yang terpenting serius dalam hubungan ini, itupun jika ia berusaha mencariku.
Dengan cepat aku melaksanakan rencanaku. Mengambil beberapa bantal dan selimut, aku membuat perkemahan kecil di dekat pintu. Itu agar aku dapat mendengarnya, jika dia memang akan datang.
_____________________
Waktu menunjukkan hampir pukul sembilan malam, aku masih setia berharap dia datang. Tapi dia tidak. Apakah aku terlalu bodoh untuk berharap padanya? Sebenarnya aku ingin memastikan siapa itu Irina. Lagipula rasanya tidak mungkin jika dia adalah anggota keluarganya, buktinya yang menelepon tadi Alex yang sudah ku ketahui bahwa dia teman sekampusnya.
" Leah? ". Ku dengar suara berat itu setelah tiga kali ketukan pintu. Aku meragukan jika ini suara Cam. Lihatlah aku, bahkan suara kekasihku yang bajingan itu saja sudah pudar di memori ku.
" Leah, aku tahu kau di dalam. Ini aku, Harry "Harry? Mau apa dia kemari?
Buka tidak ya......
Ah, akan ku buka siapa tahu dia dapat memberiku informasi tentang Irina. Menghela nafas panjang, aku pun membuka pintunya. Kini di hadapanku Harry yang sedang berdiri tegak dengan tangan yang berada di kantung celananya.
" Apa yang kau lakukan dengan rumahmu? ". Ia berjalan masuk seenaknya. Ah, tuan yang sopan. Tapi tunggu dulu, ku pikir hubungan kami merenggang.
" Harry kenapa kau kesini? "
Ia tergelak. Well...apa yang lucu?
" Kau bahkan belum menjawab pertanyaan ku, oh by the way aku suka kau memanggil namaku, terlebih lagi mendesahkan namaku "
Oh, terserah apa katamu, dasar mesum!
" Aku sedang bersembunyi dari adikmu ". Tertampar oleh ucapanku sendiri aku langsung mengunci pintu. Aku berpikir bahwa keberadaan Harry disini kemungkinan besar justru tak membantu.
" Hey, dimana kau memakirkan mobilmu? "" Tenang saja, aku tahu apa yang kau inginkan "
Cih...sok tahu sekali
" Apa yang kau tahu? ". Tanyaku. Aku lalu kembali ke perkemahan kecil ku.
" Kau sedang cek cok dengan Cam? "
" Ya. Begitulah. Sekarang jawab pertanyaanku, ada apa kau kemari? "
" Entahlah, aku merindukanmu ". Jawabnya yang membuatku terdiam. Tanganku meremas bantal yang ada di pangkuanku. Harry datang dan duduk dengan kaki bersilang di hadapanku. Kalau boleh jujur, aku juga merindukannya.
" Aku ingin mengobrol di kamarmu, akan sangat berbahaya jika si bocah itu mendengar ada aku disini "Aku mengangguk cepat dan mengangkut semua bantal dan selimutku, tentunya Harry juga menolongku.
" Kau terlihat begitu mencintainya, sejak kapan kau terkapar di lantai itu? ". Harry melemparkan bantal yang ia pegang ke kasurku. Aku menyalakan lampu tidur dan merapikan bantalnya. Untungnya cahaya rembulan yang masuk melalui celah jendela kamarku tidak mempersulit keadaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose [Harry Styles X Cameron Dallas]
Romansa18+ Haruskah aku memilih? antara mereka yang salah satunya Brengsek dan tanpa malu melecehkan ku, sedangkan yang satu lagi penuh dengan misteri tapi tidak kalah akan kebrengsekannya.