Setelah kehebohan yang terjadi beberapa menit lalu, pemuda tadi kembali dengan seseorang yang tampaknya merupakan seorang dokter.
"Ge, tolong periksa dia. Masa tiba-tiba dia berbicara bahasa Korea??"
Sosok yang dipanggil ge itu tampak tenang dan duduk di pinggir tempat tidur yang Mark tempati. Dia yang masih tak paham dengan apa yang terjadi menatap mereka berdua dengan bingung.
"Apa aku salah?" tanyanya sambil menunjuk pada dirinya sendiri.
"Nah! Lihat 'kan?! Dia jadi aneh!" pemuda itu menunjuk Mark sambil memasang ekspresi ngeri.
Yang lebih tua hanya menggelengkan kepalanya sambil menatap Mark dengan tenang, "Mark?"
"Ya?"
Sosok itu lalu tersenyum tipis, "apa kau tidak bisa bicara bahasa Mandarin?"
Mark dengan linglung menggeleng, ia mengerti sedikit apa yang dikatakannya. Tapi hanya sedikit, karena ia tidak benar-benar belajar bahasa Mandarin dulu. Ia bahkan selalu bolos di banyak kesempatan saat mengikuti kursus bahasa.
Yang lebih tua lalu mengubah pertanyaannya, "apa kau bisa bahasa inggris?"
Yang ini Mark mengangguk, ia dibesarkan di Kanada dan bahasa Inggris-nya sebagus bahasa Korea-nya. Bahkan ia lebih nyaman memakai bahasa inggris daripada bahasa Korea jika boleh jujur.
"Syukurlah..." gumam sosok itu, ia lalu menegakkan posisi duduknya. "Apa kau ingat siapa kami?"
Mark menggeleng cepat, 'kan benar dia tidak kenal mereka berdua.
Pemuda yang tadi membulatkan matanya tak percaya, seolah-olah dirinya baru saja dikhianati oleh kekasihnya.
'apa sih?' batin Mark, ia masih clueless dan itu membuatnya kesal. Kan dirinya jadi seperti orang bodoh disini, tidak tahu apa-apa dan menjadi tontonan dua orang itu.
"Apa kau ingat siapa namamu?" yang lebih tua kembali bertanya. Tentu masih menggunakan bahasa inggris yang lumayan lancar.
"Mark." jawab Mark singkat. Ia tidak menyebutkan marganya, karena merasa itu tidak penting. "Boleh aku tahu sekarang aku ada dimana?" ia bertanya.
"Kau ada di mansion keluarga Wong, apa kau lupa itu juga?" pemuda tadi menjawab. Mark menggeleng, sekaligus bertanya-tanya bagaimana bisa dirinya ada di mansion milik orang lain.
"Apa ingatan terakhirmu?" kini giliran yang lebih tua bertanya.
Inginnya Mark menjawab kalau ia sudah mati, tapi mungkin jawabannya akan membuat mereka terkejut. Jadi yang keluar hanyalah, "tidak tahu."
"Apa?" pemuda itu menatap Mark dengan tak percaya.
Yang lebih tua menepuk-nepuk lengannya, "pergilah dan kerjakan tugasmu. Biar Gege yang menangani ini." Ia bicara dalam bahasa Mandarin.
Pemuda itu mengangguk sambil masih menatap Mark, lalu keluar dari ruangan.
Yang lebih tua lalu menatap Mark kembali, "apa yang terjadi padamu Mark?"
Mark mengernyit sambil menggeleng pelan, jangankan pria itu, dirinya saja tidak tahu ia kenapa.
"Apa aku sudah lama berada disini?" tanya Mark.
"Ya, cukup lama. Kau salah satu pegawai dirumah ini omong-omong. Apa kau juga lupa itu?" jawab pria itu.
Mark mengangguk, ia tidak mau memperpanjang urusan.
Ia jadi punya tebakan mengenai situasinya, tapi untuk sekarang Mark akan bermain bodoh dulu. Agar dirinya tidak memancing terlalu banyak perhatian atau bahkan dipecat dari tempat ini, karena Mark belum tahu apapun mengenai situasi barunya.
Pria itu menghela nafas panjang, "aku tidak tahu bagaimana bisa kau kehilangan ingatanmu, bahkan kemampuan bahasa Mandarin mu juga. Tapi aku dan yang lainnya akan membantumu kembali mengingatnya, untuk sekarang istirahatlah. Aku akan kembali nanti."
Mark mengangguk patuh, "baiklah."
Ketika pintu ruangan ditutup, Mark langsung merebahkan tubuhnya lagi dan menatap plafon ruangan dengan pandangan kosong.
Ia pernah dengar mengenai novel dimana sang protagonis bertransmigrasi atau berpindah ke dunia atau bahkan tubuh lain. Bahkan beberapa rekan sesama dokter dan perawat di rumah sakit suka membaca novel dan komik mengenai itu.
Tapi untuk dirinya sendiri yang masuk ke dunia lain, itu cukup membuatnya percaya tidak percaya. Jelas bahwa beberapa menit lalu ia ada di dalam mobil dan tenggelam di sungai Han, tapi sekarang ia ada di mansion keluarga Wong yang entah ada di negara mana.
Bagaimana ini...
Dalam novel yang diceritakan temannya, protagonis memiliki jari emas untuk bertahan hidup, tapi dia bahkan tidak punya kenangan apapun mengenai tubuh yang ia tempati sekarang.
Bahkan identitasnya sendiri saja Mark tidak tahu. Yang ia tahu hanyalah nama mereka berdua sama, yaitu Mark.
Sisanya ia tidak tahu.
'Ah! Kartu identitas! Dia pasti punya kan? Setiap orang pasti punya kartu identitas!' Mark membatin, ia lalu bangun dan mulai mencari disekitar ruangan yang sebenarnya mirip apartemen mini.
Gotcha!
Benda berbentuk persegi panjang yang berukuran kecil itu ada didalam dompet hitam di laci nakas. Dengan terburu-buru ia mengambilnya dan melihat data tubuh barunya.
Namanya ternyata sama, hanya saja marga keduanya berbeda. Mark punya marga Lee, sementara tubuh ini memiliki marga Jung.
Memiliki kewarganegaraan Korea Selatan, dan bahkan ia punya pasport disana. Juga pasport nya masih berlaku.
Yang paling membuatnya tercengang adalah wajah mereka berdua sama, apakah ini kembarannya yang lain?
Lucu sekali takdir ini, ia mati di tubuh lamanya lalu sekarang dilempar ke tubuh orang yang memiliki kesamaan rupa dan nama.
Terkadang hidup suka sekali bercanda. Bukan terkadang sih, tapi memang selalu bercanda.
Mark menghela napas panjang, "apapun itu pokoknya sekarang aku harus membiasakan diri dengan tubuh ini, jangan sampai aku mati konyol lagi dengan tenggelam di sungai."
Sekali lagi, ia menjelajahi ruangan itu untuk membiasakan diri sekaligus mengusir rasa bosannya.
"Ah! Bodohnya aku! Kenapa aku lupa menanyakan nama dua orang tadi?!" pekiknya saat kembali teringat dua sosok yang tadi ada di ruangan ini.
To be continued
Karakter Mark disini bakal beda sama yang sebelumnya (kayaknya)
Jari emas itu maksudnya kemampuan spesial yang dimiliki oleh setiap protagonis dalam novel.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Rewrite] My Second Life
FanfictionKarena aspal yang licin, mobil yang Mark kendarai menjadi tak terkendali hingga tergelincir dan menabrak pembatas di jembatan yang membuat dirinya tewas terjebak di dalam mobil yang tenggelam. Tapi bukannya alam akhirat yang ia temukan, malah sebua...