Part 2

37 2 0
                                    

Pagi ini aku terbangun bahagia, setelah 5 (lima) tahun penuh siksaan dibawah Gauri akhirnya aku ganti bos. Semangat sekali rasa nya hari ini pergi ke kantor.

"Morniiiiing....", sapa ku ke teman-teman yang sudah sampai.

"Morning Fiyari", jawab mbak Pita sambil merapihkan kerudungnya.

"Fi..lo dicari sama si bos tuh", ujar Seno.

"Dia sudah datang? Tumben pagi banget..", aku pun langsung beranjak ke ruangan nya.

Tok..tok..tok..

"Masuk", ujar Gauri
Begitu melihat ku dia langsung membereskan tumpukan kertas diatas meja nya "Fiya..sini duduk"

"Bapak cari saya?"

"Iya Fiya, saya cuma mau bilang kalo Account PT. ABADI tetap kamu yang kerjakan ya, dan report ke saya"

"Iya baik pak. Ada lagi pak?"

"Nggak Fiya.. kamu sudah sarapan?"

Kenapa tiba-tiba Gauri perhatian? Ah..nggak, nanya sudah sarapan atau belum hal yang biasa. Buang jauh-jauh kalo Gauri jadi baik.

"Sudah pak tadi makan roti"

Gauri mengangguk.

Tiba-tiba ada orang yang membuka pintu ruangan Gauri. Seketika aku pun menoleh ke belakang.

Pimpinan Regional, Julian Junius yang datang, "Halo Gauri dan Fiyari saya mau perkenalkan Pimpinan baru disini".

Lalu masuk lah sosok yang berada dibelakang pintu. "Perkenalkan bos baru kamu Fiyari", lanjut Julian Junius.

Aku terdiam, aku terpaku, tidak bisa berkata apa-apa. Mata ku tak bisa beralih dari sosok itu. Arwan Savian.

Mantan pacar aku 4,5 tahun yang lalu, sosok yang begitu sempurna untuk aku dan keluarga ku. Memutuskan aku tanpa sebab yang jelas. Tanpa pernah ada penjelasan sedikitpun keluar dari bibirnya.

Aku dan Arwan bertatapan cukup lama.
Tanpa tersadar bergenang air mata ku.

Gauri memegang pundak aku tiba-tiba, membuat aku tersadar. Aku langsung pamit keluar tanpa berkata sepatah kata pun.

                                      ---

Makan siang kali ini aku pesan ramen dikasih potongan cabe 10 biji. Hati aku panas, emosi ku bercampur aduk.

Sluuurp...sluuurpp...

"Fi..Fi...jangan buru-buru makan nya, nanti kesedak", mbak Pita mengkhawatirkan aku.

Aku tidak mempedulikan omongan mbak Pita, aku tetap lanjut makan sampai abis.

"Mbak.. lo tau siapa Arwan Savian?", aku membuka obrolan setelah dari awal makan sampai selesai aku diam saja.

Mbak Pita geleng-geleng.

"Dia mantan gue' yang pernah gue ceritain!!"

"Hah' Serius lo Fi???", mbak Pita membelalakkan mata nya.

"Iya.. kenapa harus dia sih mbak???", aku mengacak-acak rambutku dengan kesal.

"Wah ini sih lo harus resign Fi..mana bisa lo kerja satu kantor sama mantan, apalagi dia bos lo!", "Lo masih kan kirim-kirim cerpen ke website apa tuh nama nya gue lupa. Jadi penulis aja lah Fi.. Uangnya kan lumayan", ujar mbak Pita.

Mendengar kata-kata mbak Pita aku jadi teringat sms dari editor kemarin.

Editor : Fiyari, viewers cerpen kamu sedikit. Tolong buat yang lebih menarik lagi.

Aku pasrah, "Duhhh...gak tau mbak, gagal kayak nya"

"Ayo dong semangat' lo harus lempar surat resign lo depan muka mantan lo itu!", lalu mbak Pita tertawa terbahak-bahak.

Aku hanya tersenyum kecut.

                                       ---

Karena besok weekend, aku putuskan untuk pulang ke rumah orang tua. Selama ini aku tinggal terpisah, karna jarak rumah dan kantor terlalu jauh.

"Mamaa....", aku memeluk erat tubuh hangat Mama. Pelukan yang beliau berikan selalu berhasil membuat kegundahan ku berkurang.

"Tumben banget Fi jam segini sudah sampai rumah? Nggak lembur?", Mama membalas pelukan ku.

"Nggak Ma.. Oya, Fiyari ada sedikit uang untuk Mama. Kemarin kan Mama pingin beli hp baru", aku mengeluarkan uang dari dompet.

Mama menatap aku, sangat terasa begitu dalam tatapannya. "Terima kasih ya nak. Tapi mama akan sangat senang kalo kamu cepat menikah".

"Ahhh mama tuh... nikah lagi nikah lagi" kata ku sambil menghempaskan badan ke kasur.

"Tuh kamu ya, pantesan Arwan ninggalin kamu, judes nya kamu gak pernah hilang. Kurang-kurangin lah judes kamu, biar cepat dapat pacar", nada suara Mama mulai meninggi.

Jujur aku sangat sedih kalau selalu diingatkan soal menikah. Semenjak putus sama Arwan, tak pernah terpikirkan sedikitpun dibenakku untuk mencari pacar lagi. Hati ini masih sakit, tidak sanggup untuk memulai suatu hubungan yang baru.  Do not fall in love too much, because it will hurt you too much, too.

"Ma..mendingan Mama pusingin Salman aja deh.. suruh kerja apa aja dulu, gak usah nunggu-nunggu pengen jd PNS. Kalo memang bukan rezeki dia di PNS yasudah jangan maksain. Masa sudah 2 tahun lulus masih nganggur", celetuk aku kesel.

Mama menendang kaki aku tanda dia kesal, "Kamu tuh ya dikasih tau malah ngalihin pembicaraan. Biarin Adik kamu itu semangat belajarnya, pasti tahun ini lulus"

"Belain aja terus Ma!", saat itu aku memutuskan untuk pulang ke rumah aku, lebih baik aku gak jadi menginap dirumah Mama.

Aku tau Salman pasti mendengar pembicaraan aku dengan Mama. Biarkan saja lah..supaya pikirannya terbuka. Biar Mama juga tidak membela dia terus-terusan.

---

Jangan lupa meninggalkan jejak yaa teman-teman... hihihi

Terjebak Mantan!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang