Chongfei Manual (End)

Ch. 153

Kereta tidak secepat kuda perang terlatih. Yang Zhen cepat-cepat naik ke kereta seperti payung berkubah.

Yang Zhen menghentikan kudanya di jalan kereta dan melihat ke tirai hijau muda bersulam benang emas.

Sopir itu dengan cepat mengencangkan tali kekang dan dengan tergesa-gesa memanggil untuk menghentikan kuda kereta.

"Yang Mulia, apakah Anda datang ke sini untuk melihat saya?" Yang Zhen bertanya perlahan dan tenang. Sebuah tirai memisahkan mereka.

Zhao Liuli sangat marah pada saat ini. Ketika dia mendengar kata-kata ini, air mata jatuh dari matanya. Dia tidak tahu kenapa dia marah. Apakah dia marah dengan Yang Zhen dan kedua tawanan itu? Atau, apakah dia marah dengan kata-kata yang dikatakan Tuan Zhou? Meskipun Yang Zhen tidak menerima kedua wanita muda itu, dia sudah lama berada di Guang Dong. Siapa yang tahu jika dia telah menyentuh wanita lain atau tidak? Terlebih lagi, Tuan Zhou telah mengatakan bahwa semua wanita di Guang Dong itu cantik. Bagaimana jika Yang Zhen tidak mampu menghentikan dirinya berselingkuh dengan wanita lain? Begitu dia memikirkan ini, Zhao Liuli merasa lebih buruk. Dia menggunakan ujung jarinya untuk menghapus air matanya.

Tanpa mengangkat tirai, dia memberi tahu pengemudi, "Siapa yang menyuruhmu berhenti? Saya ingin kembali ke istana. "

Sopir tidak berani tidak mematuhi perintahnya. Dia hanya bisa menaikkan kendali untuk mengarahkan kuda mengelilingi Yang Zhen dan terus berjalan menyusuri jalan.

Namun, saat kereta melewati Yang Zhen, dia menyandarkan tubuhnya dan mengambil alih kendali dari tangan pengemudi. Hanya dengan menggunakan sedikit kekuatan, dia dengan mantap menghentikan kereta di jalan.

Zhao Liuli merasakan kereta yang terseok-seok dan akhirnya bersedia mengangkat tirai untuk melihat Yang Zhen. "Aku bilang aku ingin kembali ke istana."

Yang Zhen tidak bergerak. Matanya tertuju pada wajahnya yang kecil dan halus seolah dia tidak bisa melihat cukup banyak.

Zhao Liuli adalah seorang putri. Ketika dia memutuskan untuk bertindak tinggi, dia sama sekali tidak kurang. Dia bertanya, "Sudahkah Anda memutuskan untuk tidak mendengarkan kata-kata saya lagi?"

Yang Zhen menatapnya dan terus bertanya, "Yang Mulia, apakah Anda datang ke sini untuk melihat saya?"

Mata Zhao Liuli memerah. Dia memalingkan muka dan berkata, "Saya tidak. Saya baru saja lewat sini dengan Ah Luo. "

Siapa yang akan melewati pintu masuk barak tanpa alasan? Yang Zhen diam. Tangannya terkepal erat di sekitar kendali gerbong saat dia menatap Zhao Liuli. Dia baru-baru ini melihatnya di Restoran Emerald. Pada saat itu, jantungnya yang gelisah akhirnya tenang kembali. Dalam tiga bulan terakhir, hanya ada satu pikiran dalam pikirannya. Mencapai layanan berjasa sehingga dia bisa kembali untuk menikahi Liuli. Dia telah memperlakukan dirinya sendiri sebagai pisau dingin. Dia tidak pernah merasa lelah saat dia pergi dengan prajurit lain untuk menghentikan pemberontakan tanpa berhenti untuk tidur atau beristirahat. Hanya ketika dia melihat Zhao Liuli bahwa dia merasa dia adalah manusia yang bisa merasakan kebahagiaan, kemarahan, kesedihan, dan kegembiraan dan khawatir tentang emosi. Dia telah melakukan semua ini untuknya.

Zhao Liuli melihat bahwa dia tidak menanggapi dan melihat kendali yang dia pegang. Dia memerintahkan, "Lepaskan."

Alih-alih mendengarkan kata-katanya, Yang Zhen membungkuk, melingkarkan lengannya di pinggangnya, dan dengan sombong membawanya ke atas kudanya.

Zhao Liuli membelalakkan matanya karena terkejut. Dia ingin turun dari kuda. "Apa yang sedang kamu lakukan?"

Yang Zhen dengan erat memegang pinggangnya dan tidak akan membiarkan dia bergerak. "Aku memiliki kata-kata yang ingin kukatakan pada Yang Mulia."