Part 10

36 2 0
                                    

Ddrrrt....drrrrt

OMG pak Gauri bener-bener!
Belom ada sepuluh menit dia pergi sudah telpon lagi!!

"Halo! Ada apaan lagi sih???"

"Halo Fiyari... kamu kenapa??"

Fiyari membelakkan mata. Ternyata bukan Gauri yang menelpon nya.

Aduuuh' salah orang! -___-"
Pasalnya yang menelpon unkown number.

"Maaf Pak, saya kira teman saya. Ada apa Pak menelpon?"

"Kok kamu tau ini saya?"

Please deh Arwan. Pertanyaan loe gak mutu banget. Asli!

"Eng... saya tau dari suara Bapak. Ada apa Pak?"

"Saya mau kasih tau, besok kamu berangkat bareng saya. Besok saya jemput ya kamu jam 6 pagi"

"Gak Pak. Maaf gak usah. Saya kebetulan mau bareng teman saya ke arah Pondok Indah"

Sorry Arwan aku harus bohong.
Aku belum sanggup.

"Ohh..begitu? Hmm..oke baik lah. Jangan sampai telat dan hati-hati. Malam"

Tut..tut..tut.

Fiyari tercengang. Ia bingung dengan sikap Arwan yang tiba-tiba menjadi perhatian. Contohnya saja Arwan membelikan sarapan. Iya, di meja Fiyari tersedia makanan yang berbeda-beda setiap hari.

Sudah lah..

---------

Fiyari bersenandung kecil sambil menunggu pintu lift terbuka. Ia merasa bahagia karena klien yang ditemuinya bersama Arwan setuju untuk usulan yang diajukan.

Arwan menekan tombol B2, lalu Fiyari maju menekan tombol G. Ia akan turun di lobby, menunggu bus. Tanpa berkata apa-apa Arwan menekan tombol, yang baru ditekan Fiyari, dua kali.

"Kok dimatikan Pak? Saya mau turun di lobby"

"Mobil saya di B2"

"Saya mau naik bus saja"

"Sudah ikut sama saya saja"

"Itu perintah?" tanya Fiyari dengan sinis.

Mendengar ucapan Fiyari, Arwan kesal, ia memukul tombol di lift sehingga membuat lift berhenti.

"Kamu sudah gila?? Kita bisa terjebak!!!" ujar Fiyari panik

"Iya aku sudah gila! Aku gila sama sikap kamu yang seperti ini!"

"Aku kenapa?? Aku enggak nyaman satu mobil sama kamu' maka nya aku naik bus!"

"Kenapa... kenapa kamu buat semua jadi enggak nyaman? Hahh????"

Air mata Fiyari mulai menggenang.

"Kalo tidak ada apa-apa, kenapa kamu putusin aku???"

Fiyari menghela napas.

"Aku enggak tahu apa alasan kamu mutusin aku", "kamu enggak kasih aku alasan!"
"Jadi apa aku salah kalau aku merasa engga nyaman sama kamu???"

"Aku enggak nyaman!!" Fiyari berteriak.

Napas Arwan tercekat, "Kamu tidak boleh mencampur-aduk kan pekerjaan dengan masalah pribadi Fiii.."

"Oya??", "kamu bisa memisahkan antara pekerjaan dengan masalah pribadi?"
"kamu kira aku enggak tahu kalau kamu sengaja masuk ke kantor yang sama dengan aku??!"

Arwan memandang Fiyari sendu, "aku harus berbuat apa supaya kamu tidak marah lagi?"

"Harusnya kamu tidak pernah masuk ke kantor ini! Percuma kamu menanyakan hal ini sekarang"

Fiyari berjalan keluar lift. Arwan menarik tangan wanita itu agak keras sehingga Fiyari masuk kembali kedalam lift. Fiyari menghempaskan tangannya.

----------

Arwan pov

Entah aku dapat kekuatan dari mana aku menyentuh dan menyingkirkan kedua tangan mungil Fiyari yang menutupi wajahnya. Menangkup pipi nya dan perlahan kedua jari ku mengusap air mata disana.

Wajah Fiyari kacau namun tidak bisa menghilangkan kecantikannya begitu saja. Fiyari tetap cantik di mata ku. Aku merunduk dan mengecup kepala Fiyari lama. Lalu merengkuh tubuh Fiyari dalam pelukanku

"Kamu tau Fi?" Ia mendongak, tatapan kami bertemu. "Aku kangen saat-saat kita seperti dulu", aku mencium keningnya. Memeluk ia semakin erat.

"Kamu membenci aku?" bisik ku

Ia mengangguk pelan, "Aku sangat membenci kamu!"

Aku pun terdiam, dan menangis

----------

Flashback On

"Kamu sudah makan? Aku pesenin makanan ya??" ujar Fiyari yang melihat kekasihnya tertunduk lesu.

Baru saja Fiyari akan bangkit dari tempat duduknya, Arwan langsung meraih tangan Fiyari dan berniat mencegahnya beranjak berdiri. Kedua mata nya menatap tajam ke arah Fiyari.

"Duduk", perintahnya dengan nada datar.

Fiyari kembali duduk dan tetap mempertahankan senyum manis nya agar Arwan terhibur.

"Ada apa Arwan?" tanya Fiyari khawatir.

Pria itu menghembuskan napas panjang dan menatap Fiyari.

"Kita putus"

"Apa?" berharap pendengarannya salah.

"Kita putus!!" ulang Arwan dengan nada tegas

Sebuah kalimat yang sangat menohok hati Fiyari yang terdalam. Fiyari berharap Arwan tidak serius dan segera menarik kata-kata nya. Fiyari tidak ingin hubungannya berakhir begitu saja.

"Ka.. kamu bercanda kan?" tanya Fiyari memastikan.

Arwan menyeringai, "Aku serius. Aku mau kita putus"

"Arwan..." suara Fiyari bergetar dan air mata nya siap jatuh. "Kenapa?"

"Aku sudah bilang, aku mau putus" jawab Arwan dengan santainya.

Dan air mata Fiyari jatuh dengan sendiri nya. Ia tidak percaya jika Arwan memutuskannya begitu saja, karena mereka telah bertunangan.

Ini pasti mimpi
Arwan tidak benar-benar mutusin aku.

"Arwan, aku sayang kamu. Kita sudah tunangan Arwan..." isak Fiyari yang tidak diperdulikan oleh Arwan.

Wanita itu meraih tangan Arwan dan  menggoyang-goyangkan, "Kenapa?"

"Kamu bisa cari cowok yang lebih baik dari aku. Lebih segala nya dari aku." ucapnya tanpa ada penyesalan sama sekali.

"Tapi, aku mau nya kamu"

"Aku nggak mau sama kamu lagi"

Arwan pun pergi meninggalkan Fiyari yang menangisi kepergiannya. Fiyari mengejar dan terus memohon kepada Arwan.

Flashback Off

----------

Psssst flashback ini scene sebelum Fiyari ngintilin Arwan terus-terus2an wkkwkwk (part 3)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Terjebak Mantan!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang