12 - Rooftop

57 11 10
                                    

Mereka sudah menempuh sekitar empat puluh menit di perjalanan. Lamanya perjalanan itu dikarenakan macet yang sangat memadatkan kota. Alhasil, sampai detik ini pun mereka belum tiba di rumah.

Jalanan yang dipenuhi oleh banyaknya kendaraan itu membuat Aslan pusing tujuh keliling. Padahal masih pagi, tapi jalanan sudah ramai.

Aslan memukul kasar sekilas stir mobilnya, "Jakarta kenapa macet banget, sih? Masih pagi juga." Ia memekik kesal.

Otomatis pandangan mata Audrey tertuju pada wajah Aslan. Ia melihat pria itu yang sedang kesal-hampir mengamuk.

"Namanya juga Jakarta, kalo mau gak macet lewat laut aja," Audrey sewot. "lagian ngapain sih buru-buru? Lo mau ngejar gaji emang?" sambungnya.

Dari tadi Aslan sudah cukup sabar menunggu mobil yang di depannya akan berjalan. Bahkan ia sudah mengklakson beberapa kali. Tetapi nihil. Sudah sekitar lima menit, tidak ada satu pun mobil yang berjalan ke depan. Pergeseran satu sentipun tidak ada.

"Udah, sabar. Orang sabar disayang gue, unch." canda Audrey, yang tujuannya untuk menghibur Aslan. Tetapi malah tidak berhasil.

Aslan memutar bola matanya, "Ck, apaan sih? Garing."

"Lagi PMS ya? Galak banget," tanya Audrey.

"PMS versinya cowok," jawab Aslan.

"O segede lobang idung." sambar Audrey dengan mulut membulat. "eh, gue nyalain musik ya?" tambahnya, seraya tangan kanannya diulurkan untuk menekan tombol agar ia dapat mendengarkan musik.

Musik itu pun dinyalakan. Namun, Audrey kurang srek dengan lagu melow. Ia mengganti lagunya dengan lagu yang temponya lebih cepat.

Lagu yang diputar selanjutnya adalah lagu yang berjudul Thats What I Like, yang dinyanyikan oleh Bruno Mars. Kebetulan, Audrey sedang menyukai lagu itu, entah kenapa. Baginya, lagu itu dapat membuat pikirannya tenang, mood- nya ceria dan lagu ini juga asik untuk didengar.

Sangat berbanding terbalik dengan Aslan. Ia sama sekali tidak menikmati lagu yang diputar itu. Lagu itu benar-benar membuat suasana hatinya makin kacau, bukannya tenang. Ditambah lagi suara Audrey yang makin menjadi-jadi. Nadanya kemana, suaranya kemana.

......
And I'm gonna give it to you,
Cool jewelery shining so bright
......

"Ganti!" protes Aslan.

Sesaampainya di bagian reff , Audrey sedikit berteriak untuk menyanyikan penggalan lirik tersebut.

"STRAWBERRY CHAMPAGNE ON ICE, LUCKY FOR YOU THAT'S WHAT I LIKE, THAT'S WHAT I LIKE! LUCKY FOR YOU THAT'S WHAT-" Nyanyian itu terhenti begitu saja, karena Aslan mendadak membekap mulut Audrey.

"Eh, knalpot racing! Lagunya tuh berisik, ditambah lo nyanyi. Bisa-bisa ntar kuping gue mimisan!"

Tapi, tidak disangka ternyata Audrey langsung menepis pelan tangan Aslan. Ia memasang wajah asam lalu berkata, "Ih, tangan lo bau,"

Lantas cewek itu mengeluarkan hand-sanitizer dari dalam sling-bag kepunyaannya. Ia menyodorkan benda itu pada Aslan.

"Nih, biar wangi. Makenya dikit aja, mahal soalnya."

Aslan menolak hand-sanitizer itu lalu berucap, "Mulut lo tuh diwangiin. Dari tadi nyanyi, baunya itu kemana-mana. Mana nyanyi depan AC,"

"Ih, apaan sih. Lo yang bau!" Audrey sedikit kesal.

Aslan tidak mau berdebat panjang dengan gadis itu. Ia tidak memedulikan apa yang dilakukan gadis itu sekarang.

UNEXPECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang