Esoknya, Mark memakai seragam yang terdiri dari kemeja putih, celana bahan hitam, serta dasi kupu-kupu dan vest yang berwarna senada.
Gila, pikir Mark. Untuk menjadi seorang pelayan di rumah tangga keluarga konglomerat seperti ini saja pelayannya diberi seragam yang tak kalah mewah dengan pakaiannya di masa lalu.
Vest yang ia kenakan saja harganya bisa mencapai beberapa ratus ribu won, belum lagi kemeja dan bagian lain dari seragamnya.
Kalau ditotalkan mungkin bisa mencapai satu juta won atau lebih untuk satu setelan.
'Sekaya apa orang ini sampai pegawainya memakai pakaian yang setara dengan kaum menengah keatas?' pikirnya.
Tapi biarlah, urusan uang itu bukan dirinya yang mengeluarkan. Toh, itu urusan majikannya. Tugasnya disini hanyalah menjadi seorang pegawai yang baik.
Ngomong-ngomong soal pekerjaan, Mark tidak tahu posisinya apa disini. Sungguh, benar-benar tidak berguna.
Ia celingukan saat keluar dari bangunan yang baru ia ketahui sebagai tempat tinggal para pegawai di mansion itu.
Orang-orang yang memakai seragam yang sama dengannya sesekali menatapnya saat mereka lewat, mungkin bingung karena dirinya yang tampak seperti anak hilang itu.
"Mark!"
Ah syukurlah ada orang yang bisa ia mintai tolong. Pemuda yang kemarin datang dan menghampirinya, tersenyum lebar meskipun sudah dibuat nyaris jantungan kemarin oleh dirinya.
"Ayo, sebentar lagi Tuan akan datang. Kau harus ada untuk menyambutnya!" ia menggandeng tangan Mark dan setengah menyeretnya menuju bangunan rumah yang Mark akui sangat-sangat mewah tersebut.
Tapi sebelum ia menikmati pemandangan indah itu, pemuda tadi terus menyeretnya untuk masuk.
"Kau bekerja sebagai footman disini, tugasmu adalah membuka pintu, menyajikan makanan, dan membantu menyiapkan pakaian untuk Tuan kenakan." jelasnya.
"Sekarang, pergi ke pintu utama dan tunggu Tuan disana. Dia akan tiba sebentar lagi, ayo cepat! Jangan sampai membuat Tuan marah dan kau dihukum." ia mendorong tubuh Mark agar pergi ke pintu utama.
Mark hanya menurut, lalu berjalan sambil melihat-lihat keindahan mansion yang luar biasa itu. Ah sial, melihatnya membuat Mark iri saja.
Untungnya ia tak tersesat dalam menemukan pintu utama, lalu diam di luar dan menunggu majikannya tiba. Seperti sudah terbiasa, tubuhnya tegak saat berdiri seperti pohon Cemara. Baik vest maupun kemejanya tampak rapi dengan poni yang sudah ia tata keatas.
Wahh... sepertinya jika ia berkeliaran di mall atau jalanan ia akan disangka artis atau seorang pebisnis karena wajah tampannya.
Tapi sayangnya ia tidak ada diluar sana. Tugasnya hanya ada disekitar mansion ini dan mengikuti tuannya seperti anjing peliharaan yang baik.
Tak lama, gerbang terbuka. Beberapa mobil masuk dan berhenti tepat di tangga dekat pintu utama dimana Mark berdiri.
Orang-orang yang berpakaian rapi keluar dari mobil-mobil itu, satu orang membuka pintu belakang mobil yang tampak paling mewah dan keluaran terbaru.
Lalu, seorang pria keluar sambil mengancingkan jasnya.
Diantara sekumpulan orang tampan dan bertubuh atletis itu, dia tampak menonjol.
Mungkin itu tuannya.
Saat pria itu mendekat, Mark membungkuk 90° sebelum membukakan pintu untuknya. Ia tetap menundukkan kepalanya sampai pria itu dan beberapa orang yang mengikutinya masuk kedalam mansion.
Tapi yang menarik perhatian Mark adalah, empat orang diantara mereka tampak familiar. Karena majikannya sudah jauh, ia berani menatap mereka semua.
Mark menyipitkan matanya berusaha untuk mengingat, dimana ia pernah melihat mereka. Lalu, ingatan sebelum kecelakaan itu muncul.
'Ah! Itu mereka!' pikirnya. 'Orang-orang itu ada di rumah sakit!'
"Tapi... kenapa mereka ada disana? Apa yang mereka lakukan disana?" gumamnya pada dirinya sendiri. Tapi sebanyak apapun ia berusaha mengingat, tak ada dari salah satu pasiennya yang merupakan orang berbadan kekar seperti mereka.
Mencoba untuk acuh, ia lalu masuk dan menutup pintu. Ia lalu berjalan menuju ke dapur, berusaha untuk menemukan pemuda tadi.
Karena lagi-lagi, Mark lupa menanyakan siapa namanya.
Ia tidak tahu harus apa saat ini, kan tidak mungkin ia makan gaji buta padahal pakaiannya saja lumayan mahal.
"Mark!" seseorang memanggil.
Mark menoleh dan mendapati seorang pemuda bermata bulat dengan senyum lebar melambaikan tangannya, dengan ragu ia mendekati pemuda tersebut.
"Ada apa?" ia bertanya menggunakan bahasa Mandarin yang canggung.
"Tolong antarkan teh untuk Tuan ke ruangannya, dia ada disana dengan paman Zhoumi." jelasnya.
Pemuda itu kemudian menyerahkan sebuah nampan berisi set teh dan beberapa dessert untuk menemani tea time.
"Boleh ulangi? Aku tidak mengerti ucapanmu." Mark bertanya menggunakan bahasa inggris, berharap pemuda itu bisa mengerti.
Pemuda itu mengernyit lalu tampak seperti sadar akan sesuatu. "Ah! Maafkan aku, aku lupa kau ini amnesia." Ia lalu mengulangi kembali perkataannya dalam bahasa inggris, membuat Mark bersyukur karena pemuda itu cukup pandai bahasa inggris.
Setelah itu Mark mengangguk dan membawa nampan, tapi sebelum melangkah lebih jauh ia kembali berbalik dan menatap pemuda itu.
"Anu.."
"Ya?" pemuda itu membalas, "ada sesuatu yang lain?"
"Dimana letak ruangannya?" tanya Mark.
Tidak enak sebenarnya bertanya seperti itu, tapi ia tidak tahu letak semua ruangan di bangunan kelewat luas ini.
"Kau hanya perlu naik ke lantai dua lalu berjalan melewati sepuluh pintu ke kiri, nah kau akan menemukan ruangannya. Pintu Ebony dengan gagang emas." jelasnya. "Ah ya, aku Hendery omong-omong!"
Mark mengangguk kecil, "terima kasih, Hendery."
Setelah mendapat anggukan dari pemuda itu, Mark pergi untuk melakukan tugasnya yang lain. Melayani Tuannya saat tea time. Entah dia ingin dilayani atau tidak, pokoknya Mark hanya ingin memberikan nampan ini seperti yang sudah diperintahkan oleh Hendery.
To be continued
Ini vest yang dimaksud 👇
Kayak sugar daddy gak sie._.
footman itu pelayan biasa, tapi tugasnya tuh ngintilin tuannya (kalo di jaman dulu). Tugasnya bukain pintu, siapin baju, siapin makan, pokoknya ada di deket tuannya terus deh.
Nilai tukar won ke rupiah : 1 won = 11,71 rupiah
KAMU SEDANG MEMBACA
[Rewrite] My Second Life
FanfictionKarena aspal yang licin, mobil yang Mark kendarai menjadi tak terkendali hingga tergelincir dan menabrak pembatas di jembatan yang membuat dirinya tewas terjebak di dalam mobil yang tenggelam. Tapi bukannya alam akhirat yang ia temukan, malah sebua...