Sole Mio - ATHENATA

153 7 1
                                    

○Judul: Sole Mio○
Genre: Teen Fiction
oleh ATHENATA

[●●●]

Aku menghembuskan nafasku kasar. Beberapa orang terlihat berlalu lalang di sekitar stasiun ini, mengingat matahari sudah berada di barat. Aku menghembuskan nafasku kasar sekali lagi. Hari yang buruk untukku dengan segala yang harus aku lakukan saat menginjakkan kaki di rumah. Mengerjakan PR, membuat presentasi, mem-fotocopy beberapa file, dan masih banyak lagi. Terkadang aku berpikir, apa gunanya kita belajar banyak hal jika saja suatu hari nanti kita hanya  menjadi satu orang saja? Menjadi seseorang.

Kereta cepat segera terhenti, dan membuka pintu salah satu gerbongnya padaku. Hanya ada beberapa orang di dalamnya, aku menatap mereka sekilas dengan iri. Seorang wanita yang sedang menceritakan banyak hal pada anaknya. Andai saja aku berada di posisi wanita itu, mungkin aku tidak perlu buru-buru mengerjakan PR yang malam ini aku kerjakan sampai tengah malam. Seorang pria dengan jas hitam rapi yang sibuk dengan ponselnya. Andai saja aku berada di posisi pria itu, mungkin aku akan dengan mudah mendapatkan uang dan tidak perlu bersekolah hingga kapan pun. Seorang nenek yang terlihat bahagia dengan seekor chihuahua. Andai saja aku berada di posisi nenek itu, mungkin saja aku sudah bahagia dan tinggal di salah satu flat kecil di pinggiran kota Tokyo.

Entahlah, intinya aku iri dengan mereka semua. Entah itu seorang pria yang terdiam di sudut kereta sambil sesekali terantuk tidur, sampai seorang remaja sepantaran denganku yang duduk cukup jauh dari tempatku duduk dengan pakaian yang cukup berantakan, setidaknya dia bisa mengekspresikan dirinya dengan benar.

"Akihiro-kun?" Seseorang dengan cepat membuatku membuyarkan dengan segera lamunanku. "Sudah aku duga. Kau Akihiro-kun yang itu, kan? Kouki Akihiro." Gadis berambut sepunggung berkaca mata itu tersenyum dan menguluarkan tangan kanannya. Aku meraih tangannya itu dengan sedikit curiga, dari seragam yang ia kenakan seharusnya kami satu sekolah tapi aku tidak pernah melihatnya. "Aoki Yoshiko. Aku murid baru, kita satu kelas. Apa kau lupa?"

Aku hanya terdiam. Mungkin aku terlalu sibuk dengan segudang tugasku hingga tidak tahu jika ada murid baru di kelasku. Mengingat belakangan ini sering ada ulangan yang otomatis menyita semua perhatianku hingga terkadang tidak sempat menyentuh makanan yang sudah Ibuku siapkan, memang aku yang tidak ingin memakannya. "Apa aku boleh duduk di sini?" tanya gadis itu menunjuk kursi kosong yang berada di sampingku.

Aku hanya mengangguk. Masih banyak kursi kosong di sini, jadi kenapa dia harus duduk di sampingku? Sangat menyebalkan. Terdengar aneh, tapi karena aku seorang yang introvert maka hal ini terasa mengganggu, apa lagi aku baru mengenalnya beberapa menit yang lalu. "Terserah." Gadis itu segera duduk sementara aku mencoba membaca buku kumpulan rumus fisika yang selalu saja aku bawa kemana-mana. Semula berjalan biasa saja, hanya ada suara derit roda kereta yang bertabrakan dengan rel hingga sebuah suara terdengar sangat mengganggu di telingaku.

"Yoyo." Aku mengalihkan pandanganku pada Yoshiko. Apa maksud perkataannya? "Yoyo," ulangnya. "Mereka sering memanggilku Yoyo karena nama Yoshiko terlalu panjang." Aku hanya mengangguk. "Bagaimana hasil ulangan fisikamu kemarin?" tanyanya. Gadis dengan nama panggilan aneh itu sepertinya mencoba mengajakku berbicara.

Aku menutup buku kumpulan rumus yang aku bawa. Sepertinya perjalanan pulang yang semula dapat terlewati selama 20 menit akan aku lewati lebih lama lagi. Aku mengalihkan pandanganku pada jam tangan yang aku pakai, ini terhitung 5 menit setelah Yoyo terdiam dan tidak bersuara. Jujur aku bingung, ini diluar ekspetasiku yang mengira ia akan mengajakku bicara. "Kau tidak mau bicara?" tanyaku menahan canggung.

Writing Project #1: Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang