Sebut Aku Cenayang - Navi_R

70 3 0
                                    

○Judul: Sebut Aku Cenayang○
Genre: Romance
oleh Navi_R

[●●●]

Aku menyeruput kembali jus alpukat dan mengaduknya lagi. Masih ada beberapa bagian susu cokelat yang tidak tercampur dengan cairan hijau pekat ini. “Lo serius mimpi sama dia?” tanya Yaya yang duduk di hadapanku. Aku mengangguk untuk kedua kalinya, meyakinkan sahabat paling cerewetku.

“Semalam gue mimpi ketemu dia. Banyak orang sih, ada lo juga kok. Dan dia berdiri nggak jauh dari kita.” jelasku lebih jauh. Ya, laki-laki yang kumaksud adalah laki-laki yang tak pernah kujumpai terakhir kali tiga tahun yang lalu. “Well, sejujurnya gue sering sih kayak gini. Tiba-tiba mimpi, eh tenyata kenyataan. Bahkan ada yang pernah bilang kalau gue indigo. Aneh banget kan? Secara gue nggak bisa lihat hantu atau makhluk halus lainnya.” Aku menyuap nasi goreng yang sudah habis setengah.

Yaya menganga. Sebelah sendoknya berhenti di udara, tepat sebelum masuk ke mulut. “Lo serius? Sering mimpi terus jadi kenyataan?” tanyanya tidak percaya.

Aku mengangguk. Aneh, memang, karena banyak orang yang berkata bahwa pengakuanku hanyalah omong kosong. Tidak pantas untuk dipercayai bahkan untuk didengar. Sayangnya inilah kenyataannya. Aku masih ingat bagaimana terakhir kali aku mengetahui bahwa mimpi akan menjadi kenyataan.

Ingatan kecil ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar kembali terngiang. Mimpi di malam itu adalah mimpi yang paling mengerikan sepanjang hidupku. Bayangkan saja, kedua orang tuamu ditembak mati tepat di hadapanmu oleh lima orang berpakaian serba hitam. Aku menggeleng, mengenyahkan mimpi yang masih terlihat jelas meski sudah menginjak tahun terakhir perkuliahan. Meski tidak kenyataan tetapi memang ada musibah yang menimpa kedua orang tuaku. Ah, aku tidak ingin menjelaskannya lebih lanjut.

“Terus si Carel ngapain dalam mimpi lo?” tanya Yaya.

“Dia nggak ngapa-ngapain, Cuma berdiri, rame banget. Kita juga berdiri kok, nggak tahu sedang nunggu apa.” balasku.

“Gitu doang? Terus, kira-kita kenyataannya nanti gimana ya?”

“Ummm ….” Aku bergumam panjang, melirik sekitar berharap menemukan petunjuk untuk pertanyaan Yaya. Pandanganku berhenti ketika melihat map berisi berkas wisuda yang akan diserahkan nanti ke fakultas. “Kita geladi resiknya kapan?” tanyaku menimbang kemungkinan di hari itu.

“Senin, terus wisudanya hari sabtu. Masak lo nggak tahu jadwal sih? Udah mau wisuda minggu besok loh.” jelasnya.

“Kita gelada resik bareng fakultas teknik, nggak?”

“FMIPA, FT, dan FE. Ada apa sih?” tanyanya semakin penasaran.

“Nggak ada.” Aku mengambil ponsel dan membuka akun instagram dan mengetik satu nama yang kembali membawa kenangan. Carel Maherta, gumamku melihat akun yang hanya berisi sembilan belas foto. Ya, aku ulangi lagi, hanya sembilan belas dan kamu tahu? Angka itu adalah angka kelahirannya. Kebetulan yang tidak cukup aneh. Aku tidak menemukan foto toga yang menandakan laki-laki itu belum wisuda.

Aku adalah salah satu mahasiswa yang terlambat untuk wisuda, bayangkan. Aku menghabiskan waktu empat setengah tahun hanya untuk meraih gelar sarjana. Sepertinya Carel pun begitu, baiklah, mari kita mulai taruhan. Apakah aku dan dia akan wisuda di hari yang sama? Yah, ayo coba kita lihat apa yang terjadi di dua hari penting itu.

“Oliv, lo terakhir kali mimpi sama dia kapan?” tanya Yaya sambil merampas gelas jus alpukatku. Padahal gelas jus jeruknya masih ada setengah. Dasar!

Writing Project #1: Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang