MEMULAI

5 1 0
                                    

“Kita semua hidup dibawah langit yang sama, tetapi tidak semua dari kita memiliki horizon yang sama,” Cakrawala dalam The Atlantic Community Quarterly(1978). 

aku ingin memulai menulis tentang dirimu, dan memberikan pernyataan bahwa setiap manusia punya batasanya masing-masing, seperti horizon pembatas antara lagit dan bumi yang begitu indah membuat setiap manusia memiliki  judgementnya masing-masing. aku ingin bercerita tentang batasan realitas antara aku dengan dirimu, tentang pertemuan kita dan tentang sebuah kisah membuat batasan antera fiksi dan realitas dunia yang ku jalani begitu terlihat jelas, ini tentang langit dan bumi yang sama-sama kita nikmati di kala sore dimana cakrawala sama-sama membuat kita terpesona membentuk sunset di batasan samudra hindia, dimana antara mata batin dan mata hati tak lagi bisa kita ceritakan.saat waktu itu memiliki philoshopy tersendiri dalam kehidupan ku.

Aku melihat senyum mu begitu sederhana, entah apa yang kau tulis diantara pasir dan lidah laut yang menjilat begitu mesra ke kakimu. aku melirik setiap gerakan, kala itu aku hanya membayangkan bahwa begitu bebasnya dirimu menikmati hidup, sementara aku terikat tanpa kepastian. aku tertawa melihat mu tertawa begitu bahagia dunia yang kau ciptakan, sementara kau tau aku selalu hening dalam kebisingan yang aku ciptakan. luar biasa batasan yang tuhan ciptakan antara aku dan dirimu kala itu, angin pantai, debur ombak dan laut, kau tentu tau aku suka laut karena sebagian dari tulisanku adalah tentang laut itu sendiri, tapi apakah kau tau siapa yang ku sebut laut? mungkin dalam benakmu terpikir laut adalah diri sang fajar, atau tuan di pesisir pulau, tapi ketahuilah semua itu hanya kepalsuan yang ku ciptakan agar dunia ku terlihat berwarna oleh diriku sendiri, laut itu kosong, laut adalah sosok kehampaan yang aku ciptakan sendiri, tak ada yang mampu mengisi, dia hanya sejujurnya keadaan ku.

matahari sudah semakin mendekati garis cakrawala, aku masih senang bisa melihat mu tertawa, entahlah kau begitu ringan tanpa beban, usiamu begitu muda, masih akan banyak kisah yang kamu lewati di kemudian hari, dan aku perempuan tua ini, mungkin bagian dari kisah yang tak pernah ada dalam benak mu.mentari semakin tenggelam cahaya gelap, angin kencang aku mengikuti sosokmu dari belakang iyah aku yakin kau tak akan ingat sementara ingatanku begitu tajam tentang itu. aku melihat sosok lain dalam dirimu yang lebih bijak dari apa yang kamu bayangkan.

lupakan cerita tentang apa yang aku rasakan, bagaimana dengan dirimu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CAKRAWALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang