Chapter 14

3.5K 102 1
                                    




Hari telah berganti, aku sedang menunggu jam untuk kuliah pagi ini, kau tahu aku menunggu waktu dengan cara melamun di halaman rumah ditemani dengan segelas teh.


Aku tersadar dari lamunanku begitu melihat siapa yang datang di depanku. Hell yeah, kenapa si bodoh ini bisa tahu rumahku?


" Kau tinggal disini rupanya ". Ia melipat tangannya di depan dadanya. Matanya memandangi rumahku, demi apapun gadis ini benar-benar sombong. Lihat saja tatapan matanya yang selalu merendahkan segala sesuatu.
" Aku kemari untuk memperingatkan mu soal Harry, aku minta kau menjauh darinya. Lebih baik kau sadar diri. Jika kau memang pintar maka kau akan melakukannya "



Kedua alisku menukik naik, rasanya ada ribuan cacing yang menggelitik perutku. Astaga, memangnya dia siapa melarangku seperti ini?


" Kau tidak punya hak untuk melarangku, nyonya ". Kataku dengan nada mengejek sama sekali tidak mengindahkan ucapannya.


" Aku sudah resmi kembali padanya, semua anak Jeremy telah dijodohkan, tentunya dengan gadis yang sederajat dengan mereka. Oops sorry aku tahu kau juga kaya sekarang tapi tidak jika ibumu tidak menikahi Darrell "


Rasa panas dalam sekejap menjalar hingga ke ubun-ubun ku. Aku berdiri mensejajarkan posisiku dengannya dan dalam satu tarikan ia sudah tersungkur di tanah. Ya, aku menjambaknya hingga mencium tanah. Aku lalu menendangi tubuhnya dengan sangat kesal.


" Matilah kau, Jalang! Kau boleh menghinaku tapi tidak dengan ibuku! ". Aku memberinya tendangan bertubi-tubi tidak peduli dia akan mati atau tidak. Aku juga tidak peduli jika aku harus terkurung di balik jeruji besi.


Si jalang Rose meraung kesakitan, tentunya ia tidak dapat bergerak melawanku karena pakaiannya yang ketat melilit tubuhnya itu sama sekali tidak membantu.


" Kau bisa melawanku? Jelas tidak, karena kau hanyalah jalang murahan yang bisanya mengatai orang lain dan suka memamerkan vaginanya, iya kan? ". Aku memberinya tendangan keras sekali lagi, aku langsung meninggalkannya yang terbujur lemah di tanah. Persetan dengannya.


Pintu ku banting dengan keras tak lupa menguncinya. Aku sudah muak dengan semua ini yang berbau tentang keluarga Jeremy. Aku harus bersabar menghadapi 14 hari terakhirku untuk kuliah. Aku tidak ingin terganggu oleh mereka. Aku harus fokus pada semua ujiannya dan akan wisuda.



" AKU AKAN MELAPORKANMU KE POLISI, TUNGGU HINGGA KAU DI JEMPUT DISINI, WANITA BODOH! ". aku memutar bola mataku mendengar suaranya yang melengking tinggi. Padahal aku berharap dia mati dan bangkainya di halaman rumahku itu dimakan tikus. Oh yeah lupakan bahkan itu terdengar menjijikkan.


Ugh, sekarang aku sedikit khawatir jika dia benar-benar melanjutkannya ke kantor polisi. Brengsek, mati saja jika aku benar-benar di tangkap. Mana lagi sebentar lagi aku akan merayakan kelulusan. Hidupku sangatlah ironis.


Aku menjambak rambutku sendiri frustasi. Melangkahkan kakiku ke kamar, namun suara orang yang sedang beradu mulut menghentikan ku. Masalahnya, aku kenal dengan suara ini. Aku pun mengintip dari jendela.


Mataku melebar melihat si jalang tolol sedang menarik-narik ujung kaus Harry seperti memohon-mohon. Mengapa ia masih ada disini? Seharusnya ia sudah meluncur ke kantor polisi sekarang atau menelponnya, aku tidak peduli.


Mengabaikan mereka, aku memilih untuk hilang di telan bumi. Meskipun rasanya tidak mungkin. Daripada memikirkan bagaimana caranya di telan bumi lebih baik aku di telan kasur.


" LEAH!!! ". kakiku menghentak di lantai. Ughhh siapa lagi, sih?


Dengan dongkol aku membuka pintu. Tatapanku datar menatap Harry yang berdiri dengan wajah paling menggelikan yang pernah kulihat. Ia memamerkan deretan giginya padaku.

Choose [Harry Styles X Cameron Dallas]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang