○Judul: Petaka dari Kubangan○
○Genre: General Fiction○
oleh adakucing[●●●]
“Mbak, apa situ marahin anaknya Lia to?”
Tidak ada yang bisa menjawab selain mulut perempuan yang membungkam—dalam bingungnya untuk berkata. Sudah lama menjadi kesatria bagi bocah tersayangnya yang amat sangat benar di mata.
Matanya celingukkan. “Enggak lho, Nat. Aku tuh cuma bilangin kalau mainan itu harus bareng-bareng, jangan suka musuh-musuhan. Anakku sering banget dinakalin sama teman-temannya.”
Bahwasanya, semut di seberang laut tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak. Peribahasa yang cocok untuk perempuan bernama Ude. Rumahnya dari papan kayu, suaminya tukang mabuk, sulungnya di Jakarta (sebagai penjaja pulsa dan kuota ponsel). Pernah jadi juragan sapi, tetapi bangkrut karena memenuhi hasratnya untuk kaya raya sekampung. Sudilah kiranya hutang menjadi makanan setiap hari.
Nat sangat sangsi, padahal sudah ada banyak saksi kalau Ude yang seperti kesetanan memburu anak orang dengan telunjuk di depan. Sampai matanya hampir copot saking terlalu banyak melotot. Walaupun begitu, masih saja Ude beralasan ‘hanya menasihati’.
Tak apa memang manusia tidak ada yang sempurna, tapi apakah mungkin sebaik-baik manusia seakan-akan melakukan pembunuhan perasaan terus dilakukan padahal itu sangat menyakitkan? Tahulah sadar diri bahwa badan tak sempurna kurangi berbuat dosa.
Seperti halnya Ude yang menjadi langganan gosip ibu-ibu di kampungnya, begitu dinasihati tak mau mengakui malah membela diri mati-mati. Katanya anaknya yang tidak pernah mendapatkan apa yang didapat oleh teman-temannya, merasa dihindari, dicemooh, dihina, digosipi dan segelintir alasan-alasan Ude ketika diinterogasi. Nyatanya mereka (ibu-ibu yang sudah menjadi korban) mendorong Ude agar merubah sikapnya yang kekanak-kanakkan.
Sehari sebelum Ude mendapat masalah, sekian kali dirinya melakukan kesalahan yang sama, dengan orang yang sama. Awalnya anak ragil yang bisa disebut dengan Mupe sedang bermain top-topan bersama sekawan yang termasuk si korban, Welin. Permainan dimulai dari hompimpah yang melahirkan dua kubu: kubu jaga dan kubu main. Welin masuk di kubu main, sedangkan Mupe masuk ke kubu jaga. Mereka mendekat di salah satu pohon besar dekat kelurahan.
Tempat yang dijadikan peran mereka sangat strategis, dekat lapangan yang diketahui banyak kayu-kayu jati sangat apik jika mengendap-endap ke dalam bisa dipastikan tak akan ada sepasang mata yang mampu meniliknya. Kubu jaga segera menutup mata mereka dengan lengan yang menyentuh kulit pohon. Menghitung dalam detik sebanyak 20, bertanya apakah semua sudah siap yang diteriaki oleh ketua—yang jika tidak ada yang menyahut, permainan akan dimulai.
Dilihatnya kubu jaga pada lapangan berumput serta banyak sekali pasir-pasir bangunan yang sudah mencoklat akibat tertutupi tanah kering. Panas terik tak mengindahkan mereka dalam mencari tersangaka, kubu main. Kubu jaga membagi rute untuk menjelajahi lapangan yang tak seberapa itu dengan serius. Satu bocah ke arah lingkungan rumah pak lurah, satu lagi ke kayu-kayu jati yang tergeletak di pojok bangunan asing, satunya lagi mencari dengan acak sesuai tanda tersangka yang akan memukul pohon singgasana mereka (dengan begitu bocah tersebut akan segera berlari untuk melindungi tempat jaga agar tidak kalah).
Lingkungan rumah pak lurah tidak terlalu jauh dari lapangan, tepat di belakang kebun samping lapangan. Bocah dari kubu jaga mendengar suara ‘gedebug’ yang lumayan keras. Bersegera bocah itu menajamkan dengar, sekali lagi di mana bunyi itu berasal.
GEDEBUG!
Lagi-lagi bocah itu mendengar suara yang sama, hanya kali ini lebih terdengar keras, sehingga bocah tersebut lekas-lekas menghampiri sumber yang diketahui terletak tak jauh dari belakang rumah pak lurah. Sesampainya, bocah tersebut hanya melihat sekumpulan jambu air yang jatuh ke tanah. Saat mendongak pun bocah tersebut melihat kerusakan pada pohonnya yang tak terlalu lama, alias masih baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Writing Project #1: Short Story
Short StoryBerikut karya anggota yang diwajibkan mengikuti writing project dengan cara menulis short story (cerita pendek) bergenre bebas. Jumlah kata berkisar antara 1500 kata hingga 3000 kata. Batas waktu pengiriman dan pengumpulan: 3 Juni - 3 Juli 2018 pada...