Pagi ini adalah hari terburuk untuk Lily. Kejadian kemarin masih terbayang-bayang di pikirannya. Semalaman ia tak henti menangis, dan alhasil menyebabkan matanya sembab dan menyipit seperti orang china.
Saat sampai di sekolah dan tepatnya di ruang ujian, Lily duduk sendiri di mejanya dengan tatapan kosong. Benar-benar menyebalkan, kenapa ia harus sebodoh ini?
"Ka Lily kenapa?" Tanya Airin, salah satu adik kelasnya yang kebetulan satu ruangan dengan Lily.
"Tidak apa-apa." Jawab Lily singkat. Dia hanya membisu setelah mendengar jawaban dari Lily yang terdengar jutek. Ya, ia memang suka seperti itu ketika merasakan kesedihan yang mendalam.
Airin beranjak dari kursi di sampingnya, sebelum ia benar-benar pergi. Ia berkata "sabarlah ka, jangan menangis." Ucapnya lembut. Seolah dia tahu apa yang sedang Lily rasakan.
Saat Lily masih asik dengan lamunannya atas kejadian kemarin, laki-laki yang sebangku dengan Lily tiba-tiba datang dan memberikan satu bungkus tisu kecil kepadanya, yang membuat dirinya sedikit terkejut. "Ambilah. Mungkin kakak lebih membutuhkan ini di bandingkan diriku," kata laki-laki itu. "Namaku, Rafa Febriana Putra. Maaf baru hari ini aku memperkenalkan diri."
Lily hanya diam saat mendengar apa yang di ucapkan Rafa yang baru Lily ketahui namanya. Tidak menoleh sedikitpun. Dia duduk di sampingnya sembari membuka sebuah buku yang menurut Lily itu adalah buku mata pelajaran Bahasa Indonesia. Ya memang hari ini ujian pertama adalah pelajaran Bahasa Indonesia.
"Emm.. memang aku sangat menyukai Bahasa Indonesia kak, sangat malahan." katanya yang menyadari tatapan mata Lily kepada buku yang ia pegang.
Lily masih saja diam. Benar-benar sedang tak ingin angkat bicara. Saat ia sedang fokus terhadap buku yang ia baca, Lily sedikit mencuri pandang pada wajah laki-laki itu yang sangat bersih dan tampan.
Setelah 2 hari Lily berada di ruang ujian dan sebangku dengannya, baru kali ini ia menatapnya dari dekat.
____________
Istirahat tiba, Lily dan sahabat-sahabatnya sedang berkumpul di pojokkan kelas.
"Oiya masa sih? Kenapa lo gak terima? Bukannya lo belum bisa move on dari kak Farhan?" Tanya Rena heran.
Lily baru menceritakan kejadian 1 hari yang lalu kepada mereka. Karena jika masalah hati, Lily tak tahan untuk memendam sendiri. Lebih baik di ceritakan kepada sahabat dekat-kan?
"Iya, tapi-kan gue gak mau masuk ke dalam lubang yang bikin gue tersiksa dan gak bisa keluar." Balas Lily.
Mereka hanya mengangguk mengerti apa yang Lily rasakan dulu kepada Farhan yang membuat dirinya enggan kembali lagi, walau masih sangat mencintainya. Tulus.
"Tapi, kalo di lihat-lihat ya, kak Farhan itu kece loh." Saut Feby yang membuat kami menoleh dengan cepat ke arah Feby.
Ia cengengesan melihat Lily, Rena, dan May serempak memasang tatapan tajam. "He he he. Bercanda kali, lagian masa gue makan temen sendiri, terus-"
"Masa lo makan semua ketua basket di sekolah ini." Potong May. Feby mendengus kesal kepada May, Lily dan Rena hanya tertawa melihat kelakuan mereka yang sedari SMP selalu saja saling mencibir satu sama lain.
Kringg kringgg...
Bel masuk berbunyi. Menandakan bahwa waktu istirahat telah usai.
Lily kaget saat melihat pensil ujian miliknya tumpul, tak se-tajam pagi tadi. Ia bingung harus meminjam kemana, karena ia tidak membawa penserut pensil.
Minjam ke Adit, alasannya, yang membuat Lily kesal 'Buat apa gue bawa gituan,'
Minjam ke Amel 'he he he ketinggalan di rumah, makanya bawa 2 dong.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Pertemuan Di Ujung Senja
RomanceRafa Reynatha Ramdhani (Rafa) seorang anak Bad Boy, yang berusaha meluluhkan hati seorang gadis yang bernama Lily Anathasa Aurellia (Lily). Akankah ia berhasil meluluhkan hati gadis yang sangat cuek dan dingin itu? Lalu bagaimana kisah perjalanan c...