07 - Belanja

64 20 18
                                    

Coklat yang tadinya utuh, sudah ludes dan pastinya sudah berada di perut Audrey. Kini gadis itu, menjilati sisa coklat yang menempel di jemarinya dengan bantuan lidahnya. Aslan memiringkan kepalanya, memerhatikan gadis yang berada di hadapannya. Mendadak pria berkaus hitam itu tersenyum, lalu wajahnya kembali datar.

"Jorok, dasar." ujar Aslan yang terdengar meledek Audrey.

Audrey memerhatikan sekilas wajah Aslan lalu kembali melakukan aksinya tadi. Ia tidak peduli dengan ucapan Aslan.

Aslan mengeluarkan sapu tangan bermotif polkadot yang berada di kantongnya. Tanpa aba-aba lebih dahulu, ia menarik tangan Audrey dan langsung membersihkannya dari sisa coklat yang masih lengket.

"Yah, kok? Ih, gak sopan!" pekik Audrey dengan menaikkan nada bicaranya setengah oktaf.

Aslan berdengus, "Jangan jadi penjilat,"

"Hah? Penjilat apaan?!" seru Audrey seperti tidak terima.

"Maksud gue, ngejilat. Itu aja gak tahu!" sahut Aslan sengan wajah datar.

Audrey sekali lagi memekik, "Beda maknanya. Oon! Bege! Otaknya min--"

Tangan Aslan membekap bibir Audrey, yang sukses menghentikan ucapan gadis itu.

"Sstt.. berisik, kayak knalpot racing." ucapnya.

Audrey menepis telapak tangan Aslan dengan tenaganya. "Dari pada abang, kaya badut!"

Aslan menjawab, "Gak papa, yang penting gak berisik."

"Emang gak berisik, tapi jelek!" seru Audrey seraya menjulurkan lidahnya.

"Seganteng ini lo bilang jelek?" tanya Aslan dengan percaya diri.

Audrey lantas berkata, "Kayaknya lo gila deh, bang."

"Iya, gila banget gantengnya gue. Sebelas duabelas sama Zayn Malik." ucapnya dengan wajah sok kegantengan.

"Ya ya, ter-se-rah lo!" ucap Audrey dengan menekankan kata 'lo'.

"Jangan ngambek dong," kata Aslan seraya mengacak rambut Audrey.

"Hmmm," respon Audrey.

"Eh, btw lo gak hangout? Bareng temen lo gitu?" Aslan berusaha mengganti topik, agak suasana tidak garing.

Audrey tersenyum miring, "Hah? Temen?"

Aslan mengangguk.

"Gak punya, dan gak akan pernah." ucapnya dengan memasang fake smile.

Aslan memajukan posisi duduknya, "Hah? Seriusan?"

"Iya, gue dari SMP sampe SMA gak pernah punya temen. Yang ada, gue jadi bahan bulian," jelas Audrey dengan mata berkaca-kaca.

Aslan melihat raut sedih yang tidak dapat disembunyikan dari mata Audrey. Ia benar-benar tidak menyangka, gadis itu tidak memiliki teman. Bahkan yang terburuknya, adalah Audrey menjadi korban bullying di sekolah.

"Kok bisa dibuli?! Siapa yang buli?" Aslan membombardirkan dua pertanyaan sekaligus.

Audrey sejenak memejamkan matanya lalu menjawab, "Katanya, gue itu gak gaul, pendiem, terus gue jelek. Dan satu lagi, karena gue pinter."

"Hah? Gak gaul gimana? Pendiem? Lah, yang gue rasa lo itu berisik to the max." ucap Aslan dengan heran. "jelek? Katarak kayaknya sih. Gini cakep, masa dibilang jelek. Tapi, ga cakep amat sih. B aja. Terus tadi lo bilang, karena lo pinter lo dibuli? Wah, itu sinting apa gak waras?" lanjut Aslan dengan nada kesal.

UNEXPECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang