Bab 1

3.9K 574 8
                                    

Kali ini Mark bertugas sebagai dokter jaga di UGD, ia cukup bersyukur karena tidak terlalu banyak pasien saat gilirannya. Jadi situasi cukup terkendali.

Hanya beberapa keadaan darurat seperti persalinan, kecelakaan kecil karena tergelincir es di aspal, dan beberapa hal lainnya yang sering terjadi ketika salju turun.

Ketika akhirnya gilirannya selesai dan ia hendak pulang, beberapa orang berjas hitam masuk dengan wajah datar dan dingin. Orang-orang yang ada di koridor menatap mereka, dan Mark juga tak terkecuali.

Mereka terlalu mencolok di koridor rumah sakit yang berisi orang-orang dalam masa perawatan atau keluarga pasien yang datang berkunjung.

Belum lagi tubuh mereka yang tinggi besar, membuat orang-orang itu tampak jauh berbeda daripada penghuni rumah sakit.

Mark mengalihkan kembali atensinya, ia lelah setelah berjaga dan menangani beberapa pasien tiga hari ini. Dan ia belum istirahat dengan benar.

Lagipula ada atau tidaknya orang-orang ber-jas hitam itu tidak ada urusannya dengan Mark. Mungkin saja itu bodyguard salah satu pasien kaya raya di bangsal VVIP, atau penagih utang pasien lain.

Yang Mark inginkan sekarang hanyalah mandi kilat lalu tenggelam dalam selimut tebalnya yang hangat. Maka dari itu ia langsung menuju basement rumah sakit dan mengendarai mobilnya menuju apartemen tempat tinggalnya.

Sial baginya, keinginannya itu tidak bisa terwujud.

Aspal yang licin karena salju tipis membuat roda mobilnya tergelincir hingga membuatnya tak terkendali, naasnya lagi Mark tengah ada di jembatan dan karena tidak bisa mengendalikan mobilnya, mobil yang ia kendarai jatuh ke sungai.

Terjebak di dalam mobil dengan pintu dan jendela macet tak bisa dibuka.

Suara decitan dari rem dan pekikan beberapa pejalan kaki memenuhi pendengarannya sesaat sebelum ia dan mobilnya terjun ke sungai Han yang dingin.

Mark berusaha untuk membuka pintu, namun tetap tidak bisa terbuka. Ia bahkan menggedor-gedor jendela dan pintunya, berharap akan ada keajaiban yang membuatnya selamat.

Tapi, semakin ia panik, semakin cepat pula air masuk kedalam mobil hingga hampir memenuhi semuanya. Mark benar-benar terjebak, dan ia tahu, hidupnya berakhir kali ini.

Padahal ia belum sempat melakukan banyak hal dalam hidupnya, bahkan ia belum memberikan kado ulang tahun untuk ibunya bulan depan.

Air sudah sepenuhnya memenuhi mobil, oksigen juga mulai menipis di paru-parunya. Dan perlahan-lahan, Mark mulai kehilangan kesadarannya. Ia menyerah, membiarkan maut membawanya.

Setidaknya, dalam masa hidupnya yang singkat ini, ia banyak berbuat baik dan menjalani tugasnya sebagai dokter dengan penuh dedikasi. Dan ia juga cukup bersyukur karena belum memiliki anak dan istri, Mark tidak akan tega untuk meninggalkan mereka.

Tak apa dia meninggal dalam status lajangnya, mungkin di kehidupan selanjutnya, ia akan memiliki keluarga dan bisa hidup bahagia sampai tua.

❖❖❖❖

Suara dering alarm berbunyi nyaring di telinganya. Mark tidak menyangka, hal yang pertama kali ia dengar setelah mati tenggelam di sungai adalah suara alarm.

Dalam benaknya ia berpikir, apakah surga juga memiliki kecanggihan teknologi seperti dunia fana?

Tapi ibunya tidak pernah menceritakan itu ketika ia masih kecil, bahkan dalam alkitab sekalipun.

Jika bukan surga, lalu suara darimana itu?

"Aiyo! Mark, bangun! Alarm mu berbunyi sampai membuat gendang telingaku mau tuli." Suara pemuda terdengar tak lama kemudian, diikuti oleh suara pintu terbuka dan langkah kaki.

Lalu kemudian, tubuhnya digoyang-goyang kan dengan cukup kuat hingga rasanya Mark mau muntah.

'Tidak mungkin kan itu malaikat penjaga neraka yang mengguncang tubuhku?' batinnya. 'lantas siapa?'

Eh...

Sebentar...

Mengguncang?

Tubuhnya... diguncang?

Mark langsung membuka matanya dengan waspada, meski buram ia bisa melihat sosok laki-laki berambut coklat berdiri dihadapannya dan tampak kesal.

Tidak, itu bukan malaikat maut ataupun penjaga neraka. Dia manusia, sama seperti dirinya. Iya, sama seperti Mark.

'Itu artinya... aku masih hidup?' pikirnya sambil menyentuh leher dan wajahnya sendiri. Untuk memastikan suhu tubuhnya normal.

Dan ya,  suhu tubuhnya memang normal selayaknya manusia hidup pada umumnya. Bahkan kulitnya juga lebih lembut daripada sebelumnya.

Pemuda yang berdiri dihadapannya itu tampak keheranan, alisnya mengernyit heran melihat Mark yang tampak linglung.

"Mark? Kau baik-baik saja?" tanyanya sambil melambaikan tangannya didepan wajah Mark.

Mark lalu menatap sosok yang ada dihadapannya itu dengan tatapan polos, "kau siapa?"

Sosok itu membulatkan matanya, tampak kaget dengan perkataan Mark. Dia tampak seperti sudah melihat hantu, karena wajahnya berubah pucat.

"Mark?!"

"Ya?"

Tanpa ba bi bu lagi, pemuda itu langsung berlari keluar sambil berteriak panik campur tak percaya.

Mark yang heran hanya mengernyitkan dahinya, memangnya ada yang salah ya dengan pertanyaannya?

To be continued

Hai, semoga kalian suka dengan hasil rewrite ini hehet

Kira-kira kenapa ya sama Mark

[Rewrite] My Second Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang