25. Taman bunga

18 0 0
                                    

Lapangan kota yang selalu menjadi tempat para musisi anak muda ternama memperlihatkan bakatnya di atas panggung, terlihat begitu ramai.

Acara ini berlangsun 6 bulan sekali. Maka tak aneh, saat acara ini di adakan, banyak orang yang rela jauh-jauh dan berdesakan demi menonton acara para musisi anak muda ini.

Tidak hanya para remaja yang berdatangan, tetapi orang dewasa pun hadir. Ada yang bersama sanak keluarga, adapun yang bersama kekasihnya. Karena bagi para pengunjung atau penghuni daerah dekat lapangan, acara ini selalu di cap positive dan sangat bermanfaat untuk mengenalkan bakat anak muda.

Dan tak jauh dari sana, sekelompok anak muda yang sedang berkumpul di sudut lapangan. Salah satunya adalah Rafa dan sahabat-sahabatnya.

"Gimana Raf? Lo jadi event?" Tanya Riki kepada Rafa yang sibuk memainkan ponselnya.

"Males ah." Jawab Rafa singkat, lalu berdiri untuk memesan mie ayam.

Riki menggerutu kesal. "Itu anak makan mulu yang di pikirin."

"Mang, mie ayamnya satu. Jangan pake kecap. Tapi pake  kasih sayang aja, tapi jangan kebanyakan juga. Nanti pacar saya cemburu, di genitin sama Amang mie ayam." Celetuk Rafa yang membuat tukang mie ayam itu menggelengkan kepala.

Setelah beberapa saat, mie ayam pesanan Rafa pun jadi. Rafa membawa mangkuk mie ayam itu ke tempat ia tadi bersam sahabatnya, lalu duduk diatas motor miliknya.

"Gak bagi-bagi lo," ketus Fajar.

"Beli aja sendiri." Ucap Rafa lalu kembali memakan mie ayam dengan nikmat.

"Tadi malem lo bilang mau event bareng anak-anak. Tapi sekarang lo gak mau," gerutu Riki kepada Rafa yang masih saja asik dengan mie ayamnya.

Sedangkan Nanda dan Fajar sedari tadi sibuk menggoda para perempuan seusianya yang hadir di acara itu.

"Eh Eza kemana?" Rafa memberhentikan aktivitas mengunyah mie ayamnya, menyadari bahwa 1 sahabatnya itu tidak ikut serta menyaksikan acara ini.

"Gak tau tuh," Jawab Riki.

"Nan! Jar!" Panggil Rafa kepada Nanda, sontak membuat Nanda dan Fajar menoleh kepada sahabatnya itu.

"Abang lo kemana?" Tanya Rafa.

Sebelum Nanda dan Fajar menghampiri Rafa, Nanda sempat meminta nomor ponsel perempuan yang  goda tadi.

"Abang? Gue gak punya abang." Jawab Nanda.

Rafa berdecak kesal dengan salah satu sahabatnya yang pelupa ini. Pasalnya Eza memang selalu di sebut sebagai abang Nanda, karena dari mimik wajah mereka, ada kemiripan meski hanya sedikit. Dan umur Eza beda satu tahun dengan Nanda.

"Itu Eza, curut!"

"Biasa lah, ini curut penyakit lupanya kambuh." Ucap Fajat menoyor kening Nanda.

Nanda mengangguk-ngangguk, tanpa dosa dia memperlihatkan deretan gigi putih yang terpasang sebuah behel berwarna hitam. Lalu menggelengkan kepala, memberikan isyarat bahwa ia tak tahu Eza kemana.

Acara berlangsung dengan meriah, semua para penonton antusias sekali untuk berjoget bersama-sama. Sungguh, musisi anak muda ini mampu menggoyangkan lautan manusia yang hadir di sana. Begitu pula dengan Rafa, Riki, Nanda dan Fajar. Mereka juga ikut berjoget ria sembari sesekali berteriak girang.

Setelah di rasa lelah, Rafa kembali ke tempat motornya terparkir.
Sedangkan Nanda, Riki, dan Fajar, masih asik menikmati acara itu.

Rafa merogoh ponselnya untuk memainkan game yang selalu menjadi teman saat ia merasa lelah. Tetapi, saat sedang asik-asiknya memainkan game, ada seorang perempuan yang menepuk pundak Rafa. Membuat Rafa kaget dan langsung menoleh ke arah perempuan itu.

Pertemuan Di Ujung Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang