Bab 8

2.5K 462 23
                                    

Kerumunan itu langsung terdiam dan membungkuk hormat kearah Lucas secara bersamaan minus pria bernama Renjun, yang mana membuat Mark bingung hingga ia akhirnya ikut membungkuk juga.

Lucas menaikkan ujung bibirnya geli melihat first footman nya yang konyol.

"Maaf karena kami membuat keributan, Tuan." ujar salah satu dari mereka.

Lucas hanya mengangguk acuh, "bangun."

Mereka lalu berdiri tegak kembali, namun masih tetap dalam posisi formal.

"Jawab pertanyaan ku tadi, ada apa sebenarnya hingga membuat kalian berisik seperti itu?" ujar Lucas, ia sengaja menggunakan bahasa inggris agar Mark juga mengerti apa yang ia katakan.

"Kami hanya berterima kasih kepada teman ini karena telah membantu merawat luka Renjun, dan sekali lagi kami mohon maaf karena membuat keributan di lantai ini." jelas wanita dalam kelompok itu mewakili.

Lucas melirik pria yang berbaring lemas di sofa mewah itu dan mengangguk penuh pengertian, "bawa dia untuk istirahat, kalian bebas selama seminggu. Manfaatkan waktu itu untuk memulihkan diri."

"Baik, Tuan. Terima kasih." ucap kelompok itu bersamaan.

Dua pria kemudian membopong tubuh Renjun dan membantunya untuk berjalan, sementara dua lainnya menyusul. Wanita yang tadi membawa koper berisi peralatan bedah itu membereskan sisa-sisa operasi dadakan yang Mark lakukan dengan asal.

Dan saat Mark hendak membantunya, agar lebih tertata dan hati-hati dalam meletakkan barang-barang itu, wanita itu mencegahnya. Mengatakan bahwa tidak perlu baginya untuk membuatnya rapi kembali.

Mark merasa frustasi karena tahu ia tak membereskannya dengan baik seperti yang dilakukan para perawat di ruang bedah. Membuatnya gatal untuk membereskan kekacauan itu sendiri.

Ia masih tak menyadari tatapan Lucas padanya, karena masih ingin membantu wanita itu.

Barulah saat mereka pergi, bahkan resepsionis itu juga dan hanya menyisakan Mark berduaan dengan Lucas, ia mendongak dan menatap majikannya. Namun sedetik kemudian ia menunduk, menyadari kesalahannya.

"Apa ada yang anda butuhkan, Tuan?" tanya Mark, suaranya terdengar bingung namun wajahnya tetap terlihat tenang.

"Buatkan aku teh, jangan menambahkan gula." titah pria itu sebelum berlalu pergi meninggalkan first footman nya.

Mark mengangguk dan menggumamkan kata 'baik, tuan' sebelum kemudian berjalan menuju meja resepsionis. Ia tak tahu letak dapur di gedung atau lantai itu.

"Oh, anda bisa pergi ke lantai bawah. Disana ada dapur kantor, dan banyak persediaan teh maupun kopi. Anda bisa berjalan ke lorong disebelah kiri lalu berbelok ke kanan. Ruangannya cukup mencolok hingga siapapun akan dengan mudah menemukannya." jelas resepsionis itu.

"Terima kasih atas penjelasannya, nona." ujar Mark.

"Sama-sama, dan oh! Panggil aku Chaeryoung saja." balas wanita itu.

Mark mengangguk lalu pergi ke lantai yang dimaksud untuk mencari letak dapurnya. Chaeryoung benar, dapurnya cukup mencolok. Terutama dengan dinding berwarna merah muda dan lemari yang memiliki renda dibawahnya.

Cukup membuat mata iritasi saat melihatnya.

Ia jadi berpikir, siapapun yang menghias ruangan ini pasti seorang wanita atau gadis muda yang mencintai warna terkutuk itu.

Ia membuka setiap laci dan kisi lemari, mencari teh dan gelas serta teko yang cocok untuk menghidangkan minuman itu pada tuannya sambil merebus air.

Pilihannya jatuh pada kotak berisi teh hitam, menuangkannya ke dalam poci teh sebelum menuangkan air panas kedalamnya.

'akan lebih baik jika ada cemilan pendamping.' pikirnya.

Namun, selain kopi dan teh tidak ada hal lain. Mark memaklumi, jadi ia hanya menata set teh yang ia pilih keatas nampan sebelum membawanya menuju ke kantor majikannya.

Saat tiba didepan kantornya, ia mengetuk pintu perlahan dan meminta izin untuk masuk. Ketika balasan sudah ia terima, ia memutar kenop pintu dan masuk.

Ia dengan anggun berdiri disamping meja Lucas yang tengah fokus pada dokumen, sementara dirinya mulai meletakkan nampan dimeja samping.

Mark mulai menuangkan teh hitam kedalam cangkir dan meletakkannya di meja kerja, lalu membungkuk pelan sebelum meninggalkan ruangan.

Pemuda bule yang berdiri di belakang kursi kebesaran pria Wong itu memperhatikan setiap gerak-gerik first footman atasannya dan cukup puas.

"Kerjanya lumayan juga." ujarnya dengan bahasa yang santai.

Lucas mengangguk kecil, "lumayan. Walaupun konyol."

Pemuda itu tertawa kecil, sebelum ia kembali serius. Pekerjaan mereka masih banyak untuk diselesaikan.

❖❖❖❖

Kala mereka akhirnya pulang dan mobil-mobil itu berhenti didepan pintu mansion, hari sudah gelap. Lucas keluar lebih dahulu diikuti oleh pemuda bule itu dan Mark.

Lalu terakhir para bodyguard nya. Zhoumi menyambut mereka saat rombongan itu masuk kedalam bersama dengan footman dan gadis pelayan lain.

Lucas memberikan tasnya pada Mark, langkahnya tidak berhenti sampai ia berada di kamarnya dengan Mark yang mengekor dibelakang.

Ia letakkan tas mahal itu diatas meja kerja yang terdapat di kamar itu, lalu menyalakan lampu seluruh ruangan sebelum menutup gorden kamar dan memastikan jendela terkunci dengan baik.

Lucas sendiri tengah mandi saat ini, suara samar shower bisa Mark dengar dari luar. Ia mengambil aksesoris dan jas yang Lucas kenakan hari ini, lalu meletakkan jasnya kedalam keranjang cuci, sebelum lanjut meletakkan semua aksesoris ke tempatnya semula.

Tak lupa, sentuhan terakhir, ia menyiapkan piyama untuk Lucas dan meletakkannya di atas tempat tidur pria itu.

Telinganya sedikit memerah karena ia juga harus menyiapkan dalaman untuk tuannya itu, dan langsung keluar setelah semuanya selesai.

Saat diluar kamar, barulah ia menghembuskan napas panjang sambil mengipasi wajahnya yang terasa panas.

'Tenanglah! Itu hanya pakaian bukan hal-hal aneh.' batinnya.

Lalu membetulkan posisi berdirinya dan kembali menjaga postur tegak dengan wajah tenang seperti sebelumnya.

Ketika Lucas keluar untuk makan malam, Mark mengikuti dibelakangnya dan berdiri di belakang kursi dengan tenang.

"Tugasmu sudah selesai untuk hari ini, pergilah." ujar Lucas kala ia selesai makan dan berjalan kembali menuju kamarnya.

"Baik, Tuan. Selamat beristirahat." Mark membungkuk hormat dan berjalan menuju dapur sambil melonggarkan dasinya.

"Mark!!!" Seru yang lain saat ia mendekati mereka.

Ia ikut tersenyum, melambaikan tangan tanpa menghentikan langkahnya.

"Bagaimana hari pertamamu?" Tanya Hendery mewakili yang lain.

Mark mengingat-ingat kembali apa saja yang ia lakukan lalu mengangguk, "cukup baik, walaupun ada kejadian tak terduga saat di kantor milik Tuan." jelasnya dalam bahasa Mandarin yang masih canggung.

Rekan-rekannya mengangguk paham, lalu mereka kembali bersemangat dan bertanya apapun pada pemuda itu. Walaupun sedikit terhambat dalam bahasa, mereka tetap senang saat mendengarkan ceritanya.

"Ini, makanlah. Kau pasti lapar setelah seharian bekerja." Paman Lao menyodorkan beberapa hidangan padanya.

"Oh! Ini, kuharap ini bisa membantu." Xiaojun ikut berbicara sambil menyodorkan dua buah buku.

Mark membaca sekilas judulnya dan tersenyum, "terima kasih."

"Sama-sama! Jika kau kesulitan beritahu salah satu dari kami, pasti kami akan membantumu." balas pemuda dengan alis tebal itu.

Dan malam itu Mark menyisihkan sebagian waktunya untuk belajar bahasa Mandarin dari buku yang diberikan Xiaojun. Ketika matanya sudah lelah, ia berhenti dan mengatur alarm untuk besok pagi.

Satu hari yang melelahkan berlalu tanpa terasa.

To be Continued

[Rewrite] My Second Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang