Tujuh Puluh Tiga

3.7K 105 3
                                    

"Rayhan."

Mendengar nama itu, membuat Raffa membelalakan matanya dan entah mengapa kepalanya sangat sakit sekali.

Ia memegang kepala dan merintih bukan main.

Glen yang melihat sahabatnya itu pun memegang pundaknya.

"Lo kenapa Raf?" tanya Glen.

Memori Raffa.

Memori yang ada di dalam pikiran Raffa saat ini sedang terputar semua di kepalanya. Memori yang telah lama hilang, akhirnya muncul.

Ia mengingat orang yang bernama Rayhan adalah orang yang telah memukul kepalanya sampai akhirnya ia kehilangan ingatannya. Bahkan, orang-orang yang bersama Rayhan itu pun adalah orang yang sama saat ia dihadang di jalanan kala itu.

Raffa yang semakin memegang kepalanya yang sangat sakit pun saat ini telah kembali di pikirannya, ia mengingat seorang gadis yang pertama kali ia temui, saat dimana ia telah menabraknya, membuat gadis itu luka di kakinya, membuat gadis itu kesal kepadanya dan telah membuat gadis itu jatuh cinta kepadanya. Tapi, Raffa telah membuatnya kecewa.

Kecewa karena tak mengingat gadis itu, dan membuat gadisnya menangis.

Raffa telah mengingat semuanya, ia bahkan mengingat hal buruk yang pernah terjadi pada Almyra karena perlakuan Rayhan.

Ia pun langsung membuka pintu mobil Glen kemudian menyebutkan nama gadis yang tak lain adalah kekasihnya yang sangat ia cintai.

"Almyra."

Tanpa pikir panjang, Raffa turun dan berlari masuk ke dalam hotel itu. Glen yang melihat tingkah Raffa pun terkejut dan buru-buru memarkirkan mobilnya dan menyusul Raffa secepat mungkin.

Glen mencari-cari Raffa, kemudian ia mendapati Raffa yang telah diam di balik tembok.

"Kenapa?" tanya Glen.

Glen pun melihat beberapa orang berbadan kekar berdiri di depan sebuah kamar. Glen juga bisa menebak maksud Raffa.

"Almyra pasti ada di dalam situ, Glen. Gue harus menolong dia!" ucap Raffa sambil pergi dan menghampiri orang-orang berbadan kekar itu dengan ekspresi wajah marah.

Tapi niatnya telah di cegah oleh Glen.

"Ngga gitu caranya! mereka lumayan banyak, yang ada lo mati ditangan mereka, malah ngga bisa menolong Almyra nantinya." kata Glen.

"Mending, lo simpen yang banyak energi lo buat ngelawan si Rayhan. Kita harus cari cara biar orang-orang itu pergi dan ngga menghalangi kamar itu." saran Glen.

"Kelamaan! Kita ngga tau sekarang Almyra di dalam situ diapain! Gue ngga peduli gue mati, asal gue bisa menolong Almyra." tegas Raffa, dan kemudian berusaha pergi untuk menghampiri kamar itu.

Tapi sekali lagi, Glen menahan Raffa.

"Kalo lo mati, Rayhan yang menang!" ucap Glen.

Mendengar ucapan Glen, membuat Raffa diam dan membenarkan ucapan sahabatnya itu.

Sejenak, Mereka berfikir dan Glen pun mempunyai ide untuk membantu sahabatnya itu.

"Gue punya ide!" kata Glen kemudian membisikkan ke telinga sahabatnya itu.

"Ah! Kelamaan Glen!" kata Raffa.

"Tapi itu jalan satu-satunya."

Glen pun memainkan idenya sekarang, ia pergi mengambil obat pencahar yang ia simpan dimobilnya kala itu saat berpergian dan memanggil seorang pelayan wanita untuk memberikan minuman yang telah ia campur obat pencahar itu. Ia menyuruhnya membawakan minuman itu ke beberapa orang berbadan kekar yang berada di luar kamar yang telah menjaga kamar itu super ketat.

My Love Almyra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang