Bab 37 [21+ Eksplisit Part]

59.5K 1.7K 20
                                    

Lagi-Lagi karena ada keterbatasan waktu

Eksplisit part-nya ditaruh dulu disini yaa

Nanti baru aku bikin halal wkwk

Jadii, bijak sebentar dalam membaca

Ps. Ini masih lanjutan malam panas Dana-Bunga di Bab 36

****

Vina menggigit kesal kuku cantik yang telah ia hias dengan warna merah tersebut. Ia merasa jengah, karena sudah beberapa hari Dana tidak mengangkat ponselnya. Jangankan mengangkat panggilan, pesan yang telah berkali-kali Vina kirim pun tidak ada yang dibaca.

"Bahkan menghubungi ibunya pun percuma. Wanita tua itu tetap tidak tahu keberadaan Dana! Sial!"

Prang!

Dengan geram, Vina melempar salah satu alat make up-nya pada cermin. Membuat denting pecahannya terdengar keras, dengan serpih kaca yang tersebar.

Temperamen wanita itu memang sulit untuk dikendalikan. Dari kecil, Vina sudah tumbuh dengan tabiat buruk dan selalu bertindak seenaknya.

"Brengsek! Sebenarnya apa yang pria sialan itu tidak suka dari aku!"

Wajah cantiknya yang terpantul melalui sisa kaca yang tersisa terlihat seram. Dengan napas memburu dan mata berkabut benci, ia terus saja merutuki Dana.

"Aku harus ke kantornya besok! Pernikahan! Lihat saja, brengsek! Akan aku segera percepat untuk membuatmu bertekuk lutut!"

****

Malam semakin larut, namun dinginnya kota tidak membuat api cinta diantara Dana dan Bunga padam. Dengan tubuh masih menempel satu sama lain, kedua orang itu tetap terbawa permainan gairah tanpa akhir tersebut.

Dana menurunkan diri. Menindih Bunga dengan bibir yang saling melumat. Desah wanita itu telah tertelan. Terhisap dalam bibir Dana, dengan lidah mereka tertaut dan mencoba untuk terus mengklaim kepemilikkan.

Pikiran Bunga telah limbung. Kedua tangannya naik membungkus punggung Dana. Dengan kuku yang tertancap, wanita itu berusaha menahan sengatan akibat kemaluan Dana yang terus menusuk tajam dirinya dengan keras.

"Ssh.. Aku tidak lagi.. Tahan.."

"Belum waktunya, sayang. Aku masih ingin menikmati dirimu sebentar lagi."

Tidak mendengarkan rengekan Bunga, Dana malah lebih memilih untuk mencapai punggung Bunga dan dengan satu tangan ia melepaskan kait Bra. Menariknya dari depan, melucuti dan kembali melemparnya asal. Membuat payudara wanita itu kini benar-benar telanjang.

"Ah.. Aku selalu suka bayanganmu yang seperti ini. Terasa sangat nyata dan liar."

Suara dalam Dana membuat cuping telinga Bunga memerah. Dipuja sedemikian rupa sungguh membuat dirinya tak kuasa.

"Lalu kamu mau apa?" tantangnya

"Melakukan ini."

Tidak menyia-nyiakan sedetik pun Dana membungkuk untuk menempatkan ciuman basah di dasar payudaranya. Membuat punggung Bunga melengkung dengan napas memburu.

"Ahh.. Tidak.. Ya.."

Dalam ketidak konsistenan, Bunga menolak dan menerima secara bersamaan. Terlebih setelah lidah Dana mengulum puncaknya. Terus memutar dan menggoda, membuat Bunga gemetar.

"Kamu menyukainya bukan?" tanyanya di sela kulit Bunga yang basah

Wanita itu tidak membalas. Hanya bisa mengeluarkan napas sensual secara beraturan. Hingga satu payudara Bunga yang lain ikut dipuaskan. Dengan pilinan jemari. Menimbulkan jerit kepuasan yang tidak terukur.

Berkali-kali Bunga kembali basah. Menuju puncak walau pria itu belum berada didalamnya.

"Dana.. Aku ingin dirimu.. Kumohon.."

Membuang harga diri, Bunga meminta. Tidak lagi mampu menahan tiap siksaan yang Dana berikan pada dirinya. Sementara dengan wajah penuh kemenangan, pria tersebut melihatnya dari atas sana. Merasa puas saat melihat wajah memohon wanita cantik miliknya.

Hiduplah seperti ini, sayang. Hidup seakan kamu hanya membutuhkan diriku.

"Kamu ingin apa?" bisik Dana ditelinganya

"Kamu.. Aku ingin dirimu.."

"Kalau begitu terus sebut namaku, sayang. Hanya namaku."

"Dana.."

Segera setelah Bunga memanggil namanya, pria itu mengangkat satu kaki Bunga ke atas dan ke samping tubuhnya. Dan dalam satu hentak, ia mengarahkan kejantanannya yang berdenyut kearah intim basah Bunga. Menenggelamkan miliknya sedalam mungkin dalam satu kali dorongan.

"Dana! Ah..! Astaga, bergeraklah.." suaranya terbata. Bibirnya menahan rintih. Bunga kacau.

Dana juga merasakan hal yang sama. Bunga adalah satu-satunya wanita yang mampu memberi kerapatan dan kesempurnaan bagi dirinya. Dan tanpa menunggu rintihan dari Bunga, pria itu telah bergerak. Mendorong kejantananya hingga sempurna, baru bergerak maju dan mundur secara teratur.

Tap! Tap! Tap!

Setiap kali Dana mendorong, maka pada saat yang sama pinggul Bunga meliuk. Berusaha menyeimbangi tiap ritme percintaan mereka.

"Kamu terasa nikmat, sayang! Ah, sialan! Sampai matipun aku tidak akan melepasmu!"

"Dana.. Terus.. Lebih cepat.. Ngh..."

Dana menambah kecepatan.  Menangkap mulut Bunga dengan bibirnya. Bercinta menggunakan lidah mereka bersamaan dengan gerakan tubuh bagian bawahnya.

"Dana, aku sangat dekat.. Ungh— lebih cepat lagi," lenguhnya nyaring saat bibir mereka terlepas.

Kali ini Dana menyurukkan wajahnya pada leher putih Bunga. Kembali menikmati tiap jengkal tubuh wanita itu dengan kejantanan yang terus memompa. Satu tangan pria itu bahkan telah berhasil lolos. Menyentuh clit bengkak Bunga, dan membawa wanita itu dalam klimaks panjang yang indah.

"Ah.. Aku akan sampai, Dana—"

"Bersama, sayang. Aku pun tidak lagi mampu menahan," ucapnya serak.

Dan begitu kedua intim tersebut kejang. Memberikan satu semburan kuat, maka hanya tertinggal pelu dan napas berat diantara keduanya.

"Bunga, bagaimana ini?"

Dana masih memandang wanita cantik itu. Dengan kejantanan tetap tertancap, satu lengannya terulur sembari merapihkan sedikit rambut hitam Bunga yang berantakan.

"Kenapa?"

"Aku masih ingin lagi. Ayo, kita mulai ronde dua."

Pria itu menyeringai. Kembali menyerang, tanpa memberi waktu bagi Bunga bahkan untuk sekedar berteriak.

*****

Ini dia lanjutan malam Dana-Bunga yang tertunda wkwk

Dibaca aja yaa, jangan dibaperin

😆😆😆😆😆

Oh iya, jangan lupa vote, follow, dan komentar

Follow juga igku di @safitridsy

-XOXO

[END] Behind The MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang