Bab 43

22.9K 1.4K 67
                                    

Sejak awal saat semesta terbentuk

Baik, matahari dan bulan akan selalu mengisi dan berdampingan satu sama lain

Melupakan bintang lainnya

Melupakan Bumi yang muncul sebagai pihak ketiga

****

"Aku turun disini saja."

"Kamu yakin tidak ingin aku antar sampai depan pagar?"

"Tidak perlu. Lagipula, hanya perlu berjalan sedikit dan aku akan sampai rumah," ucap Bunga terakhir sebelum akhirnya mengecup lembut pipi Dana. Membawa koper dan tas kecilnya. Bersiap untuk keluar mobil.

Sampai geraknya terhenti. Ia menoleh saat satu lengannya ditahan oleh pria disisinya itu.

"Kenapa?"

"..."

Dana terdiam. Tidak mengatakan satu kata pun dan hanya memandang lekat wajah cantik dihadapannya.

"Ada apa?" Sekali lagi Bunga bertanya. Memastikan sikap aneh Dana saat itu.

"Tidak.. Tidak ada apa-apa... Pergilah, jangan lupa angkat teleponku nanti."

"Baiklah."

Bunga tersenyum. Kali ini wanita itu benar-benar pergi. Keluar mobil. Meninggalkan Dana duduk seorang diri.

"Tuan, selanjutnya apa ingin langsung pulang?"

"Tidak, pak. Antar saya menemui seseorang lebih dahulu."

Supir Dana segera mengiyakan permintaan dirinya. Mengangguk patuh, dan kembali melajukan mobil. Sementara pria yang memerintahnya tersebut mencoba untuk bersandar. Melihat pemandangan luar jalan tanpa ada semangat.

"Sebenarnya aku takut... Saat menggenggam lenganmu tadi, aku merasa bahwa kamu akan pergi selamanya dariku..."

Dalam diam ia terus bergumam. Mengutarakan seluruh hatinya. Berharap semua yang dirinya takutkan tidak akan terjadi.

****

BUNGA POV

"Ibu! Ayah! Apa yang kalian lakukan disini?!"

Aku datang menghampiri mereka. Memeluk satu per satu orang tua yang telah aku kasihi tersebut.

"Syukurlah, kamu sampai dengan selamat, " kata Ibu sembari memeluk hangat punggungku.

Dari sudut mata, aku juga ikut memperhatikan raut wajah Ayah yang tidak kalah khawatir.

"Ayah, sebenarnya apa yang sedang terjadi disini?"

Pria tua itu sedikit terkekeh. Melihatku lembut sembari tersenyum.

"Kami awalnya ingin menyambut kepulanganmu. Dimas yang merencanakan semuanya. Namun, tadi... Beberapa saat sebelum kamu pulang, ia memberi kabar bahwa tidak bisa terus menunggu dan menjemputmu.

"Dia bilang ada seorang wanita yang jatuh pingsan tiba-tiba. Dimas merasa bertanggung jawab untuk memastikan keadaannya. Dan ibumu ini jadi khawatir karena hal itu."

Aku melepaskan pelukan. Memperhatikan erat raut wajah ibu.

"Jadi, Dimas yang memberitahu kalian?"

"Iya. Ibu saja sampai ingin marah padamu karena pergi diam-diam."

Reflek, satu tangan ibu telah memukulku. Bukan pukulan keras. Hanya satu pukulan lembut sebagai tanda sayangnya.

"Maaf, Ibu. Aku tidak sengaja. Lagipula, aku pergi mendadak juga, jadi sampai lupa memberi tahu kalian."

[END] Behind The MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang