20. Hilang

25 2 0
                                    

Rafa kembali menuju meja tempat Lily duduk. Ia begitu amat bahagia, akhirnya setelah sekian kali menyatakan cinta, di terima dengan senang hati oleh Lily.

Rafa berjalan dengan seukir senyum di wajahnya yang tampan. Mampu membuat para pengunjung wanita berbisik dan kagum kepadanya.

"Ganteng banget itu cowok!" Seru perempuan berbaju putih.

"Beruntung banget tuh cewek dapetin cowok setampan dan seromantis dia." Timpal teman perempuan berbaju putih itu.

"Ah andaikan gue yang jadi pacarnya."

"Hai." Sapa Rafa ketika sudah duduk di hadapan Lily. "Makasih ya udah nerima aku." Lanjutnya sembari meraih tangan Lily.

Lily menangguk malu, warna merah merona terpampang di pipi manis Lily. Yang membuat Rafa terkekeh.

"Gausah malu gitu dong." Seru Rafa sembari menoel dagu Lily.

"Si.. siapa yang malu." Elak Lily.

"Ly." Raut wajah Rafa kini berubah menjadi serius. Tak seperti sebelumnya, yang memperlihatkan wajah konyol dan ceria.

Sontak Lily menatap lekat wajah tampan di depannya, yang kini telah menjadi kekasih hatinya.

"Berjanjilah, untuk tak akan pernah meninggalkan aku walau satu langkah." Ucapnya serius.

Lily mengangguk lalu mengukir seurai senyum yang membuat Rafa ikut tersenyum juga.

"Makan dulu ya, nanti aja sayang-sayangannya." Ucap Rafa menaik-turunkan kedua alisnya.

"Genit ya kamu." Seru Lily sembari terkekeh

"Aku kayak gini karena kamu loh." Ucap Rafa meyakinkan.

Lily kembali terkekeh saat mendengar perkataan Rafa.

Malam itu begitu amat indah untuk Lily dan Rafa. Karena untuk sekian lama sudah menutup hati karena masa lalu, mereka akhirnya bersama-sama membuka pintu hati untuk kisah cinta yang baru.

Menata indahnya harapan, dan mulai merangkai impian untuk tetap bersama. Dalam keadaan suka maupun duka. Mereka berjanji untuk saling setia dan tidak pergi untuk meninggalkan sebuah luka.

*****

Tringgg!!!!!!

"ARHG! Ganggu aja nih jam!" Umpat Lily pada alarm ponselnya.

"Ganggu orang aja lagi mimpi." Lanjutnya.

Lily membenarkan posisi tidurnya menjadi duduk, membayangkan kejadian malam tadi mimpi atau kenyataan. Ia tersenyum sendiri saat mengingat dimana Rafa berani menyatakan isi hatinya di depan banyak orang.

"Gue harap itu bukan mimpi." Ucapnya sembari menengadah menatap langit-langit kamar.

Ting.. terdengar nada suara yang menandakam ada pesan via whatsapp masuk.

Rafa : Pagi cantik😍.

Lily : Pagi.

Rafa : Dih udah jadi pacar juga masih aja cuek:(.

Lily : Hehe kirain aku, malam tadi cuman mimpi.

Rafa : Hehe nyata dong. Eh kamu ke sekolah gak hari ini? Aku jemput nanti ya.

Saat Lily hendak mengetik 'iya' dia kembali menghapusnya karena mengingat perkataan ibunya kemarin malam.

Lily : Gak kayaknya.

Pertemuan Di Ujung Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang