-- 02 --

16.8K 1.8K 78
                                    

Hari hariku terasa berbeda sejak memasuki wilayah ini. Wilayah yang seharusnya tidak dimasuki oleh orang sepertiku. Biasanya aku akan mendapatkan anak didik yang semuanya memiliki perilaku baik. Tidak seperti disini, satu anak yang selalu membuatku pusing tujuh keliling.

Kalian ingat hari pertama aku datang kemari? Anak menyebalkan itu berusaha menyiramku. Tidak berhenti disitu saja, saat jam bermain. Ia sengaja membuat sepatuku dipenuhi pasir lalu dibasahi oleh air dan berakhir aku pulang tanpa alas kaki.

Lalu hari kedua, ia menaruh permen karet di kursi ku.

Dan hari ini ia membuat kopi hitam yang ku bawa dan ku taruh di atas meja tumpah membasahi beberapa buku ku. Sialnya kopi itu membasahi dokumen penting yang harus ku laporkan pada dosen. Aku tak tau lagi harus menasehatinya seperti apa. Aku tak mungkin menghukumnya, ia akan semakin menjadi-jadi nantinya.

Ryu hanyalah anak yang kesepian. Yang ia butuhkan hanyalah sebuah perhatian. Aku tahu itu. Beberapa kali saat aku keluar sekolah untuk pulang, aku masih melihatnya menunggu seseorang. Wajahnya pun sering terlihat sedih. Padahal jam pulang anak-anak sudah berlalu satu jam yang lalu. Kali ini aku coba menghampirinya.

"kenapa kamu masih di sekolah?" kedatanganku yang tiba-tiba membuatnya sedikit terkejut. Mata bulat kecilnya menatapku tidak bersahabat.

"bukan urusanmu." Ujarnya dengan ketus.

Aku menanggapi itu dengan mengangguk. Kursi kosong disebelahnya langsung ku duduki. "kamu mau?" aku menyodorkan sebuah permen kopi padanya. Ia langsung menatapku dengan tatapan heran. "ini tidak terlalu manis, jadi aku tidak terlalu menyukainya. Tapi kalau kamu tak mau tak apa, aku akan membuangnya." Lanjutku sambil berpura-pura membuang permen itu. Namun dengan cepat tangan mungilnya merampas permen itu dariku.

Sikap tsundere nya itu membuatku tersenyum geli. Tangan mungilnya terlihat kesusahan membuka kemasan yang membungkus permen itu. "sini aku bantu." Ujarku sambil membantunya membuka kemasan permen itu.

Setelah kemasan itu terbuka sepenuhnya, permen itu langsung ia masukkan kedalam mulut mungilnya. Namun ku cegah. Matanya kembali menatapku dengan heran. "apa yang kau lupakan?"

"eum,, berdoa?"

"bisa jadi,,, tapi bukan itu."

"hn?" ia tampak tak mengerti dengan maksudku.

"kamu tau tiga kata ajaib yang akan membuat orang-orang disekitarmu menghormati dan menyayangimu?"

Kepalanya menggeleng lucu. Mata yang biasanya menatapku dengan tajam kini berubah menjadi tatapan polos yang tak pernah ku lihat sejak aku mengenalnya. Sungguh menggemaskan. Aku terkikik pelan melihatnya.

"akan ku beri tau. Pertama-" jari telunjukku terangkat. "terima kasih. Katakan itu saat seseorang memberi sesuatu dan menolongmu. Kedua-" jari tengahku menyusul dan membentuk V. "Tolong. Katakan itu saat kau ingin meminta bantuan seseorang. Lalu Ketiga-" jari manisku ikut terangkat dan membentuk huruf W. "Maaf. Katakan itu saat kauu melakukan kesalahan."

"Jadi aku harus berterima kasih padamu, begitu?"

Aku langsung mengangguk semangat. "hu'um"

"kalau aku tidak mau bagaimana?"

"maka Tuhan akan marah padamu, dan kau akan akan sakit perut setelah memakan permen itu. Kamu mau sakit perut?"

Kepalanya kembali menggeleng imut. Kemudian ia menarik nafas panjang lalu membuangnya perlahan melalui mulut. "t-ter- uh ini sangat sulit." Rengeknya.

"coba lagi. Lakukan terus hingga kata 'terima kasih' keluar dari mulutmu."

"ter- uh- te-rri-mma k-ka-ssih."

I'm Just the BABYSITTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang