Hak, Cinta, dan Kasih Sayang - yurikamk

84 4 0
                                    

○Judul: Hak, Cinta, dan Kasih Sayang○
Genre: Romance
oleh yurikamk

[●●●]

“Aku tidak mengerti kenapa kamu memilih dia yang seperti itu? Bahkan setelah kita berpisah, semua yang kupikirkan hanya kamu. Ketika aku mendengar kamu bersamanya, kamu tahu betapa terkejutnya aku? Apa kamu benar-benar menyukainya? Bukan hanya rasa kasihan?”

“Maka dari itu, kamu tidak seharusnya meninggalkannya. Bagaimana kamu bisa terlepas dari orang yang kamu suka selama bertahun-tahun? Kalau aku… aku tak akan bisa melepaskannya. Tidak! Kemana aku bisa pergi saat dia ada di sini? Bagaimana mungkin aku bisa pergi? Aku tidak bisa membayangkan. Jika aku tidak melihat dia bahkan untuk sehari saja, aku merasa seperti sekarat. Aku benci hari Sabtu, Minggu, dan liburan karena tidak bisa melihatnya. Apakah kamu tahu bagaimana rasanya?”

“Itu adalah perasaanmu. Aku bertanya bagaimana perasaan Fharid!”

“Fharid? Perasaan Fharid … .”

●●●

Aku melirik jam yang ada di pergelangan tanganku. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Beberapa pengunjung café sudah mulai meninggalkan tempat duduk mereka. Tinggallah aku duduk sendiri di sudut ruangan Blossom Café yang dihiasi jendela besar langsung menghadap jalanan yang cukup ramai, menikmati potongan terakhir chocolathe cake-ku.

“Amoy?” Seseorang memanggilku. Rasanya aku tidak asing dengan suara ini. Aku mengalihkan pandangan dari laptopku, ada seseorang dengan napas tersenggal sedang berdiri di depan pintu café. Perlahan melangkah memasuki café dan berjalan ke arahku.

“Sudah berapa lama kamu menungguku?” Suaranya yang berat mengalihlan perhatianku. Ia duduk dihadapanku dan menatapku serius.

“Kira-kira delapan jam.” Aku mengedipkan mata dan merapikan mejaku. Berusaha menghindar untuk menatap matanya yang tajam.

“Delapan jam? Yang benar saja!” Pandangan Fharid mengunci mataku. Wajahnya kesal, sepertinya dia tidak suka aku menunggunya.

“Aku tidak bisa melakukan hal lain supaya hasil wawancara ini bisa sampai padamu langsung.” jelasku tenang. Mata Fharid membesar. “Rasanya hanya menunggu yang bisa aku lakukan.”

Fhaid makin melotot. Aku jadi kecewa. Apa dia tidak bisa mengucapkan terima kasih kepadaku? Aku sudah menunggunya hampir seharian dan sekarang dia marah karena ini. Semua ini aku lakukan karena dia. Kalau dia tidak terlambat, aku tidak perlu menunggunya begini.

“Seharusnya kamu tidak perlu menungguku. Lain kali, kalau sudah lebih dari satu jam dan aku tidak kunjung datang, kamu kabari aku via telpon, lalu pulang.” katanya serius, tatapannya kesal. Ya, aku tahu, mungkin dia tidak suka berurusan dengan wanita keras kepala sepertiku.

“Makanya, kamu jangan sampai tidak ada karena aku tidak akan kemana-mana sampai kamu datang!” balasku.

'Aku telah menunggunya, lama. Lalu kenapa sekarang aku harus meninggalkannya? Aku menantinya sejak bertahun-tahun, sejak kali pertama aku mengenalnya, berharap hatinya ada untukku.

“Seberapa kuat kamu menungguku?” ujarnya. “Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah pulang duluan.” Aku mengalihkan pandanganku ke luar jendela, mencoba mengalihkan sesakku.

“Amoy,” terdengar suara Fharid melembut. Aku menoleh. “Makasih.” katanya singkat. Oh ya, ampun, meskipun dia tidak tersenyum tapi ekspresi wajahnya melembut. Tidak sia-sia penantianku hari ini.

Writing Project #1: Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang