07. Kejadian di Masa Lalu

23 2 0
                                    

Mentari pagi menyinari sela-sela jendela rumah Lily yang masih tertutup oleh gorden berwarna abu toska. Tak hanya itu, kicauan burung membuat suasana pagi semakin hangat.

Hari minggu, hari dimana Lily memutuskan untuk bangun pukul 10 pagi. Dan sekarang? Sudah lewat 20 menit. Jangan tanya kenapa, inilah salah satu sifat pemalas dari perempuan manis itu. Yang selalu membuat ibunya dan bi Nur kewalahan saat membangunkan Lily.

"Nak, bangun ayok. Kamu itu perempuan, sudah besar. Coba hilangkan kebiasaan kamu ini dong." Tegur Erna ibunya Lily.

Lily menarik selimut untuk menutupi dirinya. "10 menit lagi ya ibuku yang lucu." Ucap Lily lemah.

"Dari tadi 10 menit-10 menit terus kamu ya. Cepetan bangun, kakakmu nanti jam 11 pulang."

Lily langsung terduduk dan berbinar-binar saat mengetahui bahwa Zayn kakaknya akan segera pulang. Sudah lama ia tak bertemu dengan kakaknya, sebab Zayn kuliah di daerah DKI Jakarta.

Dia sangat merindukan kakaknya itu.

Lily memeluk Erna erat, membuat Erna sulit bernafas. "Lepas, nak." Sergah Erna.

"He he he. Aku mau mandi dulu ya bu." Lily menuju kamar mandi dengan gembira.

'Terima kasih ya Allah' batin Erna, dan berlalu keluar dari kamar putri bungsunya, menuju dapur.

25 menit ia berada di kamar mandi, setelah selesai, ia memilih-milih baju santai yang pas untuk hari ini.

Setelah semua selesai. Ia keluar dari kamar, menuruni anak tangga menuju ruang makan.

"Bu, Ayah mana?" Tanyaku ketika Lily dan Erna berada di meja makan.

"Ayahmu belum pulang dari kemarin." Jawab Erna lemah.

'Ko gue gak nyadar Ayah gak ada di rumah dari kemarin?' Tanya batin Lily pada dirinya sendiri.

"Dia ada pekerjaan penting di luar kota nak." Senyum Erna kepada anak gadisnya itu.

Lily hanya membalas dengan sebuah senyuman tanpa berkata apapun. Tapi tidak dengan hatinya, ia tahu bahwa ada yang tidak beres setelah ia menyaksikan pertengkaran ayah dan ibunya, hingga ibunya terluka parah.

Lalu ia teringat pada kejadian yang menimpa kakak kesayangannya. Zayn.

Dan salah satu tragedi yang belum pernah Lily lupakan 3 tahun yang lalu. Saat Zayn di cekik oleh ayahnya, hanya karena berusaha melindungi ibu.

Flashback on

Pagi ini, Zayn sedang bersantai di halaman belakang rumah. Di temani sebuah gitar yang terus ia mainkan.

"Kakak, lagi apa?" Tanya Lily saat berada di samping Zayn.

"Sini. Kita nyanyi ya." Ajak Zayn membuat Lily duduk.

"Kamu mau nyanyi lagu apa?" Tanya Zayn.

"Emm apa aja deh, kan kakak jagonya." Lily memperlihatkan kedua jempolnya.

Namun ketika Zayn akan memetik senar gitar, suara teriakan dan hantaman barang terdengar jelas sampai ke halaman belakang. Zayn dan Lily kaget, tapi Zayn berusaha terlihat tenang di hadapan adik kesayangannya.

"Lily, kamu diem disini ya. Kakak mau lihat ibu sama ayah." Ucap Zayn.

"Kak, ayah kenapa lagi sama ibu?" Tanya Lily sembari mengeluarkan air mata.

"Jangan nangis sayang. Ibu sama ayah cuman lagi ngebahas hal penting." Zayn menjelaskan.

"Kak, aku ini udah kelas 1 SMP. Kenapa kakak seolah masih menganggap aku anak TK. Aku juga perlu tau masalah ini kak." Lily semakin terisak.

Zayn memeluk dan mencium puncak kepala Lily. "Kamu belum waktunya tau sayang." Ucap Zayn.

Lalu Zayn melepas pelukannya. "Kakak mau ke ayah sama ibu ya, kamu disini jangan masuk." Ucap Zayn berlalu.

Tapi, Lily sangat penasaran. Ia memilih untuk mengikuti kakaknya. Dia bersembunyi di kursi ruang tamu.

"Bu! Ayah! Jangan kayak gini terus. Kasihan Lily." Ucap Zayn memelas.

"Diam kamu! Baru aja kelas 2 SMA sudah berani mencampuri urusan orang tua!" Bentak Doni ayah Zayn dan Lily.

"Nak masuk ke kamarmu." Erna mencoba membujuk Anak sulungnya, tapi Zayn tetap bersikeras untuk melindungi bidadari kesayangannya itu.

"Lebih baik kita cerai! Aku sudah tak sudi bersama denganmu!" Bentak Doni kepada Erna. Ketika Doni hendak memukul Erna dengan kepalan tangannya, Zayn menghalangi dan otomatis Zayn yang kena.

Saat sasaran Doni melesat, Doni mencekik anaknya lalu membentur-benturkan kepala Zayn ke tembok.

"Don! Jangan, itu anak kita Don." Cegah Erna dengan isakan tangisnya.

Doni mengabaikan teriakkan istrinya, dia terus saja membenturkan kepala Zayn ke tembok yang membuat kepala Zayn mengeluarkan banyak darah.

"DASAR ANAK DURHAKA!" Bentak Doni.

Zayn tidak melawan, karena ia tak ingin melukai ayahnya. Bagaimanapun Doni adalah ayah yang telah menafkahi Zayn dan Lily. Walau dia memang kuat, Zayn mengurungkan diri dan hanya pasrah ketika Doni menyiksanya. Yang terpenting baginya adalah, ayah berhenti memukuli ibu.

Flashback off

Lily menangis saat mengingat kejadian itu. Andai saja ia bisa melawan, mungkin ia bisa melindungi kakak kesayangannya. Tapi apa boleh buat, ia lemah dan hanya bisa menangis di balik kursi.

"Kenapa kamu menangis?" Tanya Erna saat membereskan piring.

"Tidak kok bu," Lily menghapus pipinya yang basah akibat air mata. "Aku hanya kepedesan." Sambungnya.

Lily beranjak pergi menuju kamar tidurnya. Meninggalkan Erna sendirian.

'Maafkan ibu nak.' batin Erna.

.

.

.

.

.

Jangan lupa Vote and comment ya, maaf buat part ini kayaknya segini dulu. Salam dari aku😂

Pertemuan Di Ujung Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang