Berusaha menahan isak tangisnya, A Ro bertanya pada Woo Reuk, apakah Oraboni-nya yang sebenarnya pernah merindukannya? Woo Reuk membenarkannya, Mak Moon selalu membicarakan tentang adiknya. Setiap kali dia hendak tidur, dia akan selalu berdoa pada langit agar dia memimpikan adiknya.
"Lalu kenapa dia tidak bisa datang?" tanya A Ro dengan berlinang air mata. Woo Reuk hanya bisa mendesah, tak tega menjawabnya.
A Ro tetap tersenyum saat Sun Woo berjalan mendekatinya dan memberikannya bunga krisan yang dia klaim dia berikan pada A Ro sebagai bahan untuk obat sakit kepala dan bukannya sebagai bunga. A Ro mengaku senang karena Sun Woo menjadi oraboni-nya... tapi kemudian dia menjatuhkan buket bunga itu dan mulai mengkonfrontasi identitas Sun Woo yang sebenarnya.
Sun Woo bukan oraboni-nya, siapa dia sebenarnya? Sun Woo mengakuinya. Dia memang bukan Oraboni-nya A Ro, dia teman Oraboni-nya A Ro. Air mata A Ro berlinang saat dia menuntut apa yang terjadi pada oraboni-nya yang asli.
"Dia sudah meninggal."
"Kenapa orabi-ku meninggal dan kau masih hidup? Katakan!"
"Kau pernah dengar jika petani akan dibunuh jika mereka menyusup tembok Ibukota, bukan? Sebenarnya dia bisa melarikan diri. Tapi saat berusaha menyelamatkanku, dia terbunuh oleh pedang prajurit istana."
Sun Woo tidak peduli walaupun A Ro sekarang tidak akan memandangnya sebagai orabi-nya, tapi dia akan tetap hidup sebagai orabi-nya A Ro. Karena itulah keinginan Orabi-nya A Ro. Jadi A Ro juga harus hidup sesuai keinginan Orabi-nya. A Ro langsung pergi tanpa menjawabnya.
Ji Dwi melihat A Ro. Dia langsung jahil ingin mengageti A Ro, tapi malah mendapati A Ro menangis. Ji Dwi sontak cemas dan memutuskan membuntuti A Ro dari belakang tanpa menganggunya hingga A Ro berhenti di tepi sungai.
Tangis A Ro pecah saat dia teringat Sun Woo berusaha meyakinkannya bahwa dia kakaknya dan saat dia memutuskan untuk menerima Sun Woo sebagai kakaknya.
Sun Woo melampiaskan kesedihannya dengan memukulkan pedang kayunya berkali-kali sampai tangannya berdarah. Lukanya membuatnya teringat saat A Ro mengobatinya dan memintanya untuk tidak terluka lagi dan pengakuan mereka pada satu sama lain bahwa sekarang mereka mulai saling mencemaskan satu sama lain.
***
Pa Oh menyembunyikan dirinya di dalam selimutnya Ji Dwi tapi setelah beberapa lama menunggu, Ji Dwi masih saja belum muncul. Saat mendengar seseorang datang, Pa Oh langsung merapatkan selimutnya. Soo Ho heran melihat Ji Dwi terbungkus selimut, apalagi disertai peringatan 'MENJAUHLAH'.
Soo Ho cuek membuang kertas peringatan itu dan bertanya tentang kejadian saat mereka kabur malam itu, apa benar-benar tidak terjadi apapun padanya? Tapi anehnya, dia merasa orang-orang berusaha menghindarinya. Soo Ho mengaku kalau perasaannya sebenarnya tak enak, sepertinya terjadi sesuatu yang membuatnya marah tapi masalahnya dia sama sekali tidak bisa mengingatnya.
Pa Oh hanya menjawabnya dengan gumaman. Soo Ho bertanya apa dia sakit, Pa Oh mengiyakannya dengan gumaman lagi. So Hoo langsung protes, bagaimana bisa dia sakit saat mereka hendak tampil. Sebaiknya dia tidak membuat kesalahan di depan Ratu nantinya. "Sebaiknya kau cepat bangun!" bentak Soo Ho sambil menempeleng kepala Pa Oh lalu pergi.
***
A Ro terus menangis sepanjang perjalanan pulang. Ji Dwi menyusulnya dan menawarkan sekantong perak, mengira itu bisa menghibur A Ro. Saat A Ro mengacuhkannya, dia ganti menawarkan pelukan... "Atau kau ingin aku membunuh orang yang membuatmu menangis?"
Langkah A Ro terhenti seketika. Ji Dwi meminta A Ro mengatakannya saja, siapa orang yang menganggu A Ro? Apa orang itu mencemooh A Ro? Jika benar orang itu menghina A Ro, Ji Dwi bersumpah akan membuat orang itu mati tersiksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hwarang : The Beginning (TAMAT)
Fiksi SejarahBagi yang belum pernah/sudah pernah nonton drakor Hwarang dan ingin mengulang kembali kisahnya, silahkan bisa baca di sini.. ⚠warning The Beginning (nama lainnya adalah Flower Knights: The Beginning) merupakan kisah tentang sekumpulan pemuda elite y...