H

129 6 1
                                    

Seperti kopi yang kerap kuseduh kala pagi.
Seperti ubi rebus yang yang selalu tersaji diatas meja usang diteras rumah.
Dua hal yang selalu kunikmati, setiap kali mengunyahnya, setiap kali menelannya.

Andai saja kau ada disini.
Bersamaku, menikmati hangatnya kopi dan nikmatnya ubi.
Tapi sayang...
Itu hanyalah sebuah angan.
Karena sampai saat ini kau masih saja enggan untuk bersamaku, menikmati indahnya pagi.
Dengan dua cangkir kopi yang berdekatan dimeja.

Itulah sebabnya.
Sampai saat ini, aku lebih memilih untuk menikmatinya sendiri.
Diteras rumah, sembari memandang kabut dipagi hari.
Dan berandai andai tentangmu.
Semoga saja aku bisa menikmati sajian pagi ini bersamamu.
Menikmati pahitnya kopi.
Menikmati butir demi butir ubi.
Memandang sejuknya embun pagi.
Ditambah lagi, tatapan hangatmu setiap hari.

Tak perlu sajian yang mewah.
Karena duduk berdua denganmu menikmati indahnya pagi.
Adalah hal yang menentramkan hati.
Menghangatkan dinginnya pagi.
Semoga tuhan lekas memberitahumu, bahwa aku sedang menunggu.

.
.

_2 Juli 2018_

Sepenggal Kata Untuk Dia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang