"Ly, bangun Ly. Hey udah siang ini." Suara lembut seorang lelaki dewasa itu berusaha membangunkan adik kesayangannya yang tak kunjung bangun.
Ia kesal bagaimana lagi caranya untuk membangunkan adiknya. Sudah setengah jam setelah sholat subuh ia berada di kamar Lily, berusaha membangunkan adiknya. Namun nihil, Lily sama sekali tak mau beranjak dari kasur empuknya.
06.25 WIB.
Lily terbangun dari tidur lelapnya. Dan alangkah kagetnya, saat melihat Zayn berada di samping Lily. Zayn tertidur dengan masih menggunakan peci dan sarungnya.
"Kasihan banget alarmnya gue." Ucap Lily cengengesan.
Lily beranjak dari tempat tidurnya pelan-pelan agar tak membuat Zayn terbangun. Lalu ia memasukki kamar mandi.
Setelah selesai dengan baju basket yang ia pakai untuk tanding hari ini, ia keluar dari kamar mandi berniat untuk membangunkan Zayn.
Namun pada saat Lily melangkah menuju kasurnya, ia sudah tak melihat Zayn di sana. Sepertinya Zayn keluar saat Lily sedang mandi.
"Udah siang ternyata." Ucap Lily saat melihat jam yang terpasang di dinding kamar, menunjukkan pukul 07.02 WIB. "Tapi gak apa-apa deh, kan bebas."
Ia bersiap untuk pergi ke sekolah. Ia menyisir rambutnya dengan rapi. Lalu memakai jaket bomber berwarna hitam. Setelah di rasa sudah siap dan rapi, ia turun ke bawah dengan menenteng tas sekolahnya itu.
Di meja makan, ia melihat Ayahnya yang sudah beberapa hari tak pulang ke rumah, sedang berada di meja makan bersama Ibu dan Zayn.
Lily tersenyum saat melihat Zayn, Kakaknya yang masih mengenakan peci dan sarung.
"Pantes aja gak ada di kamar, eh tau-taunya udah sarapan aja." Ucap Lily lalu menarik sebuah kursi meja makan di samping Zayn.
"Habis kamu susah bangun. Jadi Kakak ketiduran. pas mau mandi, perut udah minta diisi."
Mendengar perkataan Zayn membuat Lily dan Erna menggeleng.
"Ayah, kemana aja beberapa hari ini gak pulang?" Tanya Lily kepada Doni yang asik membaca koran paginya.
"Ayah ada kerjaan di luar kota nak, maaf tidak mengabari kamu dulu. Soalnya Ayah buru-buru." Jawab Doni yang pandangannya masih tertuju pada koran.
Lily menghela nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Ia tak mengerti dengan keadaan di rumah akhir-akhir ini.
Pertama, kemarin saat makan malam Lily melihat mata Erna, ibunya yang sembab itu. Saat bertanya mengapa? Erna hanya menjawab sedang sakit mata saja.
Kedua, ia diam-diam sering memperhatikan Kakaknya yang akhir-akhir ini sering melamun seperti menahan beban berat. Dan lagi-lagi saat aku bertanya, mengapa? Ia hanya menjawab karena masalah cinta.
Apa? Masalah cinta? Bukankah Zayn selalu acuh pada soal cinta? Lalu sekarang? Huh mungkin ada perempuan yang mampu meluluhkan hatinya, pikir Lily. Tapi mana mungkin, Lily tak melihat ada kejujuran di mata Zayn.
Sungguh ia begitu tak mengerti dengan keadaan ini. Seolah seisi rumah ini sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Saat ia bertanya, lagi-lagi hanya kebohongan yang ia dapat.
Lily pun melahap roti yang berisikan selai kacang kesukaannya. Ia menyimpan beribu pertanyaan yang sebenarnya ingin ia tanyakan kepada Zayn, Erna, dan Doni. Tapi rasanya lidah Lily mendadak kelu dan susah untuk berbicara.
"Aku sudah selesai." Ucap Lily. "Aku berangkat ya, Bu, Yah, Kak." Lanjut Lily sembari menyalami mereka satu-satu.
"Kamu mau Kakak antar?" Tanya Zayn. "Tapi tunggu Kakak dulu ya bentar, mau mandi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pertemuan Di Ujung Senja
RomanceRafa Reynatha Ramdhani (Rafa) seorang anak Bad Boy, yang berusaha meluluhkan hati seorang gadis yang bernama Lily Anathasa Aurellia (Lily). Akankah ia berhasil meluluhkan hati gadis yang sangat cuek dan dingin itu? Lalu bagaimana kisah perjalanan c...