Bab III - perasaan dilema

58 4 2
                                    

Warning rawan typo, dan eyd, serta tanda baca berhamburan.


Selamat membaca 😊😊

****

Kekuatan immortal
melambangkan kebenaran
Kekuatan cahaya
melambangkan pedamaian
Kekuatan gelap
melambangkan kehancuran
Sebuah keajaiban turun
kepada anak anak terpilih
Untuk meneruskan garis
Keturunan tersebut

***

Perempuan itu berusaha memejamkan matanya untuk tidur, tetapi alhasil ia berhasil tertidur, ia malah semakin terpikirkan masalah kemarin sore.

"Kenapa tidak ku bunuh saja? Argggg," katanya dengan berdecak frustasi
Masalah membiarkan musuhnya tetap hidup awalnya cukup membuatnya membuatnya senang, tetapi lama-lama ia terpikirkan bagaimana jika laki-laki pengganggu itu melakukannya lagi, terlebih lagi terhadap perempuan yang tak berdaya dan ingin membunuhnya.

Masalah sepele itu membuatnya tidak bisa berhenti memikirkannya

***

Lise maju dengan menahan kesal, mengepal tangannya. "Sepertinya aku cukup menghadapimu saja dengan tangan kosong, tidak usah sampai mengotori pedangku dengan darahmu yang kotor itu," kata Lise sembari mengontrol emosinya

"Apa aku sebegitu lemahnya hingga kau hanya ingin melawanku dengan tinjumu itu, bocah?" kata laki laki itu dengan memandang sinis

Lise membalas laki-laki pengganggu itu dengan tatapan yang tak kalah sinisnya. Dasar tidak tahu berterima kasih.

Ia ingin memisahkan kepala laki-laki penggangu dari badannya, membayangkannya saja sudah cukup membuatnya senang, tetapi mengotori pedangnya dengan darahnya tidak akan membuatnya senang.

"Baiklah, sepertinya aku tidak punya pilihan lain. Mari kita lupakan sopan santun bagai seorang perempuan saat ini." Lise memejamkan matanya, menyerah dirinya pada emosi yang meraung-raung ingin keluar. Jika memang maumu begitu laki-laki penggangu, silahkan saja.

Ia memberikan seringainya. Satu gerakan cepat cukup membuat laki laki itu terkejut, sesaat bocah itu berada di depannya.

"Inilah yang aku bilang dengan kecepatan matamu masih lebih lebih lambat untuk melihat gerakanku," kata Lise dengan penuh penekanan

Laki laki itu terkejut saat sebuah tinju mengenai perutnya. Rasanya bukan seperti tulang keras, tetapi angin yang berkumpul di satu titik dan membuat bulunya merinding.

Dengan kekuatan penuh, Lise memukul perut laki-laki penggangu itu hingga terpental ke pohon yang jaraknya cukup jauh dari tempatnya. Ya... paling tidak satu dua tulang rusuknya patahlah.

Laki laki itu merasakan rasa sakit mendalam di perutnya, merasakan untuk pertama kali pukulan yang begitu kuat. Ia memandang takjub dan tidak percaya seorang anak kecil mampu membuatnya terlempar dengan mudah.

Ia menyeringai. Semangatnya berangsur-angsur naik saat mendapatkan musuh yang memiliki kekuatan sepadan dengannya dan seperti biasa ada raungan di dalam dirinya yang ingin memaksa keluar

Lise maju dengan tangan kosong walaupun tangannya gatal memegang pedang kesayangannya itu. Matanya menangkap jelas laki-laki penganggu itu sedang menahan raungan kekuatan yang ingin keluar.

"Jangan tahan kekuatan besar seperti itu untuk keluar. Nanti kekuatan itu yang memakanmu hidup-hidup loh," kata Lise memprovokasi laki-laki penganggu itu. Dan mengamuklah

(hiatus) prince and princess light bearer of peace(remake)#1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang