06 - Kaget

79 21 15
                                    

Pada saat malam itu juga, Aslan dibawa pulang oleh Tisha dan Audrey ke rumah mereka. Audrey merasa sangat bahagia. Hatinya lega, keinginannya terwujudkan. Dia berharap Aslan bisa membuatnya bahagia juga seperti Regan, yang dulu selalu membuat adik perempuannya ceria.

Aslan masuk ke dalam rumah Audrey dan melihat sekeliling rumah itu dengan seksama. Ia melihat banyak sekali bingkai foto yang terpajang di atas meja dan juga lemari kecil yang ada di ruang tamu.

Salah satu dalam bingkai foto itu, terdapat foto keluarga yang sangat bahagia, dimana Audrey berdiri di samping ibu, ayah dan tentunya Regan. Tetapi, sejak kecelakaan yang menimpa Carlos dan Regan lima tahun lalu, semuanya menjadi kenangan yang terbungkus rapi dan sedu.

Aslan tersenyum sekaligus terharu saat melihat bingkai foto itu.

"Hey!" Audrey yang tak sengaja membuat Aslan terkejut.

"Astaga, Drey! Jantung gue mau copot!" kesalnya sambil mengelus-elus dada.

"Maaf," ucapnya sambil terkekeh pelan, "makanya ayok ikut gue. Ngapain lo disini coba? Yuk!" Audrey menarik tangannya.

Tubuh Aslan terbawa oleh gadis itu sampai ke atas, tepatnya di sebrang kamar Audrey yang remang-remang akibat di ruangan itu telah terpasang lampu tumblr yang berwarna kuning.

Ruangan ini sebenarnya adalah kamar untuk para tamu yang ingin menginap di rumahnya. Tetapi, Audrey dan Tisha bersama-sama memutuskan akan merombak ruangan ini untuk Aslan nantinya.

"Eh, lo mau apain gue?!" tandas Aslan, seolah-olah Audrey akan berbuat kejahatan dengannya. Ia juga memberhentikan langkah kakinya.

Audrey menoleh. "Apaan sih lo? Gue mau ngasih tunjuk kamar lo kali. Mesum banget otaknya, ih!"

"Oh, kirain. Makanya bilang dari tadi atuh, Drey," balasnya dengan nada lembut.

"Yaudah sini buru!" Audrey kembali menarik tangan Aslan hingga menuju ke sudut kamarnya. "Nih bang, kamar lo sekarang sampai selamanya. Masih bagus, kok."

Kedua bola mata Aslan berkeliling melihat seluruh bagian kamar itu, tanpa terkecuali. Suasananya remang-remang dan Aslan sebenarnya membenci itu. Ia jauh lebih suka dengan suasana kamar yang terang tapi jika tidur, ia akan menutupnya secara keseluruhan. Bukan dengan remang-remang seperti ini.

"Lo demen sama suasana kek ginian, ya?" tanya Aslan frontal.

Sekilas Audrey melirik ke lampu kamar itu. "Hah? Iy- iya. Kamar gue juga kayak gini," ungkapnya.

"Gue boleh request?"

"Lo udah gue kasih kamar cantik gini, tumblr gini kayak anak gaul, malah minta request lagi!" omelnya.

Bukannya kesal, justru Aslan merasa geram melihat gadis itu mengomel seperti ibu-ibu yang lagi nawar harga di pasar malam.

Aslan terkekeh kecil tapi arah pandangannya tidak tertuju pada Audrey. Ia terus melihat sekeliling kamar yang lumayan besar ukurannya dan wangi.

"Gue suka sih sama kamar ini," komentar Aslan, "tapi cuman satu yang gue agak risih, Drey. Lampu remang-remang lo ini. Boleh dicabut aja, nggak?"

Bola mata terang Audrey yang berwarna coklat itu membulat sempurna. Tidak begitu keberatan baginya untuk melepas lampu itu, ia memutar bola matanya malas kemudian.

"Bisa kan?" tanyanya sekali lagi untuk memastikan bahwa Audrey tidak akan cemberut setelah ini.

Aslan justru tidak menerima respon apapun dari Audrey. Dia hanya melihat gadis itu sedang sibuk membongkar - mencari sesuatu di dalam laci yang terletak di hadapannya.

UNEXPECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang