Lucas tidak terlalu bersemangat untuk menemui calon rekan bisnisnya, ia tidak ingin menjalin kerjasama dengan pria itu sebenarnya.
Tapi jaringan yang dia miliki akan menguntungkannya jika mereka tidak berhasil menjalin kerjasama itu.
Ia perlu mengendalikan pria tua itu untuk menggunakan jaringan miliknya, jadi mau tidak mau ia harus melakukan langkah pertama dari rencana itu dengan menandatangani kontrak perjanjian dengan pihak lain.
Dan pergi ke bar untuk urusan kerja seperti itu merupakan hal lain yang Lucas tidak sukai. Ia benci melihat wanita maupun submissive yang menginginkan perhatiannya, benci bagaimana tangan mereka yang menjalar ke tubuhnya.
Itu sebabnya ia selalu membawa Eowen bersamanya jika ada kesepakatan bisnis yang harus dilakukan di bar ataupun klub malam.
Karena selain menjadi asisten dan sekretarisnya, pemuda itu juga akan mengusir orang yang menginginkan perhatiannya.
Selama diskusi, ia hanya menaruh setengah perhatian pada rekan bisnisnya. Ia melirik tidak minat ke lantai bawah, dimana pertunjukan pole dance tengah berlangsung.
Ruangan yang dipilihnya memiliki kaca bening yang menunjukkan bagian lain dari bar di salah satu dindingnya, sehingga membuat pengunjung yang memesan ruang VVIP tersebut bisa ikut menikmati penampilan di lantai bawah jika tertarik.
Di meja bartender, ia bisa melihat first footman nya duduk dengan canggung. Bagaimana pemuda itu mengedarkan pandangannya dan memegang minuman ditangannya, ia tampak seperti anak kecil yang ditinggal orang tuanya di tempat asing.
Lucas juga memperhatikan bagaimana reaksinya terhadap penampilan penari pole dancer diatas panggung, dan mendengus kecil.
Sementara dihadapannya pria tambun yang ditemani wanita panggilan itu terus berbicara dengan wajah sedikit memerah dan berkeringat.
Ah sial, berdiskusi ditemani alkohol itu ide yang buruk. Ditambah dengan wanita panggilan itu yang akan mengeluarkan suara-suara aneh dari waktu ke waktu saat rekan bisnisnya menyentuhnya dengan sensual membuat Lucas muak.
Eowen melirik sekilas kearah tuannya, tahu bahwa moodnya sudah buruk saat ini. Ia mengambil alih diskusi itu dan menyelesaikannya secepat yang ia bisa.
Ketika kesepakatan mereka akhirnya selesai, dan kedua belah pihak menandatangani perjanjian yang telah disiapkan, Lucas langsung berdiri dan keluar dari ruangan itu. Ia tak mau menyia-nyiakan waktunya di tempat itu lagi meskipun hanya satu detik saja.
Saat ia berjalan mendekati first footman nya, Lucas disuguhi pemandangan pemuda itu nyaris dilecehkan oleh pria mabuk. Amarahnya seketika naik, dan ia berjalan lebih cepat hingga membuat Eowen terkejut.
Tanpa pikir panjang ia menarik lengan pemuda itu dengan kencang, membuatnya berada dalam pelukannya. Lucas mencengkeram pinggangnya, menunjukkan sikap posesifnya pada pria lainnya.
"Siapa kau berani-beraninya menyentuh 'milikku'?" tanyanya dengan suara angkuh.
Tubuh dalam pelukannya menegang sebelum sebuah rematan kecil terasa di bagian depan jas nya.
"Heh! Aku ini Mingyuan, pemilik bisnis hiburan Yu Label!" balas pria itu, "dan kau sendiri siapa?! Hah?! Berani-beraninya kau menarik si manis ini?!" Sambungnya.
Yu Label? Bukankah itu agensi problematik yang dibicarakan Eowen beberapa Minggu lalu? Pikirnya. Orang dengan reputasi kotor sepertinya ingin merebut apa yang menjadi miliknya? Heh! Dia harus selamat dulu dari hujan pelurunya sebelum hal itu terjadi.
"Seorang pemilik bisnis yang tolol, menuntut artis-artisnya untuk menjadi pemuas nafsu orang-orang dengan fantasi seksual menanyakan siapa diriku?" ujarnya dengan nada meremehkan. "Bahkan kau tidak pantas untuk menatapku."
Ia memberi isyarat kepada Eowen, dan pemuda itu langsung maju sebelum meninju wajah pria bermarga Yu itu.
Orang-orang berteriak panik dan segera menghindar dari mereka, menghindari pukulan nyasar.
Pria itu mengerang sebelum menatap Eowen dengan tatapan nyalang, "kau?! Berani-beraninya!!"
Eowen memiringkan kepalanya, tatapannya kosong seolah pria itu seonggok debu yang tak pantas untuk mendapatkan perhatiannya. Saat pria itu hendak menyerangnya, sebuah tendangan cepat dan tajam mengenai kepala pria itu.
Membuatnya terhuyung dan jatuh ke lantai, sekali lagi membuat pengunjung lain berteriak ngeri.
Eowen membetulkan jas nya, lalu berjalan kearah bartender dan mengeluarkan sebuah cek kosong, lalu menuliskan beberapa angka diatasnya. "Maaf sudah membuat keributan, sebagai permintaan maaf, ini adalah uang ganti rugi atas kerusakan properti kalian."
Setelahnya ia pergi mengikuti tuannya yang sudah keluar terlebih dahulu bersama dengan fist footman nya yang masih ia peluk, di belakang Eowen mendengus geli.
Apakah ini tandanya akan ada musim semi di rumah besar Wong? Ia akan menantikannya.
❖❖❖❖
Mark masih belum sadar dari syok nya, ia hanya diam sambil menatap keluar mobil dengan wajah kosong.
Pengemudi meliriknya sekilas dan tersenyum kecil, "pasti itu sangat mengejutkan ya?" tanyanya.
Mark kembali ke dunia nyata, lalu menatap pengemudi dan mengangguk. "Aku takut tuan akan marah.. karena aku, dia harus turun tangan bahkan Eowen harus meninju pria itu.." balasnya.
Pengemudi itu hanya menggeleng, "tuan tidak marah padamu, lagipula kau itu korban. Dan tuan tidak akan sekejam itu pada orang yang tidak bersalah, meskipun caranya membela sedikit kasar."
Mark masih diam, kedua tangannya ia letakkan di pangkuannya. Seperti anak kecil yang menyesal dan menunggu omelan dari orang dewasa.
Sisa perjalanan hanya ada keheningan, baik pengemudi, Mark maupun satu bodyguard yang duduk di kursi depan tak ada yang buka suara. Hingga akhirnya mereka berhenti didepan mansion dan keluar.
Mark mengikuti Lucas seperti biasa, siap melakukan tugasnya kembali. Ia mengambil alih tas kerjanya, menyimpannya di atas meja kerja dan menyiapkan pakaian ganti selama Lucas tengah membersihkan diri.
Ketika mereka berjalan menuju ruang makan, Lucas tiba-tiba berkata. "Kau harus berlatih ilmu beladiri agar tidak terjebak dalam situasi seperti tadi."
Mark mendongak menatap punggung kekar Lucas, "baik, tuan."
Yang lebih tinggi mengangguk puas, "Eowen akan mengaturnya nanti."
Setelahnya Mark bebas tugas dan pamit pada majikannya. Ia bergabung dengan staf rumah besar itu seperti biasa dan mengobrol, sambil menyantap makan malamnya yang dibuat oleh paman Lao.
Ia menjadi sedikit rileks, kejadian di bar beberapa waktu lalu terlempar ke sudut pikirannya.
❖❖❖❖
Sementara itu, di dalam kamarnya Lucas duduk di sofa tunggal sambil melihat-lihat dokumen ditemani segelas wine. Musik klasik mengalun perlahan dari gramophone antik di sudut kamarnya.
Pikirannya melayang pada sensasi saat memeluk pemuda kikuk itu. Fist footman nya, yang konyol dan polos.
Yahh mungkin tidak sepolos yang ia kira, tapi Mark pasti akan cukup hijau.
Pinggang ramping, jari-jari yang lentik, dan aroma samar pinus bercampur dengan petrichor dari parfum yang entah apa merk nya. Tapi Lucas menyukainya.
Aromanya membuatnya entah bagaimana merasa tenang, bahkan rasa frustasi dan kekesalannya karena harus bertemu rekan bisnisnya menghilang saat mencium aroma itu.
Ia seperti berdiri di tengah-tengah hutan pinus yang telah dibasuh hujan pertama musim panas. Sejuk dan menyegarkan, dengan sedikit sensasi dingin.
Lucas jadi ingin memeluk fist footman nya lagi.
To be Continued
Dor!
Hhhh Wattpad error mmf y
KAMU SEDANG MEMBACA
[Rewrite] My Second Life
FanfictionKarena aspal yang licin, mobil yang Mark kendarai menjadi tak terkendali hingga tergelincir dan menabrak pembatas di jembatan yang membuat dirinya tewas terjebak di dalam mobil yang tenggelam. Tapi bukannya alam akhirat yang ia temukan, malah sebua...