○Judul: Mode Detektif: Di Balik Rekaan○
○Genre: Mystery○
oleh Febriani_puspita[●●●]
Bau pengap memenuhi ruangan berukuran 3 m x 4 m yang terletak di sisi kanan ujung koridor bangunan belakang SMA Bhina Karya. Seorang gadis tergeletak tidak sadarkan diri di dalam ruangan tanpa jendela itu. Tangannya terikat kuat di belakang tubuh dengan mulut yang tersumpal sapu tangan berwarna peach dengan cipratan noda darah di beberapa bagiannya.
Seragam putih hitam yang dikenakannya tidak lagi bisa dibilang rapi. Dua kancing teratas dari kemeja putih dengan kerah bergaris hitam itu terlihat tanggal dari tempatnya. Ujung kemeja yang seharusnya tenggelam di bawah ban pinggang rok hitamnya, mencuat tak karuan.
Di waktu yang sama, empat orang siswa SMA Bhina Karya lainnya yang terdiri dari dua orang cowok dan dua orang cewek, tengah menunggu seseorang yang baru saja mengabari mereka melalui pesan pribadi bahwa salah satu teman sekelasnya menghilang tanpa jejak, satu jam yang lalu.
“Lo yakin, kita bisa bantu mereka?” tanya Dio, salah satu cowok most handsome di sekolah yang rela melepaskan kepopulerannya demi bergabung dengan klub detektif gadungan yang dibentuk oleh Amore dan Senna dua bulan silam.
“Di sini bukan tempat buat seseorang yang nggak yakin sama kinerja tim ini,” timpal Senna.
Dio berdecih, lalu berjalan menuju pintu ruang kelas XII MIPA 2 seraya memasukkan tangan ke dalam celana hitamnya. Pansy yang sejak tadi memperhatikan cowok itu menautkan kedua alis, lalu bertanya, “Lo nggak nganggep omongan si Sen serius, kan?”
Cowok yang kini berdiri di ambang pintu itu menyangga tubuhnya dengan siku yang bertumpu di gawangan pintu. “Sayangnya, enggak.” Keningnya berkerut, tanda tak bersemangat. Ia menatap ke arah ruang perpustakaan yang berada di ujung lorong lantai dua, yang berjarak empat ruangan dari kelas XII MIPA 2. Awalnya semua terlihat normal, tapi ketika segerombolan siswi melangkah keluar dari ruangan itu dan mengambil langkah ke kanan, tiba-tiba sekumpulan angin menghempas ke arah mereka dan wusssshhhhh ... para cewek yang diyakini Dio merupakan siswi SMA Bhina Karya itu menghilang. Dio terlonjak tak percaya.
“Lo kenapa?” Pansy berlari mendekati Dio.
Yang ditanya hanya diam seraya terus menatap ke arah perginya para siswi tadi. Ia mengelus dadanya dengan napas yang tersengal. “Gue yakin, gue nggak salah lihat!”
“Apa sih, Yo? Ngomong yang jelas!”
“Tadi ..., cewek-cewek itu ...”
“Please, deh. Jangan bercanda. Cuma masalah cewek aja lo sampai kaget kayak gini,”
“Lo belum dengerin penjelasan gue,” Dio meninggikan suaranya. “Tadi di sana,” Ia menarik tangan Pansy dan membawa cewek itu berjalan menuju perpustakaan. “Tadi ada segerombol cewek di sana, dan tiba-tiba mereka ngilang begitu aja!”
Ciiitttt...
Decitan suara sepatu milik Pansy menggema di lorong kelas XII. Gadis itu menghentikan langkahnya tiba-tiba. “Lo nggak usah ngomong yang enggak-enggak, Yo. Gue nggak suka,” akunya, kemudian melangkah untuk kembali bergabung dengan Amore dan Senna.
“Lo minta gue buat jelasin. Sekali gue jelasin, lo malah bilang kalau gue ngomong yang enggak-enggak. Mau lo apa sih?”
Tanpa mendengarkan ucapan Dio, Pansy tetap melajukan langkahnya. Akan tetapi, saat baru mendaratkan langkah ketiganya, tiba-tiba sebuah suara mengejutkan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Writing Project #1: Short Story
Short StoryBerikut karya anggota yang diwajibkan mengikuti writing project dengan cara menulis short story (cerita pendek) bergenre bebas. Jumlah kata berkisar antara 1500 kata hingga 3000 kata. Batas waktu pengiriman dan pengumpulan: 3 Juni - 3 Juli 2018 pada...