Aku bukan pecundang (2)

51 1 0
                                    


Sabtu pernah bercerita, tentang hujan yang tak kunjung berhenti dan tentang rindu yang menyenangkan

Kala itu... Hujan deras pagi diselimuti kabut, siang ditutupi bosan & sore dikuasai rindu

Mama melarangku keluar menemui Nindia dan halwa, berkali - kali aku mencoba kabur tapi mama memergokiku, sampai akhirnya aku berhasil kabur

Ya... Mama memergokiku saat kabur tapi ntah kenapa mama membirkanku begitu saja, malah mama tersenyum saat itu ntahlah aku tidak tahu apa yang mama fikirkan

Aku berlari dengan baju yang perlahan basah kuyup menuju rumah nindia yang sebenarnya tidak begitu jauh dari rumahku

Aku berteriak di depan rumahnya " Nindia...!!! Nindia... Maen yu " aku terus berteriak
Tapi... Sial :( tidak ada jawaban aku tak mendengar suara sautan atau suara apapun selain suara rintik hujan yang jatuh menimpa genting

Kufikir sia - sia saja menerjang hujan untuk datang kemari, nyaris putus asa aku memutuskan untuk pulang, saat aku berjalan menuju gerbang tiba - tiba terdengar suara

" Tok Tok Tok "

" Hah, Suara apa itu? " Aku memutuskan untuk mencari sumber suara itu. berjalan mengelilingi rumah nindia sampai pada satu jendela yang berada tepat di depan kolam

Aku menghampiri jendela itu dengan sedikit perasaan takut & banyak perasaan penasaran (mungkin terbalik)

Seseorang Tersenyum dan melambaikan tangan

" Nindia, kamu ngapain disitu ayo keluar kita main "

Ia menjawab pembicaraanku tapi aku tidak bisa mendengarnya, mungkin diapun demikian

Sampai akhirnya nindia meniup kaca dengan uap panas di mulutnya sehingga kaca itu berembun dan ia menulis satu kalimat

" kamu ngapain kesini randu? "

aku meniup kaca sampai berembun dan menjawab pertanyaan nindia begitupun nidia, jadi obrolan dibawah ditulis di kaca yang berembun ya

" mau ngajak kamu main "

" main? Diluarkan hujan randu "

" iya aku tau "

" nanti kamu bisa sakit "

" aku kuat nindia, aku gabakal sakit "

Aku memandang wajah nindia yang tanpa aku sadari ia terus tersenyum kearahku

" Tok... Tok... Tok... " nindia mengetuk jendela

" kamu bengong randu? "

" eh, engga ko"

" randu muka kamu lucu "

" lucu nin? "

" iya lucu pas bengong, kaya... "

" kaya apa nin? "

Kami terus saja berbicara sampai tak sadar langit sudah semakin gelap, ya walaupun memang gelap karena mendung dan hujan

**

Keesokan harinya. aku terdampar disebuah pulau yang dipenuhi selai kacang berbau sangat menyengat, saat aku berjalan mengelilingi pulau sebuah gelembung yang amat besar pelan - pelan ia seperti menarik semua aura disetiap tempat yang ia lewati dan mengubahnya menjadi listrik yang siap ia lontarkan kapanpun dan saat ia berada tepat dihadapanku ntah apa yang aku fikirkan tanganku bergerak kearah gelembung itu dan " Beezzztztttt "

" Sudah bangun nak? " ucap mama

" selamat pagi ma "

" iya pagi, udah kamu berbaring aja nak biar mama kompres dulu "

" iya ma " aku menuruti apa kata mama

" oh iya tebak ada siapa diluar "

" siapa mak? "

" sini masuk nak " ucap mama pada orang diluar

" Assalamualaikum " ucap Nindia & halwa

" waalaikumsalam, Nindia.. Halwa.. !!! " aku menutupi wajahku dengan selimut, ntahlah rasanya sedikit malu

" eh... Randu ga boleh gitu, itu ada tamu loh " ucap mama

" malu ma... " jawabku

" ga papa kan kamu lagi sakit jadi wajar "

" malu mama... "

" yaudah tante kalau Randunya malu Nindia sama Halwa pulang dulu ya " ucap nindia

" eh jangan " refleks ku sambil memaksakan untuk duduk

mama tersenyum

" yaudah kalau begitu tante tinggal ke dapur dulu ya Nak " mama mengusap kepalaku

Atmosfer terasa berbeda saat mama pergi, aku gugup, aku malu & aku tidak tau harus bicara apa, haahhh aku bingung

" apa ku bilang sekarang kamu sakit kan " ucap nindia

" sedikit hehe " jawabku

" makanya jangan so kuat randu " kata halwa

" Nah dengerin tuh apa kata halwa, kamu bandel si " tambah nindia

" hehe aku emang kuat ko nin, wa. Eh iya dari pada bosen kita maen diluar yu "

" ga usah randu, kamukan lagi sakit " ucap nindia

" Dengerin tuh apa kata nindia " ucap mama sambil membawa gelas berisi minunan

" ah mama "

" nah ini Nindia halwa, minuman dingin kesukaan Randu ' Es pisang Ijo '  Ayo diminum "

" mama itukan harusnya dimakan buka diminum " ucapku

" eh kan ada Es nya berarti diminum, iya to " jawab mama

Nindia dan halwa mengangguk

" loh ko cuma dua ma? Buat ku mana "

" kamu ga usah kan kamu lagi sakit, kamu susu coklat anget aja " kata mama

" ah mama.... "

" Terimakasih ya Tante " ucap Nindia

" iya sama - sama, tante tinggal dulu ya "

" iya tante " jawab mereka serempak

" eh iya randu, dari tadi hilwa kaya nyium bau - bau ga enak gitu " ucap Hilwa

" iya nih " kuat nindia

Hilwa mencari sumber bau

" Nah disini baunya, eh apaan nih ko basah  "

" Iiiiihhhhhh..... Rannduuuu ngompolllll " ucap mereka berdua dengan keras

Aku berteriak

" Aaaaaaaaaaa "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ketika Aku Mencintai BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang