Bab 9

2.4K 450 62
                                    

Sudah enam bulan lamanya Mark menjadi first footman di kediaman Wong, dan mengikuti majikannya seperti anjing yang penurut. Ia juga tidak terlalu penasaran dengan perusahaan yang dikelola oleh pria itu dan bergerak dalam bidang apa.

Ia cukup tau diri atas posisinya dan hanya melakukan semua tugas berdasarkan tanggung jawab. Meskipun tak dapat dipungkiri ia juga penasaran kenapa ia sering melihat orang-orang terluka di gedung itu, yang membuatnya terkadang menjadi dokter dadakan jika tidak ada tenaga medis disana.

Karyawan lain di gedung itu sangat baik, apalagi setelah cerita mengenai dirinya yang bisa melakukan operasi dadakan tersebar diantara mereka. Tanpa menanyakan asal maupun identitas lengkapnya mereka menariknya kedalam lingkaran pertemanan milik mereka.

Mungkin karena ia selalu datang dan berada di lantai yang sama dengan bos mereka, menjadikannya cukup dapat dipercaya. Hal lainnya yang berbeda adalah, Mark sudah lumayan lancar berbahasa Mandarin.

Meskipun ia masih sulit menangkap maksud kalimat yang diucapkan terlalu cepat, tapi setidaknya ia tidak terlalu membutuhkan bantuan Hendery untuk memahami perkataan yang lain.

Mereka semua benar-benar menepati janjinya, membantunya belajar bahasa Mandarin tanpa mengeluh. Yang ada, mereka justru sangat bersemangat dengan itu.

Singkat kata, Mark cukup puas dengan kehidupannya selama enam bulan ini.

Sampai kemudian Lucas memintanya untuk ikut ke bar. Pria itu tidak menjelaskan apapun mengenai urusannya di tempat yang menurut Mark adalah tempat terkutuk itu.

Tapi Eowen dengan baik hati menjelaskan secara singkat bahwa Lucas akan melakukan transaksi bisnis bernilai jutaan dolar di tempat itu. Dan dengan itu Mark tidak bertanya lebih lanjut.

Teman-teman sesama dokternya bilang beberapa pengusaha memiliki kebiasaan seperti itu, dan itu bukanlah hal aneh.

Jadi, saat ia dan rombongan sampai di bar yang telah disepakati kedua belah pihak, Mark hanya mengedarkan pandangannya ke segala arah.

Itu adalah bar kelas atas, yang biaya masuknya ke bisa sampai ratusan dollar. Dua orang berbadan kekar berjaga didepan pintu, sementara samar-samar musik yang memekakkan telinga terdengar dari dalam.

Mereka masuk dengan mudah, dan sementara Lucas terus berjalan menuju ruangan VVIP bar itu, Eowen berhenti dan memberi titah pada Mark.

"Tetap diam disini, kau bisa duduk di kursi itu. Kami akan kembali dalam satu setengah jam, jadi jangan buat masalah sampai saat itu. Mengerti?" jelasnya.

Mark mengangguk, "baik, aku mengerti."

Eowen mengangguk puas sebelum menyusul Lucas yang sudah tak terlihat. Membiarkan Mark sendirian di lantai pertama bar itu.

Mark berjalan menuju meja panjang yang terdapat seorang bartender tengah meracik minuman dan duduk disana.

"Oh, pengunjung baru?" tanya bartender itu ramah.

Mark mengangguk kikuk, "bisa dibilang begitu."

Bartender itu tidak bertanya lebih lanjut, ia lebih berfokus pada pekerjaannya. Sementara Mark melihat sekeliling dengan penasaran, sambil mencoba menikmati hiburan yang tersedia.

Yahh walaupun dia meragukannya.

Tak lama, lampu-lampu dimatikan. Hanya menyisakan lampu sorot berwarna merah kearah panggung yang sudah disiapkan, ada beberapa tiang disana yang tak Mark ketahui fungsinya.

"Oh! Sudah dimulai!"

Seseorang disampingnya berkata, membuat Mark bertanya-tanya apa yang sudah dimulai. Dan pertanyaannya langsung terjawab saat seorang wanita dengan busana minim berjalan dengan sensual diatas panggung itu.

Mark mengenali tarian itu, pole dance. Pikirnya.

Dan ya, wanita berpakaian seksi itu mulai menari diiringi musik yang tak kalah sensual dengan tiang tadi sebagai  penopang utama tubuhnya. Tubuh indahnya meliuk sempurna, seperti sutra yang diterbangkan angin sepoi-sepoi.

Mark kagum dengan keahliannya, karena melakukan pole dance itu sulit. Belum lagi dihadapan pengunjung bar seperti sekarang.

"Untukmu." ujar bartender tadi seraya memberinya margarita.

Mark menoleh untuk menatap minuman itu lalu beralih pada bartender itu, "oh?"

"Traktiran ku, semoga kau menikmati penampilan teman kami." jelasnya sambil menunjuk pada pole dancer diatas panggung.

Mark mengangguk kecil dan berterima kasih, sebelum kembali menonton pertunjukan pole dancer tadi dengan tangan kanan memegang margarita.

Ketika musik berhenti dan berganti dengan musik lain, penari itu mulai melepas sehelai pakaiannya. Pengunjung bertepuk tangan dan riuh antusias terdengar dari segala arah, sementara Mark sendiri tersedak margarita nya.

Sial,sejak kapan penari itu mulai melakukan aksi striptease?!

Daun telinganya sedikit memerah melihat hal itu, bukannya ia tidak tahu mengenai jenis tarian ini. Mark bukanlah orang polos yang tidak mengerti apapun—setidaknya ia punya pengetahuan dasar mengenai seks dan apa yang dilakukan penari di klub malam atau bar seperti ini.

Ia mengalihkan perhatiannya dengan menyesap minuman beralkohol rendah ditangannya, berusaha untuk tidak menjadi pria bejat yang akan turn on saat melihat tubuh wanita yang nyaris telanjang diatas panggung sana.

Sedikit banyak ia mengutuk dua orang yang meninggalkannya disini sendirian dengan canggung menyesap minuman beralkohol sambil mencoba untuk tidak menjadi pria cabul.

Ketika tiba-tiba sebuah tangan kekar dan kuat merayap di pinggangnya, diikuti bau alkohol yang cukup kuat menyapa indra penciumannya.

Mark mengernyit dan mencoba menepis tangan sialan itu, karena—demi tuhan, dia disini untuk bekerja bukan untuk memuaskan hasrat seksualnya!

Ia hendak berdiri kala tangan itu dengan mudahnya menariknya kembali duduk, membuat margarita nya sedikit tumpah. Dan Mark melontarkan sumpah serapah dalam hati.

"Tuan, tolong lepaskan tangan anda." ujarnya dengan sopan.

Ia masih ingat pesan Eowen sebelum pemuda seumurannya itu pergi tadi. Dan ia berusaha mempertebal kesabarannya dalam menghadapi pria mabuk disampingnya ini.

"Hmm? Kenapa aku harus?" ujarnya sambil mengusap-usap paha Mark dengan sensual.

Bukannya terangsang, Mark malah ingin memukulnya segera. Tapi, sekali lagi perkataan Eowen terngiang seperti alarm.

"Karena anda mabuk dan tidak dalam kondisi sadar, anda bisa saja menyesali perbuatan anda ini nanti." balas Mark masih dengan nada tenang, walaupun ia ingin muntah mendengar kata-katanya sendiri.

Pria itu tertawa terbahak-bahak, mengundang perhatian beberapa pengunjung disekitarnya. Dan Mark bersumpah, ia belum pernah memiliki keinginan untuk meninju wajah seseorang sebesar yang ia rasakan saat ini.

Tapi sebelum ia bertindak lebih jauh, sebuah tangan kuat menariknya kedalam pelukan yang sangat posesif.

"Siapa kau berani-beraninya menyentuh 'milikku'?" tanyanya dengan suara angkuh. 

Mark membulatkan matanya, ini tuannya! Tubuhnya kaku seketika, tak tahu harus meletakkan tangannya dimana karena takut dianggap lancang.

Akhirnya ia hanya memegang sedikit bagian depan jas milik Lucas sambil mengecilkan lehernya, berusaha untuk menyembunyikan diri.

"Heh! Aku ini Mingyuan, pemilik bisnis hiburan Yu Label!" balas pria itu, "dan kau sendiri siapa?! Hah?! Berani-beraninya kau menarik si manis ini?!" Sambungnya.

Mark bisa merasakan cengkraman tangan Lucas di pinggangnya bertambah erat, yang juga membuat bulu kuduknya berdiri. Sungguh, Mark tidak mau dan tidak mau tahu seperti apa majikannya saat marah!

Dia hanya ingin hidup tenang di kehidupan barunya ini! Kenapa ia tidak bisa merasakan ketenangan sama sekali?!

To be Continued

[Rewrite] My Second Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang