Tanganku mengelus dengan kasar bibirku, menghapus jejak ciuman pria yang tidak lain dan tidak bukan adalah anak majikan ku sendiri. Aku tidak tahu sampai kapan ia akan terus menggangguku, tapi satu yang ku yakini, yang pasti ini akan berlangsung lama. Tapi aku harus kuat menjalaninya sampai hidupku membaik.
Aku membasuh wajahku dan menggosok gigi, setelah itu barulah aku mandi.
_________________
Alarm yang sialan berisik membangunkan ku, mengumpulkan nyawaku aku pun bangun. Tapi aroma masakan ibuku menyeretku untuk segera ke dapur. Dan benar saja, ibuku sedang menaruh semangkuk bubur ayam ke atas meja makan.
" Makanlah ". Suruh ibuku dengan memamerkan senyumannya. Aku senang melihatnya seperti ini, wajahnya segar, itu berarti ia telah sembuh.... sementara saja. Aku memiliki angan-angan untuk membawanya ke dokter. Berharap agar ia segera mendapatkan perawatan. Tapi lagi-lagi harus mendahulukan kepentingan kuliahku. Aku hanya bisa berdoa agar ibuku dapat sehat-sehat saja ke depannya.
" Kau serius dengan pekerjaanmu? "Aku menurunkan sesuap bubur yang baru saja hendak mencapai mulutku.
" Ya ". Jawabku diiringi dengan gidikkan bahu. Ibu menatapku sedih, aku tahu sebenarnya ia tidak suka akan keputusanku tapi mau bagaimana lagi, ini demi kebaikan bersama.
" Aku memiliki jadwal malam hari ini"Sebenarnya ini tidak akan terjadi jika aku dapat membayar uang kuliah tepat waktu, tapi ya sudahlah yang penting aku masih bisa kuliah.
" Jadi kau akan bekerja pagi ini? "
Aku mengangguk. Ibuku menghampiriku dan memelukku dari samping.
" Maafkan aku, aku belum bisa membahagiakanmu ". Aku mendesis padanya seraya menggeleng cepat.
" Tidak, Bu. Kau tersenyum saja aku sudah bahagia ". Kataku, aku membalas pelukannya dan yang terjadi selanjutnya adalah kami menangis bersama.
__________________
Aku berpapasan dengan pria yang seumuran ibuku, mendadak jantungku kejang-kejang. Pasti dia ayah Cam alias Bos yang sesungguhnya. Ia menangkap ku di bola matanya, sedikit mengernyit lalu terlihat biasa saja ketika aku berada lebih dekat dengannya.
" Kau pasti Leah, kan? Ah...aku senang ada seseorang yang dapat membuat anakku sedikit memikirkan tentang orang lain ". Katanya, aku mengangguk di antara bingung dan setuju. Ia yang menyadari kebingungan ku pun tertawa kecil.
" Ah lupakan saja, Leah. Baiklah kau boleh bekerja sekarang, semoga kau betah disini ". Katanya lalu menepuk bahuku yang secara otomatis membuat kedua sudut bibirku terangkat." Excuse me, Sir "
" Panggil saja aku Jeremy, well... aku harus pergi bekerja sekarang, sampai jumpa, Leah ". Katanya dengan aura ke-ayah-an darinya.
" Ya sampai jumpa, si-- maksudku Jeremy ". Aku sangat tidak nyaman memanggilnya demikian. Jeremy mengangguk dan keluar dari rumah. Benar-benar pria yang sibuk. Tapi... aku tidak pernah melihat istrinya, atau dia memang duda. Ah sudahlah itu bukan urusanku.
Dengan semangat yang sudah berkurang, aku pun mulai menjalankan tugasku. Sedikit lega, karena rumah ini sunyi senyap. Mungkin kedua makhluk aneh itu sedang kuliah atau masih terkapar pulas di ranjang mereka. Setidaknya tiada yang menggangguku bekerja.
Rumah yang benar-benar luas ini sangat ampuh menguras tenagaku, tapi mengapa mereka pelit sekali untuk mempekerjakan setidaknya mungkin dua orang. Tapi wajar saja sebenarnya jika dilihat dari gaji, mungkin jika ada dua orang gajiku tidak akan sebesar ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose [Harry Styles X Cameron Dallas]
Storie d'amore18+ Haruskah aku memilih? antara mereka yang salah satunya Brengsek dan tanpa malu melecehkan ku, sedangkan yang satu lagi penuh dengan misteri tapi tidak kalah akan kebrengsekannya.