02 - Kejadian di Taman

104 32 45
                                    

Audrey melepas ransel berwarna pastel bermotif flaminggo miliknya dan mencampakkan ke sembarang arah. Setelahnya, ia menjatuhkan tubuhnya di atas kasur nan empuk dan langsung memeluk guling kesayangannya.

Benak Audrey kini memikirkan kejadian yang terjadi tadi di sekolah. Sungguh membuat pikirannya kacau, sedih dan merasa tidak nyaman pastinya. Ia merasa tidak ada satupun yang bisa membuat harinya di sekolah menjadi indah.

Teman? Mungkin tidak akan pernah didapat Audrey di Guardian School.

Mata Audrey terasa memanas, namun ia berusaha menegarkan hati dan pikirannya. Tapi seketika, ia mulai merasa jenuh dan capek akan semuanya.

Audrey menatap dinding kamar dengan pandangan kosong, "Kenapa sih gue gak pernah bisa bahagia? Sejak kematian abang Regan, gak ada lagi yang bisa ngehibur gue. Mama? Cuma sibuk sama kerjaannya, kadang juga gak ada di rumah."

Yang dibilang Audrey emang benar adanya, sulit untuk menemukan secercah kebahagiaan sekarang.

Audrey membangkitkan tubuhnya, lalu menuju ke sebuah meja hias. Tangannya perlahan bergerak, dan mengambil sebuah foto yang terpampang di dalam bingkai foto. Foto itu adalah foto terakhirnya bersama abangnya ketika ia masih berumur 11 tahun.

"Bang, Audrey kangen." lirihnya seraya mengusap foto tersebut.

Tanpa disadari oleh Audrey, ternyata Tisha memperhatikannya dari pintu. Sedari tadi, ia sudah mendengar semua keluhan dan menyaksikan kesedihan anaknya.

Tak lama setelahnya, terdengar suara notifikasi dari ponsel Audrey. Audrey langsung mengalihkan pandangannya ke arah ponsel yang letaknya tepat di atas meja. Ia menyentuh notifikasi pada layar, dan memasukkan kode sandi ponselnya.

Unknown Number
087891011xx

LO HARUS PINDAH DARI GUARDIAN SCHOOL KALO LO MASIH SAYANG SAMA NYAWA LO!

GUE GAK MAIN-MAIN.

Audrey sontak kaget setelah membaca pesan tersebut. "Siapa sih? Btw, sejelek gue gini ada juga yang nerror ya, biasa yang kaya atau famous gitu deh,"

Ini benar-benar aneh dan cukup mengagetkan batin Audrey. Audrey memang punya banyak musuh di sekolah, tapi tidak pernah ada yang sampai mengirim surat kaleng kepadanya.

Sekilas, ia menduga bahwa ini semua ulah Tasya dan teman-temannya. Tapi terdengar tidak mungkin saja. Karena yang ia tahu, Tasya adalah seseorang yang lebih suka blak-blakkan daripada main belakang.

Tentu saja semua ini membuat kening Audrey berkerut, ditambah lagi kepalanya yang terasa berat.

"Mending gue bobok siang aja deh, daripada otak gue membeludak mikiri surat konyol ini," Audrey berdengus kesal.

Audrey pun kembali ke kasur, dan menyelimuti tubuh dan kakinya.

"Audrey, semoga mimpi indah. Mimpi ketemu cogan atau siapa gitu," batinnya penuh harap. "Soalnya, kalau gak mimpi, gue gak bakal nemu cogan yang mau sama gue, TAU DIRI GUE KOK," tambahnya.

🍃🍃

Tisha mengemas beberapa potong pakaian dan memasukkannya ke dalam sebuah koper ukuran sedang. Tisha harus bergegas ke luar kota untuk mengurus beberapa kepentingan kantor.

UNEXPECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang