Chongfei Manual (End)

Ch. 145

Setelah makan siang keluarga, Wei Luo pergi bersama Madam keempat ke paviliun penerimaan untuk berbicara sebentar, lalu dia pergi ke halaman Pohon Beringin cabang pertama dengan Liang Yu Rong. Masih ada sisa potongan kertas merah terang dari "kebahagiaan ganda" dari hari pernikahan. Lentera di beranda juga belum diturunkan.

Ketika mereka memasuki kamar pengantin, Wei Luo melihat cahaya bersinar, lilin merah yang dihiasi dengan naga dan phoenix di meja panjang dan sempit. Di samping lilin, ada nampan emas berisi kacang, kurma merah, biji teratai, dan barang-barang lainnya. Wei Luo tersenyum saat dia melihat Liang Yu Rong dan bertanya, "Bisakah aku masuk ke dalam untuk melihat?"

Dalam suasana hati yang sedikit buruk, Liang Yu Rong menatapnya dengan kesal dan mengajukan pertanyaan sebagai jawaban, "Jika kamu ingin melihat, bisakah aku menghentikanmu?"

Wei Luo mengerutkan bibirnya dan tertawa. Dia dengan megah masuk ke ruangan dalam. Ruang dalam memiliki dua belas buah cendana merah yang diukir secara dekoratif dengan bunga lotus. Di belakang pembagi, ada semua perabotan yang dibutuhkan oleh pengantin baru.

Wei Luo melihat sekeliling dengan penuh minat seolah-olah dia belum menikah sendiri. Dia berjalan ke samping tempat tidur dan menunjuk sepasang bantal merah yang disulam dengan sepasang bebek mandarin. Dia bertanya, "Yu Rong, apakah Anda menyulam ini sendiri?"

Liang Yu Rong mengangguk. Dia dengan bangga berkata, "Selain bantal, selimut dan seprai juga disulam oleh saya."

Wei Luo berkedip dan bertanya sambil tersenyum, "Saya ingat bahwa keterampilan menyulam Anda tidak begitu bagus. Mengapa kamu menyulam begitu banyak? "

Ujung telinga Liang Yu Rong memerah. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia memimpin Wei Luo untuk duduk di sofa dekat jendela dan berpura-pura bahwa dia tidak mendengar pertanyaannya.

Wei Luo mendukung pipinya di tangannya dan tidak membiarkannya pergi. Dia tersenyum bertanya, "Yu Rong, bagaimana malam pernikahanmu dengan sepupu tertua?"

Liang Yu Rong mengambil jeruk dan memasukkannya ke tangan Wei Luo. Marah karena malu, dia berkata, "Makan jeruk. Mengapa Anda mengajukan begitu banyak pertanyaan hari ini? "

Liang Yu Rong bukanlah orang yang mudah merasa malu, tetapi hati gadis muda itu sepenuhnya muncul setelah dia baru-baru ini menikah dengan orang yang dicintainya. Penampilannya yang pemalu dan malu membuatnya tampak lebih manis dari biasanya. Tidak heran Wei Luo tidak bisa menahan godaannya.

Setelah Wei Luo menyebutkannya, Liang Yu Rong tidak bisa tidak memikirkan malam pernikahannya dengan Wei Chang Yin. Dia selalu berpikir bahwa Wei Chang Yin adalah seorang yang elegan dan luhur yang tidak memiliki keinginan duniawi. Tanpa diduga, bahkan dia memiliki momen ketika dia tidak bisa menahan emosinya ...

Malam itu, itu adalah pertama kalinya bagi mereka berdua. Pasti ada kecelakaan. Karena kaki Wei Chang Ying belum sepenuhnya pulih, dia membimbingnya untuk menyelesaikan malam pernikahan dengan kata-katanya. Saat suaranya yang pendiam dan serak memasuki telinganya, Liang Yu Rong merasa seolah otaknya berubah menjadi kekacauan. Dia tidak bisa memikirkan apa pun. Dia bahkan lupa tentang buku kecil yang diberikan ibunya kepadanya malam sebelum pernikahan. Dia hanya bisa mengikuti kata-kata Wei Chang Yin. Apapun kata-katanya, dia patuh melakukannya.

Pada upaya pertama, ia pergi ke tempat yang salah. Liang Yu Rong merasa sangat sedih karena air mata mengalir di matanya. Dia meringkuk di dada Wei Chang Yin dan berteriak, "Ini sakit."

Wei Chang Yin melingkarkan lengannya di pundaknya. Ini adalah pertama kalinya dia menyadari bahwa gadis ini sangat langsing dan rapuh. Merasa sakit hati, dia mencium dahinya, "Saya minta maaf ..." Tapi, dia tidak mengatakan dia ingin berhenti.