03 - Terlambat

107 32 51
                                    

Bulan sabit yang berada di atas langit menyala terang di malam hari itu. Audrey merasakan betapa sepi dan sunyi suasana rumahnya, tanpa abangnya, ayahnya dan ia baru saja ditinggal oleh ibunya.

Sedih. Menyendiri. Itu yang dirasakan oleh gadis malang itu.

Kebetulan saat ini, jarum jam dinding sudah berjalan menuju ke angka sebelas. Biasanya, Audrey tidur jam sepuluh. Hari ini dirinya merasa sulit untuk memejamkan kedua matanya, entah kenapa.

Audrey menarik selimut berwarna biru ke atas hingga menutupi bagian tubuh sampai ke lehernya. Tidak lupa juga, ia mematikan lampu tidur yang mudah dijangkaunya.

Dengan penuh usaha ia memejamkan matanya agar bisa tidur dengan nyenyak malam ini. Dan dia berharap besok tidak akan lagi ada orang-orang 'jahat' yang mem-bully dirinya di sekolah.

Waktu sudah berjalan sekitar sepuluh menit, akhirnya gadis itu menutup matanya dan kini dia sudah lelap dalam tidur.

🍃🍃

"Hei!" panggil seorang pria dari arah belakangnya saat Audrey ingin melangkah ke depan.

"Eh, lo? Yang semalam kita ketemu di ...taman, kan?" Audrey ragu, dia takut salah ucap.

Aslan melemparkan senyuman manis untuk gadis yang ada di hadapannya. "Iya, gue."

Audrey juga membentuk sebuah lengkungan di bibir manis miliknya. Setelah itu, ia memalingkan wajahnya tapi masih tersenyum.

"Karena lo nebak benar, gue punya hadiah dong buat lo." Aslan mulai mendekati tubuh Audrey yang tidak jauh jaraknya dari dia.

"H- hah? Hadiah apaan?" Audrey mengerutkan keningnya.

"Gimana hadiahnya itu adalah..." ucapnya membuat Audrey penasaran dengan kalimat berikutnya, "gue kasih lo ini," lanjut Aslan. Dia memberikan coklat dengan tiga varian yang berbeda.

Audrey merasa senang. Dia suka sekali dengan coklat, apalagi kalau banyak variasi. Hadiah yang diberikan pria itu cocok untuk menghibur dirinya yang sedang dilanda oleh banyak pikiran.

"Lo serius ngasih gue ini?" pekiknya tidak percaya.

"Serius. Nih, terima aja." Aslan menyerahkan tiga coklat itu untuknya.

Entah harus bagaimana lagi cara ia mengekspresikan suasana hatinya saat itu, yang pasti Audrey merasa beruntung bisa berkenalan dengan Aslan.

"Gue peluk, ya? Gue seneng banget soalnya!!" spontan Audrey sambil tertawa.

"Peluk?" Aslan juga terkekeh kecil. "Boleh, kok."

Audrey memekik bahagia. Ia akan memeluk Aslan sebagai tanda terima kasihnya dan ia mau menunjukkan bahwa dia bahagia.

BRAKK!!!

Tiba-tiba saja tubuh Audrey terhempas ke lantai karena jatuh dari atas tempat tidurnya yang cukup tinggi.

"Aww!" ringis Audrey sambil mengelus-elus punggungnya.

"Lah? Itu tadi? Itu– tadi gue ... mimpi?" ucap Audrey yang masih setengah sadar.

Selang beberapa sekon, akhirnya ia sadar kalau semuanya itu hanyalah bunga tidurnya, Audrey pun memukul pelan tempat tidurnya pertanda kesal. Padahal jalan cerita mimpinya sudah berjalan lancar.

UNEXPECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang