00 - Prolog

221 42 89
                                    

   Gadis cantik berambut panjang tergerai itu sedang menatap sebuah piring kaca yang berisikan nasi putih ditemani ayam rica-rica kesukaannya. Namun, dia bukan memakannya. Ia malah membuat sang sendok miliknya menari-nari di atas piring tersebut. Kali ini, ia tidak tergoda dengan masakan Tisha. Tentunya, hal ini jelas membuat Tisha bingung.

"Kamu kenapa, Drey?" ucap Tisha, mamanya Audrey.

"Kok didiemin aja nasi sama ayamnya? Gak enak ya?" Tisha bertanya sekali lagi.

Audrey hanya menggelengkan kepalanya sekilas, tatapannya masih ke arah piring. Kelihatannya ada sesuatu yang menganggu pikiran dan selera makannya.

Sedetik setelahnya, Tisha bangkit berdiri lalu melangkah ke arah Audrey dan mengusap-usap punggungnya.

"Kamu lagi ada masalah? Mama mencium ada aroma kesedihan. Soal pacar ya? Galau? Atau di-PHPin cowok? Siapa? Bilang ke mama. Paling mukanya gak seganteng Lee Min Ho." ucap Tisha dengan heboh.

"Cowok? Sejak kapan Audrey mikirin cowok, Ma? Mama suka ngaco, ih." protes Audrey.

"Setahu Mama, anak jaman sekarang masalahnya gak jauh-jauh dari namanya cowok. Atau ... kamu lagi berantem sama temen ya?" ujar Tisha yang masih menerka.

"Hah? Temen? Sejak kapan Audrey punya temen, Ma? Apa ada yang sudi jadi temen Audrey? Jelek, gak fashionable, hobi cuma baca buku." jawab Audrey dengan raut kesedihan tergambar diwajahnya.

Mendengar ucapan yang baru saja dilontarkan Audrey, sukses membuat Tisha kaget.

"Hah? Mama gak salah denger?" tanya Tisha. "Anak mama gak punya temen? Secantik ini? Sepinter ini?" ucap Tisha seraya duduk.

Bola mata milik Audrey, kini menatap wajah Tisha. Air matanya ingin mengalir, tapi ia berusaha menahannya.

"Audrey bingung kenapa selalu dihina, dimaki, dijahatin sama semua orang." lirih Audrey dengan nada manja.

Tisha berdiri dari posisi duduk, lalu dengan cepat ia memeluk tubuh kecil Audrey dengan penuh kasih sayang. Pelukan itu terasa menenangkan hati Audrey.

"Apa yang barusan kamu pikir itu semua salah, Drey. Mereka paling cuma sirik aja sama kamu." Tisha berusaha menenangkan hati anaknya dan berpikir positif.

Tisha tahu bagaimana perasaan Audrey sekarang. Sejenak Tisha berpikir, lalu merasa bersalah. Ia merasa, penyebab semua ini adalah kesalahan dirinya juga. Tisha yang lebih banyak meluangkan waktu dengan pekerjaan dibanding putrinya, Audrey.

Sepeninggalan Carlos dan Regan, Tisha harus membanting tulang untuk menghidupi dirinya dan Audrey. Sampai-sampai ia tidak tahu, tentang perkembangan anaknya sendiri.

"Iri? Apa coba yanh diirikan mereka dari Audrey, Ma? Audrey nggak punya kelebihan apapun." ucap Audrey, menunduk.

"Jangan merendah! Kamu itu pintar, rajin. Mama yakin, mereka iri karena kamu selalu dapat ranking," balas Tisha sambil mengelus ujung kepalanya.

Audrey hanya berdengus.

"Iya, Sayang. Jangan berpikiran macem-macem ya. Kamu itu cantik, pinter." Bibir Tisha membentuk sebuah senyuman hangat.

Audrey refleks tersenyum dan memamerkan sederetan giginya. Tanpa babibu, ia memeluk tubuh Tisha.

"Ma, Audrey cuma pengen Bang Regan. Audrey rindu. Audrey cuma mau ditemenin dan diajak ketawa bareng abang." Audrey melirih.

Tisha terkejut. Lagi-lagi anaknya merengek tentang Regan. Ini bukan yang pertama kalinya Tisha mendengar ucapan itu.

"Abang? Kenapa?" tanya Tisha. Ia melepas pelukan itu dan kembali memandang Audrey. "abang udah gak ada, kamu harus bisa lupain dan ikhlasin dia."

"Gak bisa, Ma. Bang Regan berperan penting banget di hidup Audrey, Ma. Apa mama gak inget? Yang dulu selalu main sama Audrey siapa? Yang jagain Audrey di sekolah siapa? Yang selalu bikin Audrey ketawa siapa?" tutur Audrey.

"Iya, Mama tahu. Tapi, permintaan kamu soal cuma mau ditemenin abang itu gak mungkin, Sayang. Mungkin lebih baik, kamu bisa cari temen atau pacar yang bisa berperan seperti abangmu."

"Gak, Ma. Gak. Aku hanya butuh abang. Pacar? Temen? Mana ada yang sejati, Ma." bantah Audrey dengan nada meninggi.

"Yang ganteng kaya Brad Pitt, gak mau juga?" Tisha mencoba menyelipkan gurauan.

"Gak. Dia om-om!"

Audrey langsung meninggalkan ruang makan tanpa izin Tisha.

Tisha menatap punggung Audrey yang makin menjauh. Tisha menatap langit-langit ruangan lalu berucap, "Maafin aku, Carlos. Aku gak bener ngejagain dan bahagiakan anak kita. Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku bingung..."

HAI WELCOME YA GUYS, GIMANA SUKA GA PROLOGNYA? PENASARAN SAMA KELANJUTAN KISAH AUDREY?🌚🌚 

.
.
.

jangan lupa leave vomments guys, we heart you.🌹🌹🌹

PANTENGIN TERUS1!1! HARUS KUDU WAJIB HAVE TO MUST!

UNEXPECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang