18. Sebuah rasa

179 34 0
                                    

HAPPY READING!

BAGIAN DELAPAN BELAS

• • •
Mata mu menyiratkan sesuatu, nyata namun semu. Mudah dilihat namun sulit dirasakan.
• • •

SWEET ENEMY

***

"Kenapa tadi lo diem aja?"

Nikeisha memandang lurus dengan pikiran yang melayang kemana-mana. Nikeisha hanya diam saja ketika Verel membawanya ke ruang kesehatan. Entahlah kejadian di kantin tadi sedikit mengganggu pikirannya.

Gadis itu tersentak saat tangannya terasa perih ketika sesuatu mengenai tangannya. Nikeisha menatap wajah cowok di depannya yang sedang mengobati tangannya dengan sebuah salep yang bahkan Nikeisha sendiri tidak ketahui. Tapi sekarang rasa perih itu perlahan mulai hilang. Nikeisha menarik tangannya secara tiba-tiba, hal itu membuat Verel terkejut.

"Makasih Rel, biar gue sendiri," Nikeisha hendak mengambil obat itu dari Verel.

"Nggak Sa, biar gue aja."

"Masih perih?" tanyanya.

Nikeisha menggelengkan kepalanya pelan. Siapapun itu Nikeisha harap ada seseorang yang masuk ke dalam ruang kesehatan ini.

Setelah selesai, Nikeisha bergegas untuk pergi dari ruangan kesehatan ini.

"Makasih Rel, gue ke kelas duluan," baru saja Nikeisha melangkahkan kakinya namun Verel mencekal lengannya.

"Lo bisa istirahat disini," ujar Verel meyakinkan.

"Gue gak bakal macem-macem." Verel menatap lekat wajah Nikeisha.

Nikeisha menghela nafas, "Maaf Rel... gue harus ke kelas."

"Sa... Kenapa lo gak bisa kasih satu kesempatan buat gue?" tanya Verel intens. Ada nada serius dalam ucapannya.

Nikeisha terdiam seketika. Apa maksud dari perkataan Verel? Nikeisha mengumpat di dalam hati ketika suasana berubah menjadi lebih canggung seperti ini, apalagi hanya mereka berdua yang ada di dalam ruangan ini.

"Lo ngomong apa sih?" ucap Nikeisha terkekeh berusaha untuk mencairkan suasana. "Maaf tapi gue harus pergi ke kelas."

Kali ini Verel membiarkan Nikeisha pergi. Ia menatap punggung gadis itu sehingga tidak terlihat lagi.

"Gue gak akan nyerah Nikeisha lo tau itu."

***

"Lo darimana aja sih?"

Nikeisha tidak menjawab pertanyaan dari Anala. Tidak seperti yang ia katakan pada Verel tadi, saat ini Nikeisha sedang berada di meja kantin dengan ketiga temannya yang sedang menyantap makanannya masing-masing. Nikeisha terpaksa untuk berbohong pada cowok itu, ia hanya tidak ingin berduaan bersama Verel apalagi dengan suasana canggung seperti tadi rasanya tidak nyaman bagi Nikeisha.

Gadis itu masih tidak berniat untuk menyentuh makanan dan minuman yang sudah dipesan oleh Anala. Saat ini fokusnya hanya pada seorang yang berada di tengah-tengah kantin dengan gerombolan teman-temannya yang sedang bersenda gurau. Nikeisha merasakan matanya memanas melihat Devaro yang dengan wajah datarnya itu. Mengingat kejadian tadi membuat dirinya merasa malu sekaligus kesal. Secara tidak sadar Nikeisha telah membuat harapan karena cowok itu. Ah menyebalkan sekali!

"Sa, serius lo gak mau makan?" tanya Anala setelah selesai menyesap es jeruk kelapa kesukaannya. Namun yang ditanya malah tidak menjawab.

Sweet EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang